Sabtu, 29 Desember 2012

Silence

Suatu kali aku berpikir dan merumuskan diri. Bahwasannya aku terlalu nggak tega terhadap orang lain adalah karena aku merasa hidupku teramat beruntung, lebih beruntung dibanding yang lain. Oleh karenanya, betapa bersyukurnya aku dengan segala anugerahNya yang teramat besar ini. Mana mungkin aku tega terhadap orang, mana mau aku merepotkan mereka, atau pun membuat sengsara dan tak nyaman dengan keberadaanku. Kuambil diamku sebagai alat tukar, membuat mereka hidup senyaman yang mereka inginkan.

Minggu, 23 Desember 2012

Monolog Sore

Aku: ...  ... ... (baca Timeline socmed). Sampah? Emang ada ya di dunia ini "sampah"? Kasian banget sih orang yang nyebut sesuatu/orang lain itu sampah. Bahkan Hang Ah pernah bilang "No trash calls it/his/herself a trash".

Dia: wowow, do you really go with that thought? Are you out of your mind?

Aku: menurutmu? Dimana letak moral orang yang mendiskreditkan orang lain dengan mengatasnamakan sesuatu? Mengapa ia sama sekali tak berpikir tentang posisi dirinya sendiri?

Rabu, 19 Desember 2012

finding me

Remember this psychological quote from anonymous, "You are what you think. All that you are arises from your thoughts. With your thoughts you make your world.". Seriously it is true! Even if you never think it before, but people do, and you concern it too much with what people think and say about you, it means that you are in the process of being trapped!

what to do?
It is also true that one of the difficult thing in this world is about changing ourselves to be better everyday. If it is too hard to do, just go somewhere you've never been there before.  Go everywhere until you find a place like you find your soul mate. It is the world that you can trust, the world that you can be the real human, the world that people there very match to you, the world that universe is so united.
But, still, I really don't know, is there any?

Senin, 17 Desember 2012

December Rain

#
Ketika huruf tak lagi mewakili kata-kata… rasanya ingin menulis pakai not balok saja. Biar tak ada yang bisa baca, biar hanya musisi saja yang bisa membacanya, mengubahnya menjadi lagu pribadi, yang sungguh pribadi.
 
#
Ada satu penyair
Ada satu komposer
Ada 2 penyanyi dengan kualitas vokal  outstanding dan sungguh tak sama
Satu penyanyi menyanyikan syair lagu olahan komposer yang fresh from the oven
Satu penyanyi lain melakukan hal yang sama di tempat berbeda di waktu sama
Resapi dan nikmati hasil keduanya yang tentu sungguh berbeda, sungguh murni terkreasi, tanpa contekan, tanpa kecurangan.

#
Let me give you my recent thought.
For woman, crying is a part of conflict management. Especially for me. The one who has steady type of a human. Crying can be a media to pop the ideas up and sprout it then. In the crying moment, my thought become so clear and readable and writable.
You know, I'm proving it now.

Sabtu, 01 Desember 2012

Life Science or Applied Science?


Life Science

Sewaktu kuliah, semester 8 ketika tengah mengerjakan skripsi, aku dekat dengan salah seorang senior yang memiliki perhatian besar terhadap Life Science. Segala yang kami perbincangkan adalah tentang Ilmu yang menuntut imajinasi lebih dalam untuk memahaminya, karena ilmu-ilmu tersebut sangat jauh dari visualisasi mata telanjang. Hanya bisa dilihat secara personal lewat pemikiran otak. Perlu Tuhan YMK yang mampu membukakan tabir orang-orang mau mempelajarinya. Sebut saja Kimia Organik dan Biologi Molekuler. Kedua ilmu tersebut mempelajari hal-hal yang penuh imajinasi, tak bisa disaksikan oleh mata telanjang, namun kita menguasai teorinya, logika kami jalan. Ilmu-ilmu tersebut dapat kami pertanggungjawabkan lewat logika kami. 

Aku? Aku adalah salah seorang yang sudah terlatih bagaimana harus berimajinasi dalam mempelajari kedua ilmu tersebut. Sehingga tak banyak kesulitan kuhadapi, aku mampu memahaminya dengan baik. Thanks God!

Nah, seniorku tadi, amat sangat ahli dalam berlogika. Ia adalah seorang yang sangat konsisten dan logis, mempercayai sesuatu berdasarkan ilmu. Sampai dimana ilmunya, sampai situlah kepercayaannya. Meskipun begitu, ia adalah orang yang open minded, selalu mengekspansi pengetahuan sampai ke tingkat apa saja. Haus ilmu. Itulah seniorku. Dia berhasil mendidikku untuk bertanggung jawab dengan ilmu yang telah aku peroleh. Dialah Muhammad Radifar. Terimakasih banyak senior.. tak akan pernah kulupa jasamu. Bagiku, Mas Radif adalah salah seorang scientist terbaik negeri ini. Aku percaya kalau dunia membutuhkannya, lewat jalan pikirnya yang logis, ia mampu berkreasi dan cepat menemukan solusi. Aku tahu ini karena ialah yang memperkenalkanku pada film dokumenter Genius of Design. Ia sungguh terkagum-kagum bagaimana manusia berkreasi lewat ketelitian desain. Bagiku, ia berhasil mengaplikasikannya. Apalagi, ia sudah kurasa telah menemukan jati dirinya.

Aku? Aku masih saja menerawang, bisakah aku? Bilakah aku menjadi sehebat itu? Betapa tidak percaya dirinya aku ini. Maafkan adikmu ini ya, Mas.

Di akhir pembuatan skripsiku, dia pernah bilang bahwa dia khawatir. “Ketika aku dipapari Applied Science di Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) kelak, akankah aku melupakan semua Life Science yang telah aku pelajari?” . Aku sempat menjawab lewat pesan implisit, “Jangan khawatir, aku mencintai life science sejak SMA, itulah mengapa aku masuk fakultas ini, life science adalah alasanku. Cinta itu beda dengan hanya sekedar suka, kan? Itulah mengapa aku merelakan diriku mengambil tema penelitian ini, meskipun kutahu, di Indonesia, penelitian ini sulit berkembang. Lihatlah, aku begitu bergantung padamu. Bagiku, kaulah promotorku. Kelak, setelah aku lulus, aku akan mendalaminya lebih jauh lagi ke bagian dunia dimana bidang ilmu ini berkembang sangat pesat, bukan Indonesia memang. Aku akan terus semangat mengusahakannya. Jadi, jangan khawatir.” Kemudian aku memiliki pikiran, kelak, aku akan menjadi salah satu pionir cabang ilmu yang sekarang sedang tidak berkembang pesat di Indonesia ini. Ah, kendala masalah dana. Indonesia tidak memiliki prospek dalam bidang ilmu yang aku geluti karena Indonesia pelit dana penelitian. Itu membuatku berpikir masa depanku begitu buram. Apalah artinya sukses bila orang lain, misalnya bangsa sendiri, tak mendukung adanya sebuah sukses itu. Berat memang. Bangsa ini sedang tak memiliki mental. Indonesiaku, aku tak mungkin berdiri sendirian kan. Aku yang sendiri tidaklah memiliki arti bangsa. Beruntunglah ada Mas Radif yang masih mau berdiri tegar, meski bangsa sendiri tak mendukungnya. Ia bagaikan Pramoedya Ananta Toer yang kala itu berjuang seorang diri mempertahankan sebuah idealisme. Baginya, Idealismenya adalah harga mati yang tak seorang pun boleh merusuhinya. I wish, I’ll be with you there.

Aku pernah bercerita kan, aku ini seseorang yang antusias dalam berbagai hal. Selama kuliah di PSPA, benar saja, aku banyak dipapari Applied Science. Mata kuliah yang begitu kompleks harus kami kuasai dasar-dasarnya. Dari hukum, komunikasi, ekonomi, sampai pendalaman life science  yang pernah aku pelajari dahulu. Otakku sungguh terbuka menerima itu semua. Namun, karena iklim yang santai, aku sering tidak sadar bahwa ada banyak hal yang perlu kutanyakan. Karena kesantaian itu, otakku sering telat menerima informasi detail. Hal itu tak menggangguku, jadi kubiarkan saja diriku santai. Selama aku masih bisa memegang erat substansi dasarnya, aku yakin, segala sesuatu akan mengalir sendiri. Pada akhirnya, aku akan menemui masalah dan memecahkannya. Aku yakin aku bisa.

Applied Science

Nah, hari ini, aku mendapat kuliah mengenai keadaan Ekonomi Nasional dan Domestik. Ada beberapa penjabaran tentang Makroekonomi dan Mikroekonomi. Aku merasa, sungguh amat menyenangkan menjadi pengamat ekonomi itu. Meskipun tidak akan menyenangkan bila kita terlibat langsung dalam mengurus perekonomian yang tidak kalah rumit itu. Karena banyak sekali faktor resikonya, apalagi dalam kapasitas sebagai leader (bukan technician). Namun, kuanggap itu adalah tantangan. Betapa sempat terpikirkan olehku untuk bisa menjadi manajer di sebuah perusahaan manufacturing based on chemical entity. Menjadi manajer, betapa menyenangkan dan menantang. Melalui Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, kita bisa mengetahui bagaimana keuangan dunia ini berjalan. Kita meneliti dengan terjun langsung ke dalamnya, mendapatkan data dan menganalisis setajam-tajamnya. Lalu menjadikannya sebagai dasar  hidup perusahaan jangka pendek dan jangka panjang. Itulah kerjaan manajer hingga direktur. Applied Science! Sebelum kita menggagas masalah ekonomi, kita pun harus paham dan memiliki kapasitas dalam melakukan Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Keempat kemampuan tersebut menurutku dapat diasah sambil jalan. Asalkan kita ini orang yang long-live learner dan memiliki semangat, inisiatif, kreatif.

Aku? Bagiku, aku sendiri telah sukses melakukan manajemen diri. Segala targetku telah banyak yang terpenuhi, baik jangka panjang dan jangka pendek serta tak banyak kekacauan kuciptakan. Karena apa? Karena aku menguasai self-controlling! Itulah sedikit kelebihanku yang bisa kuceritakan di sini dalam hal ini.

Tidak salah kan untuk berpikir dan bercita-cita “Setidaknya aku pasti bisa menjadi seorang manajer”. Entah Manajer Produksi, Manajer Jaminan Mutu, atau Manajer Kontrol Kualitas. Meskipun aku tak mengambil mata kuliah manajemen pemasaran. Ah, pemasaran, itu terlalu applied science. aku tak berencana untuk terjun ke dunia pemasaran karena aku masih setia menjaga bara api untuk kembali ke life science suatu saat nanti (contoh self-controlling).

Itulah, semuanya adalah kerjaan. Kerjaan yang harus dilakukan baik di masa sekarang atau pun di masa depan. Pak Purwandi (Direktur Produksi Perusahaan Farmasi), di dalam kuliah menyebutkan bahwa “Kerjaan muncul dari niatan kita untuk melakukan perbaikan-perbaikan sampai mendekati kesempurnaan.” Dalam bahasa life science-ku, “Kita bekerja untuk menyeimbangkan entropi yang terjadi.”

Daripada bingung memilih Applied Science atau Life Science, prinsip yang harus kubangun sekarang adalah: Lakukan segala hal yang harus dilakukan sekarang. Lakukanlah dengan jalan terbaik yang bisa ditempuh. Aku telah memilih 2 hal itu. Sisanya, biarlah Tuhan turut campur tangan. It remains going with the flow. Aku tak mungkin mengambil porsi Tuhan, kan? Do’a adalah juga hal yang bisa kulakukan. Do’akan saya ya, readers! Agar dapat menjadi manusia yang baik di dunia ini. Manusia terbaik adalah yang berguna untuk hajat hidup manusia lainnya kan? Jangan lupakan itu! :)

P.S.: Untuk kakak seniorku, jangan kecewa ya! :)

Kamis, 22 November 2012

Fav Couple Pose


Whoaa..  I love this couple pose, so classy!
Someday I'll pick mine. ^^
O God, please send me a "macho man" like the man above to become my husband.
uhyeah!

Sabtu, 10 November 2012

Medicament

Bapak bilang:

Orang yang meningkat ilmunya namanya orang Suluk. Berjalan, nggak berhenti di jalan. Menuju ke Allah sampai ujung. Maka pikirannya akan selalu terang. Ilmu adalah perjalanan, apa-apa yang dilakukan. Sehari-harinya seperti apa akan kelihatan, sedemikianlah tingkat ilmunya.

Mabrur seperti halnya birrun. Pernah dengar birrul walidaini? Berbuat baik kepada orang tua. Namun bukan hanya berbuat baik. Lebih dari sekedar berbuat baik. Birrun adalah berbuat baik namun tidak dibuat-buat. Maksudnya berbuat baik atas kesadaran sendiri, tidak karena disuruh. Bagaimana manusia bisa sadar kalau ia seharusnya berbuat baik? Itulah kaitannya dengan ilmu tadi, beedasarkan Suluknya sampai dimana. Allah-lah yang memperjalankannya.

Misalnya: Ayah merasa lapar maka ia menyuruh anaknya membelikannya makanan. Seorang anak yang birrul walidaini, tak usah disuruh pun si anak akan sadar bahwa jam sekian ayahnya pasti lapar sehingga anak itu segera bergegas membelikannya makanan. Tidak perlu sampai disuruh ayahnya.
Allah menamakan dan menganugerahi predikat Haji Mabrur itu yang demikian. Yaitu kepada hamba-Nya yang birrun, berbuat baik atas kesadarannya sendiri. Atas kebutuhannya sendiri, bukan berbuat baik karena ada aturan harus berbuat baik. Allah sendiri pun birrun kepada hamba-Nya yang mengetahui.

Ibu berkomentar : Nah kan, ada nyanyian "Sluku-sluku batok, batoke ela elo". Maksudnya adalah kepala orang Suluk yang sedang berdzikir Laa Ilaaha Illallaah.

Kamis, 08 November 2012

In The Wrong Side

Kusadar ternyata penting itu belajar Sosiologi. Setidaknya membaca apa yang seharusnya aku tahu dari Sosiologi. Dengan begitu aku akan sadar kapan menjadi dewasa di waktu yang pas. Dapat membedakan mana norma baik mana norma buruk, pun juga sadar nilai. Bila aku memiliki teorinya, aku dapat mendebat diriku sendiri ketika salah atau benar menurut orang lain. Masalahnya aku tak acuh dengan Sosiologi sejak aku diajari ilmu itu di bangku kelas 1 SMA. Menyedihkan.

Menurut orang lain, kemarin aku dalam kondisi yang salah. Ah bukan kemarin saja. Sudah bertahun-tahun ini aku dalam kondisi yang salah. Orang tahunya baru kemarin. Salah seorang yang tahu kalau aku salah adalah ibuku. Sedih sekali membuat ibu sedih. Terlebih Bapak. Kali itu aku menangis dengan lega, karena air mata yang keluar itu memiliki alasan bagus, yaitu telah membuat orang yang paling kusayangi bersedih atas kekacauanku. Menjanji diri kalau tak akan mengulanginya lagi, seberat apa pun itu. Benarkah berat? Aku sendiri pun tak sadar apakah berat atau ringan. Aku orang yang tak peduli rasa pribadi, terkadang juga rasa orang lain. Syukurlah.. kalau aku peduli, kubayangkan diriku ini cepat sekali menua. Oh, tidak!

Dalam kondisi yang menyalahi norma, ibuku meredamkan kesedihanku. Entah beliau masih sedih atau enggak. Yang jelas, ibu malah bercerita tentang masa mudanya yang membuatku berpikir, "Whoaa... How beautiful and lovely you were in that age, Momma."

Jumat, 26 Oktober 2012

You Used To

Aku merasakan Gema Takbir saat Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha itu sungguh khas. Membuatku turut serta bertakbir tanpa henti. Terutama bila dikumandangkan oleh muadzin di Masjid Agung Batur atau musholla Serang Kusuma dekat rumah. Muadzin yang kukenal dan paling memiliki variasi lagu adalah Suami dari Mbak Datin, yang mana masih tergolong saudara sepupuku. Lagunya.. sekonyong-konyong seperti menarikku ke masa lalu dan ke masa depan yang entah itu kapan. Terasa damai dan bahagia.

Dulu, mungkin sewaktu masih bayi atau masih kecil, saat aku tak paham berartikulasi, Bapak dan Ibu rajin menyenyikan sholawat atau membaca Al Qur'an di dekat telingaku. Sehingga umur 4 tahun aku dinilai lancar membaca Al Qur'an. Umur 8 tahun aku sudah khatam dengan tartil. Umur 9-11 tahun aku kaya piagam penghargaan dari radio Salma FM atas ketartilanku. Umur 22 tahun aku diminta kakakku melatih seorang anak berumur 10 tahun agar tartil mengaji Al Qur'an. Sulit sekali melatihnya. Dia minta untuk langsung ke Al Qur'an saja. Akhirnya aku menolak. Tak berani aku mengambil resiko karena bacaannya sungguh tidak tartil. Aku kembalikan dia ke Iqra'. Sudah 4 bulan aku melatihnya namun dia tetap sulit melancarkan pelafalan huruf hijaiyyah. Kuminta ia untuk selalu berlatih. Namun tetap sulit. Aku pun keheranan, dulu, mengapa aku bisa belajar semudah itu? sedikit picuan dan latihan langsung tartil dan lancar.

Aku pun berpikir, mungkin ini ada hubungannya dengan kondisi saat di dalam rahim dan sewaktu masih bayi. Orang tuaku telah mengenalkanku bagaimana membaca huruf hijaiyyah dengan benar ketika aku masih di dalam rahim. Ketika aku bayi, orangtuaku membiasakanku mendengar mereka berdzikir dan mengaji, mendengarkan muadzin, sholawatan, dll. Mungkin.
Semoga aku bisa mengamalkannya pula kepada anakku kelak. "Nak, kau harus tumbuh cerdas!".
(^_−) ♡

Senin, 08 Oktober 2012

To Love

Mencintai manusia itu membahagiakan.
Yang membuat mencintai itu sulit dan berat adalah bahwa yang kita cintai tidak merasa bahwa kita sedang mencintainya, yang kita cintai menganggap hidupnya sulit dan terlalu banyak masalah, yang kita cintai tidak bisa berhenti membenci.
Cinta akan terasa sulit dan berat bila manusia berada dalam frekuensi yang berbeda. Kau pernah seperti itu? Merasakan sulitnya? Betapa pun tulusnya cinta kita, semua itu seolah tak berguna. Sementara kita yang mencintai berjanji akan tetap cinta bagaimana pun keadaannya. Bertahan. Manusia itu berbatas, terutama dibatasi raganya. Mungkinkah ada yang bisa menembus batas? Maukah kalian mencobanya.. Tetap mencintai bagaimana pun keadaannnya.

Quote from A Rheng

"You know, campus is too ideal. It is almost impossible that all of the theories we get have to be implemented in social life and experiences. We must be flexible and realistic." 
~~ Ari Gunawan (My Classmate in Bachelor Degree)

Selasa, 02 Oktober 2012

250412

Hadiah dari Papap Kanapi (kalau lagi ngasih hadiah manggilnya papap)

Sabtu, 22 September 2012

Medicament

Malam ini Bapak berkata-kata lagi. Ini momen sudah sekian lama kutunggu.

Bapak bercerita tentang Wali. Wali bisa berarti tarikan dan kekasih. Wali pasti mengetahui kekinian dan keesokan. Wali adalah seseorang yang disukai dan dicintai Gusti Allah, sehingga orang itu diberiNya cahayaNya di dalam hatinya. Semua yang tampak padanya hanya Allah, Allah, dan Allah. Namun Gusti Allah tak egois, dijadikanlah orang itu turun ke bumi lagi, dikurangi NurNya sedikit pada diri orang suci tersebut sehingga ia terlibat dalam urusan duniawi dan menjadikannya bermanfaat untuk masyarakat dunia. Namun begitu, orang tersebut telah dipatenkan Gusti Allah sebagai waliNya di muka bumi. Wali tidak harus alim ulama. Mereka mungkin adalah pedagang di pasar, petani, maupun orang kaya. Banyak waliNya di dunia namun banyak juga yang tidak menyadari bahwa dia adalah waliNya. Nur Allah seperti lampu yang membebaskanmu dari gelap gulita, sehingga matamu mampu melihat kebenaran dan keaslian.

Wali Songo, adalah Wali yang terlibat dalam pembedaran Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan-kerajaan di Nusantara termasuk Kerajaan Demak di Jawa.
Dalam urusan pekerjaan untuk keberlangsungan hidup di dunia, manusia hanya diwajibkan untuk selalu mengusahakan yang terbaik. Hasil adalah sebuah pemberianNya, keputusanNya. Manusia memang diberi akal untuk menyimpulkan sesuatu atas segala usaha yang dikerjakannya dan menyangkut hasilnya. Dan itu tidak salah. Hanya saja, jangan pernah menjadikan kesimpulan-kesimpulan itu sebagai pedoman (terutama sebagai niatan).

Imam Syafi'i. Bapak ngendiko, kita tak akan pernah paham memikirkan bagaimana seorang Imam Syafi'i beribadah. Misalnya saja, beliau mengkhatamkan Alqur'an 60 kali tiap bulan ramadhan yang digunakannya sebagai bacaan shalat. Secara logika, itu sebuah ketidakmungkinan, karena baliau masih sanggup bermuamalah dalam kesehariannya di bulan Ramadhan. Namun itu nyata. Kanjeng Rasul membaca surat pendek dalam shalatnya yang dimakmumi para shahabat. Namun disabdakan dalam hadits riwayay 'Aisyah r.a.,  bahwa kita tidak perlu menanyakan tentang kualitas shalat Kanjeng Rasul. Pelajaran eksplisit untuk umatnya hanyalah sunnah-sunnahnya. Imam Syafi'i mengajarkan kita tentang betapa butuhnya kita akan Allah sehingga dalam urusan ibadah, beliau beribadah melebihi Rasulullah dalam hal kuantitasnya.

dst..dst..

Guru Spiritual

Jadi, ada tiga guru spiritual berwujud manusia untuk saya. Ibarat dari metode mereka mengajar manusia, dari ketiganya masing-masing adalah:

1. Utusan yang sedang menempati surga, dan menyampaikan kebenaran surgawi kepada penduduk bumi dengan cara mengiming-imingi kenikmatan hidup di surga. Melambai-lambaikan tangan dari surga kepada penduduk bumi, yang sedang dilanda kesesatan, agar mau naik ke atas berbondong-bondong dengan penduduk bumi lainnya. Yang diajaknya, ada yang sampai ke surga karena berhasil menyamakan frekuensi sehingga langsung tertarik ke surga secepat kilat dan ada yang tidak sampai surga karena gagal menyamakan frekuensi dan banyak yang tidak menggubris lambaian tangannya.

2. Utusan yang bertempat tinggal di surga namun karena berpikir bahwa kondisi kesesatan di bumi sudah dalam taraf stadium IV, sehingga ia merelakan untuk turun sendirian ke bumi dan mengajak langsung penduduk bumi segera naik ke surga. Ia juga rela hati membuatkan lift untuk penduduk bumi yang kesulitan naik ke surga karena kepincangannya. Di bumi, sekaligus ia mentransformasi beberapa penduduk bumi untuk dapat berkomunikasi dengannya menggunakan bahasa kesehariannya, bahasa surga. Namun masih banyak penduduk bumi yang gagal naik ke surga karena gagal komunikasi dan salah paham atas ajakannya, karena sang utusan sering menggunakan bahasa surgawi bukan bahasa penduduk bumi. Tidak semua penduduk bumi sepintar yang yang ia duga ternyata.

3. Utusan dari surga yang turun ke planet tetangga planet bumi lalu mengajak penduduk bumi yang sedang dalam kesesatan untuk naik ke surga. Ia menyediakan jembatan linier dari bumi ke planet tetangga planet bumi tersebut untuk kemudian sama-sama naik ke surga dengan kereta kuda bersayap yang sangat besar. Ada yang tidak berhasil terangkut ke surga karena kereta kudanya mengalami beberapa kerusakan sehingga ada lubang di sana-sini membuat penduduk bumi jatuh lagi tertarik ke bumi.

Minggu, 16 September 2012

Afterglow


Call for you, Sun.
Don't be full up of meeting me every evening.
I've just begun to learn how you can put my mind to this rest.
The afterglow, Lembayung-Jingga.

Kepercayaan

Satu pertanyaan, "Bagaimana mekanisme datangnya kepercayaan?" Aku memang pernah mengalaminya, namun ku tak bisa mengejawantahkan secara sistematis. Sulit sekali buatku merangkai bahasa itu. Padahal, bahasa buatku adalah segala-galanya. Betapa sulitnya hidupku, kurasa inilah yang membuatku sering merasa sepi sendiri.

Kepercayaan, sesuatu yang dapat dengan sangat kuat menjadi pondasi dan motivasi bagi seseorang dalam mewujudkan apa yang diharapkan dalam hidupnya. Kepercayaan adalah sebentuk energi. Mungkin kepercayaan memang hanya datang dari Sang Penyuplai Energi. Dia mengkaruniakannya hanya kepada makhluknya yang berjulukan manusia. Berbagai macam kepercayaan, Dia memberikannya kepada manusia yang dikehendakinya.

Pernahkah merasa beruntung telah dikaruniai sebuah kepercayaan? Atau merasa sial? Mungkin tergantung kualitas dan kekuatan doa dan usaha seorang manusia juga.
Kepercayaan. Barangkali dari sebuah adanya kepercayaan di hati, maka Tuhan begitu mudah mengambil langkah "Kun Fa Yakun". Tidak segan-segan.

