Sabtu, 10 November 2012

Medicament

Bapak bilang:

Orang yang meningkat ilmunya namanya orang Suluk. Berjalan, nggak berhenti di jalan. Menuju ke Allah sampai ujung. Maka pikirannya akan selalu terang. Ilmu adalah perjalanan, apa-apa yang dilakukan. Sehari-harinya seperti apa akan kelihatan, sedemikianlah tingkat ilmunya.

Mabrur seperti halnya birrun. Pernah dengar birrul walidaini? Berbuat baik kepada orang tua. Namun bukan hanya berbuat baik. Lebih dari sekedar berbuat baik. Birrun adalah berbuat baik namun tidak dibuat-buat. Maksudnya berbuat baik atas kesadaran sendiri, tidak karena disuruh. Bagaimana manusia bisa sadar kalau ia seharusnya berbuat baik? Itulah kaitannya dengan ilmu tadi, beedasarkan Suluknya sampai dimana. Allah-lah yang memperjalankannya.

Misalnya: Ayah merasa lapar maka ia menyuruh anaknya membelikannya makanan. Seorang anak yang birrul walidaini, tak usah disuruh pun si anak akan sadar bahwa jam sekian ayahnya pasti lapar sehingga anak itu segera bergegas membelikannya makanan. Tidak perlu sampai disuruh ayahnya.
Allah menamakan dan menganugerahi predikat Haji Mabrur itu yang demikian. Yaitu kepada hamba-Nya yang birrun, berbuat baik atas kesadarannya sendiri. Atas kebutuhannya sendiri, bukan berbuat baik karena ada aturan harus berbuat baik. Allah sendiri pun birrun kepada hamba-Nya yang mengetahui.

Ibu berkomentar : Nah kan, ada nyanyian "Sluku-sluku batok, batoke ela elo". Maksudnya adalah kepala orang Suluk yang sedang berdzikir Laa Ilaaha Illallaah.

Tidak ada komentar: