Kamis, 30 Juli 2009

Berita Senja Ini

Tanggal 30 Juli 2009, senja di Jogja, aku mendapat kabar.

Dari seorang teman yang lagi ada jauh disana, dia memberitahuku sedang berada di tempat di masa lalunya, yang baru ditinggalkannya setahun lalu. Aku pikir dia sedang gembira karena sedang menjumpai bagian dari masa lalunya, yang bila ia cerita itu adalah masa kecemerlangan hidupnya. Ya, aku bisa merasakannya. Tak bisa dipungkiri, setahun yang lalu dia memang begitu cemerlang karena berhasil membuat orang-orang disekitarnya bangga dan senang karena keberadaannya, karena usahanya, dan tentu saja… karena do’a-do’anya kala itu. Dan apa yang lebih membahagiakan dari itu semua? karena dia telah merasa disayang oleh Tuhan-Nya. Dan akhirnya kejayaanya kala itu pulalah yang telah menghantarkannya memasuki gerbang kampus Farmasi UGM ini. Ya hanya tinggal kuliah sahajalah… tanpa pusing memikirkan masalah uang hidup dan administrasi. Karena semua itu sudah mudah baginya semenjak namanya terdaftar sebagai mahasiswa disini.

Dan sadarkah? Yaaah akhirnya sadar pulalah dirinya… karena ternyata hidup di kampus ini tidak semudah yang dia bayangkan. Tidak seperti bayangan setahun lalu dimana mimpi-mimpi itu masih terasa begitu indah. Kalau aku boleh gambarkan, masuk kampus ini ternyata bagaikan masuk lubang hitam cerminan dunia yang benar-benar fana.

Pertengahan bulan Juli ini dia memberitahuku bahwa sedang merasa tak enak karena dia harus mendaftar banyak remidi mata kuliah. Karena nilainya kurang begitu memuaskan. Sungguh tak enak rasanya mendapat nilai jelek selama 2 semester berturut-turut. Merasa tak punyai rasa tanggung jawab sama Abi, Umi, yang jauh disana. Dan dia berdo’a semoga giatnya bulan ini membawa hasil memuaskan. Dalam hal ini aku tahu gimana rasanya mendapat nilai jelek. Apalagi buat seorang perantau. Karena gimana pun, nilai hasil belajar adalah satu-satunya bukti tertulis cerminan usaha kita, bagaimana hidup kita selama menuntut ilmu, yang tentunya akan diperlihatkan pada orangtua. Kemudian, belum usai perasaan tak enaknya tiba-tiba saja dia mendapat musibah yang tak dikira-kira. Membayangkannya saja belum pernah. Pak Dekan memanggilnya dan tiba-tiba memberinya surat keputusan skorsing karena suatu hal yang tak bisa aku ceritakan disini, demi menjaga privasinya. Dan hal itulah yang dia kabarkan padaku senja ini. SMS-nya memberitahuku bahwa aku mungkin tak akan melihatnya selama setahun nanti!! Oh benarkah?? Ya benar, Pak Dekan telah memberinya skors selama 6 bulan, yang berarti dia tak mungkin ikut kuliah selama setahun nanti.

Lalu bagaimana dengan bayanganku barusan? Dan tahukah apa yang telah kubayangkan? Aku pikir, di awal semester IV aku bisa sekelas sama dia dalam satu jurusan. Aku pikir, kami bisa menjadi partner dalam berbagai research di tahun-tahun depan. Aku pikir, aku bisa mengenakan toga dan slempang kuning emas itu di GSP 3 tahun lagi bareng dia. Dan terakhir aku pikir, kami bisa mengucapkan sumpah apoteker bersama 4 tahun lagi. Dan akhirnya meraih salah satu mimpi yang tengah indah dibayangkan kemarin dan saat ini.

Tapi dengan adanya skorsing itu semua itu tidaklah mungkin lagi. Entah mengapa tiba-tiba saja aku langsung berkaca-kaca, membayangkan andai itu terjadi padaku. Bagaimana kiranya reaksi ayah dan ibu, apa yang harus aku lakukan, mau ngapain setahun kelak, gimanakah wajah teman-temanku bila tahu? Akankah aku memang harus memperpanjang umur disini? Berapa tahun lagi? Dan lain sebagainya. Sulit. Itulah yang membuatku berkaca-kaca. Tanpa sadar aku ikut merasakan betapa berat itu semua baginya. Karena buatku, dia bagaikan nyawa di kampus. Walau merupakan setitik noktah bagi orang lain, tapi bagiku tak hanya setitik. Adanya, membuatku merasa bahwa kampus ini hidup sehingga aku berani mengukir mimpi agung. Tapi bagaimana setelah semua ini terjadi?

Serasa ada yang membisikkan sesuatu padaku, bahwa ada hal yang jauh lebih penting dari semua itu. Bahwa yang penting yang mendapat musibah dapat sabar, tabah, dan bisa menata hati. Mengerti bahwa Tuhan sedang mengujinya. Mengerti bahwa Allah memang sayang padanya. Itu sudah cukup. Ya, lebih dari cukup. Bagiku juga. Bahwa yang penting bukan kemarin atau masa lalu, tapi sekarang dan masa depan. Itu semua sudah cukup.

Life is just Awesome!, tapi bagi salah seorang temanku... It's getting hard and hard. Adakah aku mendengarnya?? Ya aku mendengarnya, bahkan merasakannya.. Be strong ya friend...!! move ahead!! Go forward!! Kita berpikir, maka kita ada! Tak ada yang salah dengan kegagalan. Jatuh itu biasa. Yang luar biasa adalah bila kita mau dan dapat untuk bangkit kembali. Syukur bisa lebih kokoh dari yang sebelumnya. Dan inilah hidup yang sebenarnya.

Sabtu, 25 Juli 2009

Dari Farsigama - Sekip Utara

Eventhough I’m an ordinary person, at least I’m a N-Ach (Needs of Achievement) one. Try a bit harder to keep doing my thing. Feel how enjoy being a good admirer. As enjoy as now. So let’s enjoy this!


Ditemui di ruang kerjanya, unit III lantai 3 bagian pengelola Magister Farmasi Klinik, Dr. Zullies Ikawati, Ph. D., Apt yang kerap dipanggil dengan sapaan Zullies, tampak terkejut dengan kedatangan tim Farsigama. Apalagi ketika disebutkan bahwa maksud kedatangan tim adalah untuk mewawancarai beliau sebagai salah satu profil dosen berprestasi. (Berikut ini adalah salah dua question-answer dari hasil wawancara tersebut,)


- Oh iya, di dalam CV tertulis bahwa Ibu melanjutkan S3 di Jepang tanpa melalui S2. bagaimana ceritanya? –

Bisa dikatakan hal itu merupakan suatu kebetulan yang menyenangkan. Ketika itu suami saya mendapat beasiswa di Monbusho (Depdiknas-nya Negara Jepang – red) untuk melanjutkan kuliah di Negeri Sakura tersebut. Karena kami tidak ingin hidup terpisah, saya dan suami berusaha mencari Universitas yang ada fakultas Farmasi di dalamnya agar saya juga dapat mencari ilmu disana. Kebetulan di Ehime University tempat suami saya belajar tidak ada fakultas farmasi. Jadi saya mencoba mencari beasiswa di beberapa universitas yang berdekatan dengan kampus suami saya. Dua kali aplikasi beasiswa saya coba dan alhamdulillah gagal terus . akhirnya atas saran suami, saya mendaftarkan diri di Ehime University School of Medicine yang sama halnya dengan fakultas kedokteran di Indonesia. Maka saya pun memilih jurusan Farmakologi yang masih berkaitan erat dengan pendidikan saya sebelumnya. Disana status saya bukan sebagai student melainkan sebagai researcher (pekerja). Saya bekerja di laboratorium dengan meneliti sel mast dan pengaruhnya pada kontraksi saluran pernafasn. Selama meneliti, saya dibimbing oleh sensei (panggilan hormat untuk dosen/guru – red) dan hasil penelitiannya digunakan sebagai bahan disertasi. Jadilah setelah itu saya mendapat embel-embel Ph. D. di belakang nama saya yang setara dengan S3 di Indonesia.


- Bisakah Ibu menceritakan kembali pengalaman Ibu selama di Jepang? –

Pertama kali tiba di Jepang, saya sudah dijemput suami, jadi tidak tersesat. Saya enjoy sekali disana karena ada suami yang lebih banyak tahu tentang Negara Jepang dan bisa menjadi tempat bertanya. Ada banyak kesan ketika saya tinggal disana. Orang Jepang sangat ramah, sopan, dan jujur. Pernah suatu hari saya ingin membeli buah-buahan di sebuah toko. Dengan ramah, penjual buah melayani saya mana buah yang masih bagus dan yang kurang bagus. Biasanya buah yang sudah tidak fresh lagi akan dipisahkan dan diberi tanda diskon. Demikian juga sayuran dan ikan.

Disana saya juga sempat menjadi ‘pemulung’. Sekitar empat kali dalam setahun, di Jepang diadakan kegiatan buangan besar. Maksudnya adalah membuang alat-alat rumah tangga yang sudah lama atau tidak terpakai seperti kulkas , meja, televise, mesin cuci, karpet, dll. Barang-barang yang sudah tidak terpakai itu diletakkan di depan rumah. Biasanya jika hari besar buangan tiba, pagi-pagi sekali saya berkeliling kota mencari barang yang masih dapat dimanfaatkan. Bagi orang jepang mungkin sudah tidak berguna, tapi bagi saya barang-barang tersebut masih cukup baik dan dapat digunakan.

Redaksi Farsigama


Demikianlah sekilas cerita dari salah seorang dosen yang benar-benar dosen dan berprestasi. Perlu dicatat, aku mengagumi semua dosen di kampus Farmasi tercinta ini. Semua mempunyai kehebatan dan keunikan-nya masing-masing. Mendengar cerita-cerita dari mereka, menyaksikan mereka mengajar yang tak kenal lelah dari pagi buta hingga sore berakhir, membimbing mahasiswanya dengan sabar melayari samudra pemahaman ilmu, serta raut-raut ketulusan seorang guru. Semua itu tak akan bisa dibayar dengan materi. Itulah yang hebat dari mereka. Kesahajaannya.


Sepulang dari Jepang kesibukan yang dijalani Ibu Zullies adalah aktif mengajar sebagai dosen Farmakologi Molekuler serta aktif pula dalam berbagai bidang penelitian antara lain ; “Efek fraksi protein dari akar, daun, dan biji Mirabilis Jalapa L pada proses apoptosis kultur sel Hela dan Raji”, penelitian “Efek Sitotoksik protein 32 kD dari daun Mirabilis Jalapa L dan mekanisme aksinya pada kematian kultur sel Hela, Myeloma, dan Raji”… yang keduanya di danai oleh QUE Project Grant Fakultas Farmasi UGM Batch II, serta “Uji aktivitas derivate Kurkumin dalam menstabilisasi sel Mast” yang didanai oleh Department Pharmacology Ehime University School of Medicine.


Nah lo! Keren-keren kan judul penelitiannya. Farmasi gitu lhoh. Hmmm… dua tahun lagi InsyaAllah aku nyusun skripsi! Doain ya... Kira-kira judulnya apa yah?? Sekeren itu nggak ya?? Sepanjang apa judulnya?? Terjamah oleh indra kalian nggak??hehehe masih dalam angan asa nan abstrak. Mungkin bukan dua tahun lagi, tapi setahun lagi aja kalau aku rajin baca pasti juga aku dah ketemu judulnya.

Pasti keren, yaqin. Jujur, di tahun pertama ini aku lebih suka yang berbau organo-chemistry. Gimana lagi, aku belum kenal sama yang namanya Farmakologi, Farmakokimia, Farmakokinetik, Kromatografi, Radiofarmasi, Fitofarmasetik, dll. Orang awam pasti bakal komentar “Makanan kering dari mana tuh?? Penting yee??”, wahahahaha, maklum dah. Tapi hati nuraniku bilang, “Woouw, itu adalah ilmu yang maha dahsyat!”.


Terakhir dari Ibu Zullies…

~ Suka belajar alias tidak terpaksa, itu kuncinya. Kebanyakan dari kita merasa belajar adalah suatu beban, menganggap belajar itu duduk di kelas, mendengarkan dosen lalu mencatat. Apalagi jika sudah hampir mendekati ujian, belajar akan seolah menjadi suatu keharusan yang tidak diikuti perasaan senang. Cobalah untuk menyukai satu hal ini. Dengan belajar dimana saja dan kapan saja disertai rasa enjoy, InsyaAllah apa yang kita pelajari tak hanya bertahan sampai ujian saja ~

Minggu, 19 Juli 2009

One of My Friday on July

Ini adalah kejadian hari jum’at tanggal 17 Juli kemarin. Tebak deh , kira-kira aku mau cerita apa ya? Di bawah ini ada paragraf-paragraf rahasia, yang kuhadiahkan untukmu semua, sebagai bingkisan liburan! Silakan dinikmati, jarang-jarang lho aku ngasih hadiah kaya gini..hehehe enjoy on.