Katakanlah, bahwa ketika kau berumur 2 tahun kau sudah mulai diajari membaca Al Qur'an. Umur 5 tahun sudah fasih membacanya. Umur 6 tahun, kau berhasil mengkhatamkannya. Dan mulai saat itulah kau membangun kepercayaan diri bahwa kau akan mampu menghafalkannya pada umur 12-13 tahun nanti. Sebentuk angan yang lebih banyak porsi ketidakmungkinan daripada kemungkinan, bukan? Itu untuk yang tidak percaya bahwa kau sebenarnya bisa. Karena, sudah banyak bukti. Kau memiliki porsi kemungkinan yang sama dengan orang-orang yang telah sukses itu. Untuk benar-benar bisa hapal kau hanya bermodal percaya saja bahwa suatu hari nanti kau bisa menghafal 30 Juz tanpa cacat dengan lagu yang begitu indah. Itulah bagian tersulit. Membangun kepercayaan diri. Setelah kau percaya kau bisa, maka seolah-olah tangan Tuhan benar-benar ikut campur langsung dalam proses usahamu. Dan memang Tuhan ikut campur. Tidak segan-segan, Tuhan pun seperti berucap "Kun Fa Yakun" untukmu. Dan memang demikian. Dari kacamataku, seperti mustahil saja bahwa kau telah benar-benar bisa menghafal 30 Juz tanpa cacat dengan alunan lagu yang merdu. Sepertinya baru kemarin kau mengeluh bahwa kau tidak akan bisa menghafal sebanyak itu. Selamat, usia 12 tahun sudah berhasil menjadi Hafidz/Hafidzah bil ghaib. Sungguh hebat. Terutama hebat dalam membangun kepercayaan diri dan istiqomah dalam berusaha. Kau sudah lupa kesulitan-kesulitanmu dulu bukan? Pastilah kini segalanya terasa mudah bagimu. Keajaiban adalah campur tangan Tuhan secara langsung. Sekarang apalagi cita-citamu? Menjadi Sarjana? Doktor? Imam Masjid? Scientist? Atau aktivis kemanusiaan? Kau hanya tinggal percaya saja selanjutnya, tidak sulit lagi bagimu menyulut sebentuk api yang lain itu.

Bagi yang tidak menyadari bahwa Tuhan benar-benar ikut campur dalam cita-cita luhur tersebut, itulah orang-orang yang sebenar-benarnya sial. Bagi yang menyadari kehendak dan kekuasaanNya, merekalah sebenar-benarnya manusia yang beruntung. Baginya, terjagalah ia dari segala aib yang disembunyikan dunia. Apalagi bagi Sang Penghafal KalamNya, kalianlah rahmatNya yang juga nyata. Kalian yang terkasih dan berlimpah kasih sayangNya. Betapa irinya aku.. Ah, sebenarnya dulu aku bisa. Seharusnya. Namun apatah, aku tidak percaya. Tuhan pun enggan mengulurkan tanganNya padaku. Aku bukan bagian dari kehendakNya yang itu.

Kini, aku sedang berusaha membangun sebentuk kepercayaan pula akan sebuah cita-cita. Alangkah susahnya.. Demi meraih rangkulan kasihNya. Doakan saya.

I know who you are. You're never very far..
We'll be higher than we thought we'd be, because you showed me How to Believe. ~ Bridgit Mendler

Senin, 10 September 2012

Catatan Sore

Seperti halnya kuliah tadi pagi, ini adalah tulisan random.

#
Dosen-dosen profesi UGM dengan cerdasnya memberikan analogi-analogi yang ciamik.
Apoteker ada untuk memberikan informasi dan konseling, bukan untuk menambah masalah, dalam hal ini lingkup kesehatan
Saya hendak menjadi apoteker, itu adalah suatu profesi dan hal yang tergolong spesifik di dunia ini. Setelah nanti saya resmi menjadi apoteker,  maka saya harus jeli mengidentifikasi masalah pasien, bijak-etis-akurat dalam memberikan informasi dan konseling yang dibutuhkan pasien. Hal tersebut pun juga tergolong sebagai bentuk pengabdian. Alangkah kerennya...
Saya, pun juga bukan hanya seorang calon apoteker, namun manusia yang juga berinteraksi dengan orang lain yang bukan hanya seorang pasien. Kemajemukan tipe manusia di dunia ini menjadi tantangan besar untukku.
Sekarang menginjak ke ranah virtual. Saya yang aktif berkecimpung di dalam beberapa sosial media, menjadi kepikiran untuk juga melakukan pemberian informasi dan konseling, bukan problem maker disana. Sejelek-jeleknya, saya memberikan informasi meskipun bukan konseling. Sebenarnya ini bahasan sudah agak kadaluarsa bagi saya. Karena sudah bertahun-tahun yang lalu saya introspeksi bagaimana supaya tidak kebanyakan mengeluh di sosial media. Tapi karena tadi kuliah membahas tentang kewajiban apoteker mengenai "Informasi vs Konseling", jadilah saya menulis ini.
Bagi saya, memilih untuk seperti itu bukan hal yang susah. Awalnya, membenahi mindset mengenai sosial media, lalu merubah niatan dan tujuan.

Mengenai jenis manusia yang bersikap di sosial media, janganlah pula dipikirkan. Kebanyakan kerjaan orang psikologi adalah mengelompokkan orang menjadi tipe-tipe yang beraneka ragam.  Bila kita terjebak ke dalam jurang pengelompokan itu, tidak cerdaslah kita. Bagiku, pengelompokan manusia hanya diperlukan sebagai formalitas.
Misalnya saja sewaktu melamar pekerjaan, tentu kita akan ditanya "Apa kelemahan dan kelebihanmu?". Nah saat itulah kita perlu mempelajari hal psikologis itu. Karena segala tes psikologis akan selalu seperti itu guna untuk kemashlahatan perusahaan/company/etc.

Namun bila memang sulit berubah, ya ndak apa-apa. Saya pribadi memahami, mengapa orang suka mengeluh di sosial media. Saya nggak pernah ambil pusing. Kalau saya risih ya saya block atau remove atau mute atau apalah itu. Namun bukan berarti saya membencinya atau menyalahkannya, karena saya yang bermasalah, bukan dia. Itu salah satu cara saya memahami kemajemukan manusia. Percaya, di suatu fase, manusia akan bosen mengeluh. Di suatu fase, ia akan sangat full of information, dan juga sangat kita perlukan. Manusia seperti itu memiliki guna untuk manusia lain yang mungkin tidak kita tahu, jadi hal apa yang membuat kita memiliki kebencian? kitalah yang rugi, tentu saja.  Ini bukan hanya soal mengeluh, namun segala apa pun yang membuat kita membencinya atau merasa terganggu oleh manusia selain diri kita.

#
Ah ya, ada satu dosen lagi yang tadi pagi memberikan analogi. Tapi bahasannya beda bangeettt. Tadi, sewaktu kuliah farmakokinetika klinik, dosen saya menerangkan bahwa obat yang diberikan secara ekstravaskuler, bioavailabilitasnya memiliki opportunity 0-1. Kebanyakan < 1 pokoknya. Selalu ada yang tidak nempel ke reseptornya. Bahkan, yang intravaskuler pun, kemungkinan tidak selalu 1 bioavailabitasnya, tapi masih saja dianggap 1. Bagaimana bisa ada standardisasi bioavailabititas intravaskuler itu adalah 1? Ya begitulah, selalu ada standardisasi untuk banyak hal di dunia ini.
Analogi yang dipaparkan oleh Bapak dosen adalah, penetapan hilal di bulan Ramadhan. Bahwa ada sekelompok umat muslim yang ketika dia menghitung secara matematika, maka sudah ada bulan di sudut 1 derajat. Bulan apa itu? tentu saja bulan Ramadhan. Eh, tapi tunggu dulu, bulannya (hilal) belum kelihatan. Jadi tidak boleh langsung menetapkan tanggal tersebut adalah tanggal 1. Padahal hilal sudah 1 derajat, namun standardisasi menyatakan itu belum bisa disebut bulan baru karena belum terlihat mata.
Intinya, matematika dan keyakinan itu terkadang tidak memiliki muara yang sama karena hal keterbatasan rasio. Manusia majemuk tidak bisa saling memaksakan.

Indoneuthanasia

Memilih pemimpin di Indonesia saat ini ibarat memilihkan obat untuk pasien penderita penyakit komplikasi. Drug of choice yang ada hanyalah "jelek berefek atau sangat jelek berefek". Jadi, bagaimana? Seringkali yang terjadi dokter terkesan menghalalkan praktek Euthanasia. Apa kita juga hendak meng-euthanasia bangsa kita sendiri yang dilahirkan dengan tumpah darah yang tidak sedikit dan juga tidak sederhana? Oh, come on!!

~tulisan di pojok kelas ruang VIII FA UGM

Minggu, 09 September 2012

Alumnus Card

Baru tahu bahwa Ketua Umum KAGAMA adalah Kanjeng Sultan setelah menerima kartu ini. :)

Jenazah

Tadi pagi 2 jam duduk di depan jenazah, tepat 2 meter.
Sebelum duduk kusempatkan menyolatkan sang jenazah, simbah Mariyah, tetanggaku yang masih tergolong sebagai nenek meski trahnya agak jauh. Gara-gara ibu menceritakan bahwa dulu, saat aku lahir, mbah Mariyah bela-belain naik bus sendirian ke rumah sakit tempat aku dilahirkan, lalu menunggui ibu seharian di rumah sakit di kota Klaten itu, mungkin Mbah sempat kepanasan sewaktu perjalanan, dan tentu saja kecapean. hiks.... Terimakasih banyak mbah Mariyah.
Kalau itu aku, aku pasti nggak mau pergi-pergi kalau nggak ada kendaraan dan barengan buat jenguk tetangga atau siapa, oh... kau masih lebih baik Mbah, jauh lebih baik daripada cucumu ini.
Ibu juga cerita, Mbah Mariyah selalu mendengar tangis Mbak Us  sewaktu mbak saya itu masih bayi dan ditinggal ibu ke pasar. Mbah Mariyah pun mengambil mbak Us yang masih bayi untuk dininabobokkan kembali. Bapak nggak ada, karena saat itu Bapak sedang pergi ke Bandung selama seminggu untuk mencari pekerjaan.
Bertambahlah rasa hutang budiku ke simbah yang tadi telah menjadi jenazah di depan mataku.
Melihat badannya yang telah dibungkus kain kafan, berlanjut dengan gerimis di hati, dan menangisi diri... betapa dekat kematian itu.
Kini Mbah Mariyah telah berada di dimensi lain, begitulah nanti juga takdirku.
Sebelum simbah meninggal, beliau sakit, meski awalnya hanya dimulai dengan jatuh lalu keseleo, berlanjut dengan ketidaksembuhan selama berminggu-minggu dan akhirnya malaikat Izrail pun menjemputnya.
Konon, orang yang sakit parah lebih dari 3 hari maka segala dosanya terampuni. Itulah mengapa (mungkin) banyak orang yang meninggal setelah sekian lama sakit, Allah masih menyayangi hamba-hambanya, tentu saja.
Selamat jalan, Mbah..

Tadi sewaktu melayat, sempat terpikirkan, andaikan aku laki-laki, aku hendak menjadi pengantar jenazah kekuburan, bukan hanya pengantar, namun juga penggotong jenazah tiap kali ada orang meninggal. Ada bapak-bapak yang notabene teman dekat bapak, tiap kali ada orang meningggal di desanya, bapak itu selalu menggotong jenazah sampai kekuburan dan meletakkannya di liang lahat. Betapa arif pasti orang seperti itu. Namun aku perempuan, hal seperti itu tidak lazim dilakukan perempuan di desaku.

Nanti kalau aku meninggal, akan bagaimanakah diriku ini? Jiwa-Ragaku ini? Siapa yang akan mendoakanku? Niscaya kalau aku punya anak, akan kuajari mereka untuk senantiasa mendoakan para sesepuhnya.

Yaa ayyatuhannafsul muthmainnah... Irji''i ilaa Rabbiki raadhiyatan mardhiyyah.
Fadkhulii fii 'ibadi, wadkhulii jannatii.

Minggu, 02 September 2012

Dear, My Little Fella

Memandangi wajah sendiri di depan cermin, sedang menangis pilu. Pernah kalian menyaksikannya? Jelek sekali. Dahi mengkerut, mata dan hidung merah mengeluarkan air-air garam yang tak habis-habis meski diusap berkali-kali. Untung punya Android yang dapat turut membantu untuk mengabadikan momen ini ke dalam blog. Hingga blog ini terisi curhatan cengeng tak berguna. Tapi aku harus cerita ke siapa lagi? Setan pun sedang tak peduli.

Ini hari memang memilukan, orang-orang pergi entah kapan balik lagi. Rumah dan jalanan sangat sepi. Kubuka kamar, gelap. Tak ada yang berpenghuni. Satu yang sangat ingin kujumpa, Dek Salsa, pun juga telah pergi untuk waktu yang lama. Pulang hanya 6 bulan sekali. Bagaimana aku tidak menangis? Karena kamarnya telah kosong.. Bajunya tinggal beberapa potong dalam lemari. Tak bisa lagi kugoda dia seperti tiap hari selama sebulan kemaren. Aku sedang tak ingat umur, jadi memilih untuk menangis saja. Karena sesungguhnya, aku sangat menyayanginya. Gadis manis penurut yang hendak beranjak dewasa, yang hanya pulang ke rumah 6 bulan sekali. Pernah kau punya adik? Jangan pernah kau sia-siakan. Seharian aku pergi, dan kami tak sempat berpamitan.

Belajar yang rajin ya dek.. Ngaji yang bener. Semoga aku bisa menjadi kakak yang baik. :')

Kamis, 30 Agustus 2012

S. Farm.,

Apa itu S. Farm? kayaknya nggak banyak orang mengetahui deh. Jadi, S. Farm., konon adalah Sarjana Farmasi gitu..haha.. Seperti ini nih, slempang Fakultas Farmasi memiliki 3 lapis warna. Suatu kali, 3,5 tahun lalu, dosen saya yang bernama Drs. Riswaka pernah memberi tahu bahwa slempang Fakultas Farmasi memiliki warna yang paling enak dilihat : putih, hijau, dan kuning. Waktu itu, nggak terlalu terbayang, karena wisuda rasanya masih jaauuuuuuuhhhhh sekali. Eh, tiba-tiba aja, kata-kata Pas Ris berasa telah terekam segar di dalam ingatan.


S. Farm.(koma). Koma? Ya, koma. Soalnya, tanggal 10 September 2012 besok sudah masuk kuliah lagi... sampai nanti sah bernama akademis "Nihayatul Karimah, S. Farm., Apt.", Trus habis itu, ndak tahulah saya akan bernasib gimana. Ini sedang mengumpulkan semangat berutinitas sepanjang 6 bulan pertama dan 6 bulan berikutnya yang pasti nggak kalah seru sama rutinitas 4 tahun yang lalu.

Ngomong-ngomong, untuk mendapatkan gelar S. Farm. nggak harus pake wisuda lho, itu cuma peresmian aja. Cukup dengan yudisium S1 Farmasi,  maka sudah boleh dapat gelar dan ijazah. Tapi, karena suatu misi, akhirnya ikut wisuda. Misi tersebut adalah membawa Bapak Ibu memasuki gedung Ghra Sabha Pramana, menyaksikan anaknya dipanggil "Nihayatul Karimah dengan predikat Cumlaude" ke podium, mendengarkan lagu Hymne Gadjah Mada yang dinyanyikan serentak oleh para mahasiswa dan paduan suara mahasiswa, dan yang terakhir foto bersama. Sedikit Euforia... Berharap mereka semakin rajin mendoakan anaknya ini, dan menyadari sudah sampai mana perjalanan anak terakhirnya ini. Semoga mereka bahagia. :)



Sewaktu wisuda, ketika saya ilang, karena sedang berproses mencari orang tua, saya ditemukan Bumi. Tiba-tiba aja nongol di depan mata seperti malaikat penyelamat yang lalu menyerahkan seiket bunga mawar merah jambu cantik. Sayang, adegannya nggak terekam, haha.. Terimakasihyaa... ^___^




Dan hari ini, datanglah link video dari Kincrut yang merekam jejak langkah Bumi dalam perjuangannya menjadi pendamping wisuda saya, kayaknya itu hadiah ulang tahun gitu buat Bumi. Karena eh karena, pada tanggal 28 Agustus 2012, tepat di hari wisuda saya, Bumi genap berusia 22 tahun. Panjang umur, yeobo... Semoga semakin ... (silakan diisi sendiri). heheh
ini nih, videonya. Terimakasih sedalam samudra buat Kincrut.




Jadi, rasanya, wisuda sarjana kemaren itu em am emmmmm hmmmmm, belum semuanya, belum tuntas, belum selesai, belum afdhol. Buku setebal 4 tahun lembar itu belum bisa aku tutup, belum,

Rabu, 29 Agustus 2012

Seharusnya

Yang tersayang tidak hanya ada di sini, namun juga di sana
Yang tercinta tidak hanya ada di sini, namun juga di sana.
Demikian Tuhan mengajari lewat wujud-Nya.
Bagaimana bisa kau lupa?

Bahkan Sayyidina Ali r.a pernah ditanya: Apakah panjenengan pernah melihat Tuhan?. Beliau balik bertanya: Bagaimana mungkin aku menyembah Dzat yang belum pernah kulihat?

Senin, 27 Agustus 2012

Himne Gadjah Mada

...H-1 Wisuda Sarjana...