Ceritanya, hari itu ada rencana untuk ngampus, karena ya memang ada keperluan. Kalau nggak ada hal yang penting, nggak bakal deh aku sekonyong-konyong mau dolan ke kampus liburan gini. Entah kenapa aura kampus berpotensi membuat kepalaku terasa berat, leher pegel-pegel, pasang tampang muka serius (waaah bukan aku banget! Beneran) yang bikin capek kening mata, serta harus siap setiap saat mendapat tugas yang hwooooaaaam mallessss buat dipikir dan digarap.

-(Wah kok aku malah buka kartu gini. Jadi ketahuan kan aku mahasiswa kaya apa…. Kesannya kok nggak bersyukur banget, nggak ikhlas banget, ato apalah. Tapi teman-teman, itu hanya sebagian kecil masalah, masih bisa aku atasi! Kiranya nggak hanya aku, ada banyak teman-teman sekampus lain yang bahkan mempunyai kesan yang lebih mengerikan. Yang penting nggak banyak keluhan, one of the solution.)-

Nah, selanjutnya. Hari itu agenda pertama adalah untuk membawakan handout Farmakognosi dan Biokimia bagi salah seorang senior yang kebetulan sedang akan remed mata kuliah tersebut. Maklum, pinjam meminjam handout gini sudah biasa di kalangan kami. Aku juga suka minjem handout punya teman sih sebenarnya, tapi biasanya pada waktu semingu menjelang UTS atau UAS doank. Buat dibaca-baca seperlunya, malah sok kadang cuma pinjem aja nggak tak baca, hla wong waktunya aja mepet banget. Mana ada handout setebal masing-masing 400 sampai 600an halaman kelar dalam waktu seharian. No way! Sulit dimengerti lagi bahasanya, apalagi yang versi UK atau Netherland…wuyh sangarrr aku kalau sampai ngedonk. Dan senior yang sedang pinjem handout ini adalah contohnya. Malahan dia minjemnya dua hari sebelum ujian. Tarohan pasti the hand out would be just the next friends of the head in bed…hahaha dasar. Setelah aku bertemu sang senior di sekre BEM dan menyerahkan pesenannya kami pun ngobrol barang sebentar sambil nunggu pak bendahara datang membawakan LPJ buatku yang tumben katanya sudah beres dengan bagus (Siiippo! Biasanya kerjaanku selalu ditolak dengan alasan nggak pernah perfect. Teorinya, jadi bendahara harus jual mahal kalau mau slamet. Mmmh teori engkong siapa tuh!).

Lalu agenda kedua adalah refresh aura kampus dalam otakku sebentar, ngenet-online-atau apalah itu namanya. Kupilih perpus sebagai setting. Sepi, pada pulang kampuang sih. Wah nggak enak bener. Kok aku lebih suka kalau perpus ramai ya daripada sepi. Mungkin karena aku suka mengamati orang-orang pada ribut sok sibuk kali ya, rasanya gembira sekali. Biasanya aku ikut-ikutan hanyut dalam arus sok sibuk tersebut. Berlagak nyari-nyari buku tebal, lalu membukanya di tengah meja nan panjang dan mendiskusikan isinya dengan teman-teman. Waaauw, berasa jadi mahasiswa sejati!! Hahah obsesi seperti apakah itu? Hmmm. Aku berkawan dunia maya kira-kira dua jam-an nyari tugas yang belum kelar, food supplement, dan mengirimkannya ke Kadep lewat surat elektronik. Selesailah satu beban, tinggal dua. Sebenarnya mau aku selesaikan hari itu juga, tapi ternyata aku nggak ketemu partner di kampus. What to be done. Keluar dari perpus jam 11-an karena diusir oleh penjaganya pake bell berdering dengan alasan waktunya jumatan. Wah… kampus memang benar-benar sepi. Aku nggak pernah suka kampus farmasi yang selalu sepi. Nggak libur, nggak masuk, nggak pagi, nggak siang. Sepi adalah kesan tersering yang hinggap di otakku. Mari aku beri tahu alasannya, yaitu karena civitas akademikanya hanya sibuk di dalam ruangan. Kalau nggak di kelas ya di laboratorium, dari pagi sampai sore, dari senin sampai jumat, dan bergilir. Buanyak kendaraan yang parkir namun nggak ada orang di halaman, serasa di telan udara deh. Selain sepi mungkin angker adalah kata yang tepat. :p Nggak kayak di MIPA, teknik, atau kampus Bulaksumur yang selalu ramai, paling nggak ada beberapa oranglah di halaman. Lha farmasi paling cuma satu atau dua orang yang kalau aku lihat biasanya sedang melangkah buru-buru kebirit masuk ruangan…hhhh. Weirdo, maybe just like me ya.