Bakti kami mahasiswa Gadjah Mada semua
Kuberjanji memenuhi panggilan bangsaku
Di dalam Pancasila-mu jiwa seluruh nusaku
Kujunjung kebudayaanmu kejayaan Indonesia

Bagi kami almamater kuberjanji setia
Kupenuhi dharma bakti tuk Ibu Pertiwi
Di dalam persatuanmu jiwa seluruh bangsaku
Kujunjung kebudayaanmu kejayaan Nusantara

Jumat, 24 Agustus 2012

Within Our Worlds

Rasanya, Yogyakarta adalah hanya titik, saat ini. Tidak seperti biasanya, yang selalu menyediakan koma. Dengan satu alasan, seseorang baru saja berkata bahwa akan ada yang terlewatkan besok subuh.
Kau tau kan, The arrow of the time always goes to one direction and never be happened in reverse. What if no time or what if it were happened in reverse, I would remake all things better and choose as best as I can.
Now, I've been trapped within this world, my own world with all the chaos', problems, sadness, sorrows, happyness. I accept and will never reject the destiny. The best at this time is to be responsible for what happened in the past. Kamu pernah diajarkan untuk demikian bukan? Beginilah aku sekarang. Running away is the worst thing I can do right now.

Kartini memperjuangkan emansipasi wanita tidak agar wanita menindas laki-laki atau mempermainkannya. Kan kamu juga tahu hal itu. Kan kita sama-sama terpelajar. Sama-sama tahu mana yang terlarang dan mana yang dianjurkan.

Hidup di dunia realitas selalu ada aturan mainnya, dimana hukum alam akan selalu berlaku buat kita yang tengah menjalani kehidupan ini. Kita sama-sama tak boleh mengingkarinya. Masalah, yang terlalu rumit dapat tidak terselesaikan dan menyisakan luka yang menganga lebar di hati, karena manusia seperti kita yang majemuk ini.

Biarlah. Jadi, biarlah aku menyelesaikan halku. Mari kita menuju sesuai dengan panah waktu kita, pada ruang kita masing-masing yang selalu menyimpan misteri ini. Kau dengan misterimu, aku dengan misteriku.

Sabtu, 18 Agustus 2012

Hai, Brain?

Ini otak kenapa, kenapa kamu?
Ada 3/4 eksemplar, lalu 1 eksemplar kemudian, menunggumu dan sepasang matamu sekaligus untuk meniti patah-patah katanya. Sedang begini manjakah kamu setelah sekian puluh tahun kau kupaksa dan kupaksa, atau sedang marahkah kamu sekiranya aku telah berbuat dzalim terhadapmu?
Kau begitu penting dan kini kau sedang membahas kau sendiri, jangan terlalu lama.
Beralihlah ke bahasan selain dirimu, hai otakku.
Lihatlah matamu begitu tergiur akan segala yang dilihatnya untuk menunggu responmu.
Bagaimana aku kuat kalau kau sebegini lemah.

Matahari Sendiri

Di waktu Dhuha ini, matahari terlalu silau. Aku sedang memaksakan diri untuk menemukan titik keindahannya. Sebagaimana orang bilang bahwa matahari mirip dengan Cahaya di atas Cahaya. Maka aku berusaha keras memahaminya. Namun yang kutemukan hanyalah kehangatan merasuk tulang dari yang tadinya ditusuk dingin. Betapa aku belum cukup pula merasa bahwa hangat itu bagian dari keindahan, keindahan matahari.
Baiklah, begini pun aku bisa mengambil pelajarannya. Aku menerimanya dan memaafkan diriku yang begitu bodoh ini.
Duhai matahari, maaf, aku belum bisa mengatakan bahwa kau indah.
Sesaat berlalu...
Angin semilir pun datang, masihkah belum indah?
Bukan itu, aku sedang hanya menyoal matahari dengan segala kesendiriannya.
Bagaimana? Benarkan bahwa aku perlu banyak membaca dan berpetualang sekaligus? Katakan Ya.

Rabu, 15 Agustus 2012

26 Ramadhan 1433 H


 .........
اللَّهُمَّ ارْحَمْنَا بِالْقُرْآنِ , وَاجْعَلْهُ لَنَا إِمَامًا وَنُوْرًا وَهُدًى وَرَحْمَةً , اللَّهُمَّ ذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نَسِيْنَا , وَعَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا , وَارْزُقْنَا تِلاَوَتَهُ آنَآءَ اللَّيْلِ
  وَأَطْرَافَ النَّهَارِ , وَاجْعَلْهُ لَنَا حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ,

.........
اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا أَدَآءً بِالْقَلْبِ وَحُبَّ الْخَيْرِ وَالسَّعَادَةِ وَالْبَشَارَةِ مِنَ اْلإِيْمَانِ . اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ بِعَدَدِ مَا فِي جَمِيْعِ الْقُرْآنِ حَرْفًاحَرْفًا , وَبِعَدَدِ كُلِّ حَرْفٍ أَلْفًا أَلْفًا

........
 Aamiin

(Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Kapan lagi kalau tidak Ramadhan tahun ini, dengan Allah terkasih yang menyediakan waktu selapang ini. Sungguh, mengkhatamkan kalam-Mu adalah kenikmatan yang tiada bandingannya. Perkenankan untukku kesempatan itu lagi, Ya Allah. Aaaamiin....)

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Dan telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An'am: 115)

Sabtu, 04 Agustus 2012

Anak Semua Bangsa ~ Buru Quartets


Pramoedya Ananta Toer
Betapa murahnya hidup ini, Ann. Untuk seterusnya kita takkan dapat bicara dan bercengkrama lagi. Kau takkan lagi dengar cerita-ceritaku. Antara kita berdua tinggal hanya sepenggal kenang-kenangan indah, dan semua yang indah saja.
Minke. (Anak Semua Bangsa, p. 51)

Biar aku pengagum Jepang, tak pernah kusangka bangsa yang tak pernah dijajah Eropa ini bisa memperoleh kehormatan Internasional begitu tinggi di antara bangsa-bangsa termaju di dunia. Kapal perangnya menjelajahi semua perairan dunia. Moncong meriamnya menuding langit dan laut. Betapa akan bangganya setiap bangsa Asia dengan kehormatan seperti itu. Tidak pernah merangkak berkowtow pada kekuatan asing.
Minke. (Anak Semua Bangsa, p. 66)

Sampai dengan masa-masa hidup kita ini, Minke, terus menerus bangsa-bangsa dari utara datang padamu untuk menginjak-injak kau. Ya, sampai dengan masa-hidup kita, Minke. Kau sendiri ikut mengalami. Utara sendiri selalu jadi mata angin keramat bagi bangsamu, sampai-sampai dalam impian. Kan mimpi berlayar ke utara selalu dianggap oleh bangsamu sebagai firasat bakal mati. Kan sejak jaman-jaman tak dikenal bangsamu menguburkan mayatnya ke utara bujur? Kan ideal rumah kalian adalah menghadap ke utara? Kata Papa, karena dari utaralah datang kaki segala bangsa, meninggalkan kalian  setelah jadi buncit, dan sampah-sampahnya yang kalian dapatkan? Dan penyakitnya? Dan hanya sedikit dari ilmunya?
Miriam de La Croix. (Anak Semua Bangsa, p. 67)

Martin Nijman: Angkatan muda Cina yang terpelajar cemburu melihat kemajuan Jepang. Jepang yang itu juga, yang merampas bagian-bagian negerinya. Cemburu! Juga geram dan gusar karena kesadaran yang tak berdaya.
Minke: Seperti aku seorang.
Anak Semua Bangsa, p. 68

Mengapa kau hanya menulis dalam Belanda? Mengapa kau hanya bicara pada orang Belanda dan mereka yang mengertinya? Kau tak berhutang budi sedikit pun pada mereka seperti pernah dikatakan oleh ibumu. Apa yang kau harapkan dari mereka maka kau selalu bicara pada mereka?
Kau Pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, Pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu.
Kommer lebih mengenal Pribumi daripada kau! Kau tak kenal bangsamu sendiri. Melalui pembaca-pembaca Melayu, yang buta huruf pun ikut jadi tahu. Tergerak perasaan mereka, tersinggung perasaan keadilan mereka ….
Jean Marais. (Anak Semua Bangsa, p. 71-73)

Eropa tidak lebih terhormat daripada kau sendiri, Nak! Eropa lebih unggul hanya di bidang ilmu, pengetahuan, dan pengendalian diri. Lebih tidak. Lihatlah aku, satu contoh yang dekat –aku, orang desa, tapi bisa juga sewa orang-orang Eropa yang ahli. Juga kau bisa. Kalau mereka bisa disewa oleh siapa saja yang bisa membayarnya, mengapa iblis takkan menyewanya juga?
Nenek moyang kita menggunakan namanya yang hebat-hebat, dan dengannya ingin mengesani dunia dengan kehebatannya –kehebatan dalam kekosongan? Eropa tidak berhebat-hebat dengan nama, dia berhebat-hebat dengan ilmu dan pengetahuannya. Tapi si penipu tetaplah penipu, si pembohong tetap pembohong dengan ilmu dan pengetahuannya.
Nak, di dunia ini tinggal kau sekarang yang ada padaku. Sendiri begini aku di dunia ini. Hampir-hampir tak tahu lagi aku apa guna masih harus bekerja begini. Sebenarnya aku bisa lewatkan hidup ini tanpa mengerjakan sesuatu apa pun. Tapi perusahaan ini tak boleh mati merana. Dia adalah anakku sendiri, anak pertama. Dia harus tetap sebagai anakku tercinta, sekali pun jatuh ke tangan orang lain. Dia tidak boleh rusak seperti yang lain-lain. Dia tak boleh hanya diperlakukan sebagai sapi perahan. Dia adalah sesuatu yang hidup.
Nyai Ontosoroh. (Anak Semua Bangsa, p. 100-105)

Batu-batu kali, kerikil, dan cadas pun bisa menyatakan perasaannya. Jangan remehkan satu orang, apalagi dua, karena satu pribadi pun mengandung dalam dirinya kemungkinan tanpa batas
Minke. (Anak Semua Bangsa, p. 108)

Perantau-perantau Jepang pulang ke negerinya membawa ilmu, yang dengan rendahhati mau mempelajari apa saja di negeri mana saja mereka mencari penghidupan, dan dibawa pulang menjadi daya pengembang negeri dan bangsanya sendiri. Suatu bangsa membutuhkan ilmu dan pegetahuan, kesadaran akan perubahan, terutama manusia baru berjiwa baru yang rela bekerja untuk bangsa dan negerinya. Ilmu penetahuan hanya syarat. Dengan ilmu-pengetahuan modern, binatang buas akan menjadi lebih buas, dan manusia keji akan semakin keji. Tapi jangan dilupakan, dengan ilmu pengetahuan modern binatang-binatang yang sebuas-buasnya juga bisa ditundukkan. Tuan tahu yang kumaksudkan: Eropa.
Khouw Ah Soe. (Anak Semua Bangsa, p. 116)

Dulu suatu bangsa bisa hidup aman di tengah-tengah padang pasir atau hutan. Sekarang tidak. Ilmu pengetahuan modern mengusik siapa saja dari keamanan dan kedamaiannya. Juga manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai individu tidak lagi bisa merasa aman. Dia dikejar-kejar selalu, karena ilmu pengetahuan modern memberikan inspirasi dan nafsu untuk menguasai: alam dan manusia sekaligus. Tak ada kekuatan lain yang bisa menghentikan nafsu berkuasa ini kecuali ilmu pengetahuan itu sendiri yang lebih unggul, di tangan manusia yang lebih berbudi ….
Minke. (Anak Semua Bangsa, p. 123)

Perasaan tidak enak masih juga menongkrong dalam hatiku, karena petani yang seorang ini kembali bicara ngoko. Benar-benar dia petani yang sudah keluar dari golongannya. Dan apa pula gunanya aku hadapi dia dan berbaik-baik? Tapi kau sudah bertekad hendak mengenal bangsamu! Kau harus dapat mengenal kesulitannya. Dia salah seorang dari bangsamu yang tidak kau kenal, bangsamu yang hendak kau tulis kalau kausudah mulai belajar mengenalnya!
Minke. (Anak Semua Bangsa, p. 237)

Berapa ratus, ribu tahun turun-temurun mereka tidur seperti ini? Sungguh jenis manusia yang sangat tahan, kuat. Antara sebentar tanganku bergerak membebaskan diri dari gigitan nyamuk dan kepinding. Dan mata tetap tak terpincingkan. Lama-kelamaan aku jadi jengkel dan duduk dalam kegelapan. Tapi nyamuk dan kepinding tidak peduli pada kejengkelanku. Mereka terus juga jahil dan haus darah seakan tak ada makhluk lain yang membutuhkan hidup kecuali mereka. Betapa mahalnya biaya hanya untuk tak didakwa tak mengenal bagsa sendiri. Dan sekiranya aku tidak memberikan uang belanja, mungkin selama sehari ini aku belum lagi makan. Apa sesungguhnya mereka makan sehari-hari? Aku belum lagi tahu.
Minke. (Anak Semua Bangsa, p. 254)

Ya, memang belum banyak yang bisa kudapatkan dalam diriku. Jean Marais bercita-cita mengisi hidup dengan lukisan-lukisannya, bukan hanya menyambung hidup. Untuk apa aku menulis sampai mendapatkan kemashuran sebanyak itu? Hanya untuk memburu kepuasan diri semata? Kau tidak adil, Minke, kalau dengan memburu kepuasan saja bisa mendapatkan kemashuran. Tidak adil! Orang-orang lain bekerja sampai berkeringat darah, mati-matian, jangankan mendapat kemashuran, hanya untuk dapat makan dua kali sehari belum tentu bisa.
Dan kau tidak beda dari orang-orang lain. Kau tidak lebih tinggi dari Trunodongso. Itu kalau kau benar-benar mengerti Revolusi Prancis. Bagaimana kau sekarang, Minke?
Dan teringatlah aku pada Khouw Ah Soe. Dia telah mengisi hidupnya. Juga Pribumi Filipina yang mencoba manghalau Spanyol, mereka telah mengisi hidupnya. Dan menghalau Amerika Serikat.
Minke. (Anak Semua Bangsa, p. 279)

Belum jamannya seorang berkaki telanjang mencoba memulai percakapan dengan yang bersepatu. Dalam cerita-cerita nenek moyang, yang berkasut dan bersepatu hanya para pandita dan para dewa. Dan sepatu oleh orang-orang sederhana ini dianggap telah mewakili kekuasaan Eropa, dianggap senyawa dengan senapan dan meriam kompeni. Mereka lebih takut pada sepatu daripada belati dan parang, pedang, atau pun keris, tombak. Kalian hampir-hampir tepat, Herbert, Sarah dan Miriam de la Croix: mereka sudah berhasil dibikin sedemikian rendahnya, oleh bangsa Eropa, oleh pembesar-pembesar Pribumi sendiri. Mereka sudah sedemikian penakutnya, ketakutan sebagai pesangon dari kekalahan terus-menerus selama tigaratus tahun di medan-perang menghadapi peradaban Eropa.
Nah, Kommer, masih juga aku tak mengenal bangsa sendiri? Orang masih akan menganggap aku kurang penuh, tertawa di belakang punggungku, hanya karena aku cuma bisa menulis Belanda? Aku sudah bisa menjawab: biar Cuma secuwil, aku sudah mulai mengenal bangsa sendiri, bangsa tani ini.
Minke. (Anak Semua Bangsa, p. 357-358)

Dari lampu-lampu jalanan dapat kulihat mereka menjadi gelisah mengetahui masuknya seorang dokter dalam kehidupan Truno. Ah, betapa yang serba Eropa menganiaya kedamaian batin mereka. Aku merasa tak mampu membuka percakapan lebih lanjut. Sadarlah aku pada adanya jarak berabad antara aku dengan mereka. Jarak berabad! Inilah mungkin yang dikatakan oleh guru sejarah dulu: jarak sosial, boleh jadi juga jarak sejarah. Dalam satu bangsa, dengan satu asal makan dan satu asal minum, di atas satu negeri, bahkan dalam satu andong, bisa terjadi suatu jarak, belum atau tidak terseberangi. Kami seandong berdiam diri dengan gapaian pikiran masing-masing.
Minke. (Anak Semua Bangsa, p. 361)