Lalu aku cabut dari kampus ngacir ke fotokopian langganan dekat selokan mataram, murah soalnya. Fotokopian yang lain biasanya kejam kalau ngasih harga. Hidup di kota besar walau nggak sebesar Jakarta harus pinter-pinter milih toko biar uang di dompet nggak cepat hilang ditelan kebutuhan. Nah di fotokopian itu aku membukukan bahan kuliah dari para dosen semester II yang kalau diukur tebalnya sudah mencapai 10-15 cm. Sebelumnya berantakan banget tercecer di kamarku, bikin kakakku teriak-teriak tiap pagi. Akhirnya setelah dijilid pake kertas warna-warni, rapi juga tampilannya. Good girl… hehe.

Sampailah pada hal konyol cerita. Langsung saja, sehabis dari fotokopian tadi aku pergi ke perpustakaan pusat buat pinjem buku Pram berjudul Bumi Menangis (sudah lama pingin aku baca… L tapi nggak pernah jadi). Buku kayak gitu kan nggak mungkin ada di perpus farmasi. Nah di pos satpam aku tanya Pak satpam apakah kalau jam-jam jumatan gini perpus tutup? Pak satpam-nya bingung. Aku pikir nggak dengar suaraku kali ya, mungkin terlalu pelan. Aku ulangi lebih keras pertanyaanku. Pak satpamnya tambah bingung, malah menawari aku masjid buat ikut jumatan! “Haduuu…bukan itu maksudku Pak”, I said. Lantas pak Satpamnya memanggil dua satpam lain. Dan akhirnya aku mengulang pertanyaan yang sama. Parah! Ketiga satpam itu itu pun juga nggak ngedonk sama pertanyaanku. Heemmm…sabaaaar. Lantas aku mengubah pola kalimatku supaya lebih terang seterang matahari kala siang itu, dengan mengganti kata ‘perpus’ dengan kata ‘perpus pusat’. Dan apakah yang terjadi? You all can imagine the scene. Let me tell you that, Pak satpam bilang bahwa aku sedang berada di kampus kedokteran hewan! You know, kedokteran hewan! Oh oh oh dan ternyata perpus pusat ada di gedung sebelah. Duh, rasanya pingin langsung ber-disapparate saja waktu itu…mati gaya dah aku, gimana mau nyembunyiin muka coba?? Untung aku masih sadar, sehingga aku masih sanggup mengambil gaya yang tersisa di otakku untuk aku pentaskan di panggung drama kekonyolan yaitu di depan ketiga satpam, acting deh aku… ya biar kagak malu banget-bangetlah setidaknya. Dan waw! Ternyata ada penonton lain, seorang mahasiswa. Selamat! Semakin banyak penonton semakin cihuuuui! Tampang mahasiswa itu terlihat benar-benar membahasakan kalau, “ Masak mahasiswa UGM kagak tau perpus sendiri dimana?? Yang benar aja! Parah banget sih…” dan kubalas dengan tatapan, “Siapa suruh, gedung kampus kok sama kaya gedung perpus! Nggak kreatif banget sih. Nggak ada gaya lain po? kaya miskin arsitek aja.

Akhirnya aku mengurungkan niat untuk meminjam buku Pram. Trauma. Jangan-jangan nanti aku salah masuk gedung lagi, gedung MIPA Selatan (Milan) adalah salah satu gedung lain yang punya gaya eksterior dan interior sama dengan gedung perpus pusat. Kagak mau aku malu lagi. Benar-benar nasib. Tungguin aku ya Pak Pram, bukumu pasti berhasil takbaca… suatu saat nanti.