Jumat, 06 Juli 2012

Marriage ~ AlissaWahid

13th lalu, jam segini panik krn ada rombongan2 bis datang utk hadiri pernikahan. Tanpa EO, semua diurus sdr (salahnya koleris). Inget banget, ditelpon orang dimarah2in krn hanya undang kyai senior2. "Tdk boleh pilih2 begitu, kan yg mau hormat banyak!". Ada 2 hal yang disampaikan Bapak & Ibu yang betul2 berbekas untuk saya dalam proses pernikahan itu. Dari Ibu pas menolak acara cuci kaki suami: "Saya tidak membesarkan anak2 perempuan sy utk mjd hamba lelaki manapun!". Dari Bapak soal undangan, "Tidak boleh ada VIP-VIPan. Semua tamu undangan itu VIP buat saya!". Wuih.. Dari Ibu sy belajar ttg martabat perempuan. Ibu sy sgt hormat pada Bapak, dan diwujudkan dlm hubungan yg setara. Dari Bapak, saya belajar tentang martabat manusia, bahwa kita semua sama sederajat dalam kemanusiaan kita. Di mana tak ada salahsatu yg dianggap lbh rendah.
Bpk-Ibu saya berbagi tugas. RT @chalifahrum: hubungan yg setara gmn maksudnya?
Sangu untuk saya memasuki gerbang pernikahan dari Bapak Ibu saya 13tahun lalu itu benar2 tak ternilai. I am blessed. Genap 13tahun ikatan di hadapan Tuhan ini. Mensyukuri jalan berliku lalui padang lembang bukit kehidupan bersama. We are blessed.
Love is a choice. You built the marriage on it. To get at this point, we shed tears of joy, sadness, hurt, and pain. And we understand, it would be a long-life process.
Jangan berpuas diri dengan berkah berupa pasangan & hubungan yang baik. Manusia berubah, hubungan pun berubah. #marriage Cinta & hubungan adl hasil dari katakerja mencintai. Kl tak lakukan kerjanya, ya wujudnya pun menghilang perlahan. #marriage Apapun kondisi #marriage saat ini, kita punya andil. Bukan hanya akibat 'kelakuan' pasangan. Stop blaming, start working.
Kalau sedang mendampingi pasangan yg bermasalah #marriage, paling sedih melihat yg satu 100% salahkan pasangannya. Sejelek2nya sikap pasangan kita, pasti ada andil kita. Setidaknya andil membiarkan dia terus begitu. #marriage
Remember, there are 3 ways to deal with any situation: Change, Accept & Adapt, or Get Out. Our responsibility to choose.
Jam terbang proses yg menentukan kematangan itu mbak @TitiRusdi, jgn dikira aku bs begini sejak awal, he3x. Berdarah2 :)
Asal tdk ada aspek pelanggaran kemanusiaan, sy selalu percaya semua #marriage pd dasarnya bisa diperbaiki. Ada harganya. Dr byk klien+teman yg sy dampingi, org yg matang lebih cepat 'merevitalisasi' #marriage -nya krn mau bayar harga proses. 
In #marriage, you lose some of yourself to get a great sum of togetherness. Be willing to give, before you receive.
Penipuan, kekerasan fisik/psikis. RT @navayette: pelanggaran kemanusiaan contohnya apa aja mba? #marriage
Tiap #marriage akan alami masa mepet di pinggir jurang. Tentukan sejak skr, apa pagar terakhir yg tak akan dilewati. Contoh pagar jurang #marriage : tidak berucap 'Cerai!' | tidak kabur dr rumah | tidak memukul | dll. Sepakati dg pasangan. Memang #marriage itu hubungan yg paling penting. Ia bisa memperkaya hidup kita, bisa juga merusak. Krn itu ia rapuh.
Terhadap pasangan: lihatlah kelebihannya. Terhadap diri sdr: lihatlah kelemahan kita. Jangan dibalik. #marriage  Terima kelemahan dia spt kita menerima kelemahan kita. Sering lupa kelemahan kita kan? Sering minta dimaklumi? #marriage Fokuskan, kagumi, dukung kelebihan dia spt kita membanggakan kelebihan kita. Sering dibesar2kan to? Nah sama. #marriage Bukan cintanya, tetapi kebahagiaan yang bisa tercipta karena cinta yang ada. #marriage Ingat selalu, wujud cinta bagi lelaki adl dihormati oleh istrinya; bagi perempuan adl disayangi oleh suaminya. #marriage Dihormati oleh istri adalah sumber rasa aman & harga diri suami. Itu yg ia perlukan utk bisa menaklukan dunia. #marriage Krn dihormati istri, lelaki akan merasa yakin pd dirinya. Lelaki yg pede akan bisa mencapai banyak hal. #marriage Dan buat istri, perasaan disayang/dicintai-lah yg jadi modalnya utk merasa aman. Saat ia secure, surgalah dunia. #marriage Jgn remehkan kekuatan cinta bagi perempuan. Apa kurang byk kisah2 inspiratif & destruktif soal ini? :) #marriage Banyak suami yg mati2an kerjakeras utk keluarganya, krn ini caranya menunjukkan bhw cinta pd istri & anak2. #marriage
 Ya betul soal kesejahteraan itu adl jaminan security buat istri. Tapi bilang 'sayang'nya tetap puenting.. #marriage Jgn spt teman sy: 'ah, istri sy tahu kok, sy cinta dia. Kl nggak, masa sy nikahi? Sy tunjukkan ddg tindakan.' #marriage Tanya dulu aja ke istri, dia oke nggak tanpa kata-kata? Jangan paksa istri mengerti tanpa rembugan. #marriage Jangan berharap pasangan dg sendirinya mengerti apa yg kita mau. Dia kan bukan dukun... #marriage Seringnya kita minta permakluman ke pasangan dengan kalimat "Harusnya kamu tau dong aku kan bla3x..." #marriage Tapi kl diminta permakluman oleh pasangan, kita jawab "ya mana aku tau kamu pengennya bla3x kl kamu nggak bilang" 
#YangPerluDihindari: membandingkan pasangan dengan orang lain, apalagi di depan dia & orang lain. #marriage  
#YangPerluDihindari: "Apa-apa aku. Cari uang, aku. Ngurus anak, aku. Benerin lampu, aku. Kenapa semua hrs aku?" #marriage# 
#YangPerluDihindari: masih menyerahkan keputusan keluarga kpd pihak luar spt orangtua. Itu tak sehat utk pasangan. #marriage 
#YangPerluDihindari: membawa luka dari hubungan terdahulu ke dalam #marriage, dan 'memaksa' pasangan menerima. 
#YangPerluDihindari: berkata "ya aku memang begini, tinggal kamu nerima atau tidak!" Itu tak adil bagi dia. #marriage 
Mentor sy bilang: "lelaki selalu tenang bila merasa mampu mengendalikan segala di sekitarnya, t'utama keluarga" #marriage Respek dr istri membuat suami merasa segalanya ada dlm lingkar kendali, shg ia merasa aman. Jadi pede deh. #marriage Suami yg merasa direspek » harga dirinya baik » tdk takut kerja keras & tantangan » sukses. Ini rumus. #marriage Lelaki itu paling rapuh justru thd istrinya. Kalau istri bisa membuat ia feel good, jiwanya seakan punya rumah. #marriage Kalau tidak, suami akan merasa hilang kendali di rumah. Insecurity-nya muncul & akan cari 'rumah baru' #marriage 'Rumah baru' suami bisa berupa abis2an di kantor, sibuk dg hobi, lari ke judi/mabuk. Hanya utk sense of control #marriage Bgm dg perempuan lain sbg 'rumah baru'? Bisa, tp hrs hati2. Tak semua perselingkuhan tjd krn lelaki tdk direspek #marriage Bgmn respek suami? Dg percaya pd kemampuan & judgementnya, dg tdk merendahkannya, dg tdk bersikap sok benar. #marriage Bgmn respek suami? Dg meneladankan pd anak2 bgmn kita menghormati ayahnya, tidak menegasikannya di depan publik, #marriage 
Wow, lg nonton Undercover Boss, dpt contoh lgs bgmn seorang istri mensupport suami yg lg emosional urusan kerja #marriage Si suami curhat & istrinya jwb 'iya, tantangan itu bikin kamu jd bos yg baik, ayah yg hebat, suami yg reliable' #marriage Nah gitu contoh membangun harga diri suami, shg ia merasa bs lakukan apapun di dunia. Bukan menjilat lho ya. #marriage Atas rikwes dik AmalJariyah, kita senggol dikit soal menghadapi istri deh ya..
Bgmn menyayangi istri? Beri perhatian sesuai bahasa kasihnya: hadiah/waktu/sentuhan/pelayanan/kata2pendukung #marriage 
Bgmn menyayangi istri? Dg peka thd sumber rasa amannya yaitu merasa nyambung dg (dunia) suaminya. Cerita2lah. #marriage 
Saat istri emosional, jgn menasehati atau tawarkan solusi. Yg ia butuh hanya merasa dipahami & disayangi. #marriage Peluk saja istri, sambil dengarkan dia ngomyang. It's enough. Etapi jgn sambil mikirin kerjaan/lain. Dengarkan. #marriage Suami yg merasa direspek shg ia mampu menaklukkan dunianya, dan istri yg merasa aman krn dicintai. What a #marriage
Last pieces for this marathon twitday on #marriage. Pasangan kita adl belahan hidup kita. Maka pahami impiannya,prinsip hidupnya,prioritasnya. Selaraskan dg kita. #marriage Kita mengikatkan diri di hadapan Tuhan karena kita ingin kehidupan yg lebih baik, krn cinta yg kita miliki. #marriage Maka saat kita berada di jalan terjal pernikahan & tergoda utk menyerah, kembalilah ingat niat mulia itu. #marriage 
When things don't go the way we want, the option of quitting, at a glance, always looks like sweet relief. #marriage Just be sure you understand what you're letting go of.... #marriage Just hang on, hold on together..and your fight for love will make you stronger as a person, a family.. #marriage Selalu luangkan waktu utk membangun #marriage, itu investasi terbesar utk kita, anak2, dan komunitas kita. #marriage
Sekian marathon #marriage twitday. Pol beratnya, semoga sebanding dg manfaatnya.. Have a great life, twends!

Kita berharap buuuanyak dari pasangan & #marriage, dan lalu diri kita pun sering tersandera olehnya. Jadi rapuh juga.