Kamis, 16 Juli 2009

My Silly Theory

1. Mengutip kalimat yang baru-baru kemarin aku tulis, ”Untuk menjadi diri sendiri adalah dengan menjadi orang yang tidak terlalu hebat”.
2. Kalau kata seorang teman, ”Mending menjadi diri sendiri dan menjadi orang yang hebat”. Kenapa harus nggak terlalu hebat? Kan nanggung banget.
Sebenarnya apa yang dikatakan temanku tersebut nggak bisa dikatakan salah juga juga sih, at least menurutku. Kalau menurut orang-orang kemungkinan besar malah akan lebih condong pada kata-kata temanku itu, lebih membenarkannya. Dan di lain sisi aku pun juga sependapat. That’s not irrelevant. Tapi kalau boleh aku katakan pendapat kami muncul dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Bagaimana? Here it is.

Menjadi diri sendiri dan menjadi orang yang hebat. Siapa sih yang nggak ingin demikian? Semua orang pun menginginkannya. Apalagi seseorang yang dalam hidupnya sedang mengalami fase pencarian jati diri (Anak muda beghitcu deh..!). Sekarang pertanyaannya, bagaimanakah prosesnya? Caranya? Nah disinilah perbedaan kalimat pertama dan kedua di atas. Kalimat pertama lebih memaksudkan pada the way, Sedang kalimat kedua lebih mengisyaratkan pada the result.

The next question arises, mengapa dipilih ”dengan menjadi orang yang tidak terlalu hebat”? (Tapi kan pada pasal 28 UUD ’45 pendapat warga sipil mendapat perlindungan hukum!, walaupun alesannya konyol sih..ahaha).
Setelah membaca sebuah buku yang aku lupa judulnya (maaf yah, ingatanku parah :D), kemudian membayang-bayangkan banyak hal, dan akhirnya berkesimpulan nggak jelas seperti tersebut di atas bahwa menjadi orang yang nggak terlalu keren atau terlalu hebat adalah sebuah pilihan yang menarik buatku. Tak bisa dipungkiri juga kalau umur 18 menjelang 19 tahun ini adalah masuk dalam range fase labil yang memerlukan banyak pedoman teori supaya tidak salah langkah.

Let you come into my eclipsing mind. Begini, aku pikir bahwa orang lain, teman, pak guru, bu guru, kakak, pokoknya orang-orang di sekitar maupun yang nggak di sekitar itu semuanya adalah manusia yang hebat. Setidaknya mereka bisa menjadi apa yang mereka inginkan, memperoleh apa yang mereka sukai (walau tidak semuanya tentu), paling nggak kalau menurut kita maka kita akan mengatakan ”Waaaow, He’s amazing!”, ”She’s great!”, ”What a perfect girl (or guy)!”. Sering kan kita membatin demikian? Yes, we really do. Mereka hebat dan menawan di mata kita. Apabila kita menyadari, sebenarnya mereka itu motivator ataukah inhibitor kita dalam mengungkap siapa diri kita sebenarnya? Bisa jadi keduanya. Disinilah kehati-hatianku muncul.

Yah, orang lain memang hebat, bisa ini itu, sempurnalah. Hal ini berpotensi membuat seseorang minder, mematikan ekspresi, atau malah meniru-niru gaya mereka yang hebat. Orang lain tetaplah orang lain. Bukan diri kita. Kehebatan yang dimiliki orang lain relatif terhadap orang satu dengan orang lainnya. Dalam keadaan yang seperti ini tidakkah kita berfikir bahwa, sssssttt...sebenarnya banyak lho orang-orang yang tengah mengidolakan kita dan menganggap kita ini hebat! (sedikit narsiz nggak papa..hhe).
Parameter kehebatan yang dimiliki orang lain menurut mata pandang kita tentu berbeda dengan parameter kehebatan menurut mata pandang orang lain.
Banyak orang yang kita anggap hebat dan kita menginginkan seperti mereka, itu wajar. Namun dibalik itu semua, telah ada berdiri dengan anugerah sebuah jasad ber-ruhkan jiwa yang tidak sama dengan para jiwa lainnya. Orang lain memang hebat, dan kita memiliki kehebatan tersendiri yang tidak dimiliki orang lain. Walaupun tidak hebat menurut kita, namun biarlah. Bagaimana pun inilah kita, diri kita sendiri. We have our own style. Aku yakin orang yang rendah hati memiliki konsep pemikiran yang mirip seperti ini..hehehe.

Haduu...sulitnya. Pokoknya that's all, my silly theory hahaaha, -- what if I were wrong, so just be mine --
Ancur dah mikir kaya gini. Siapa gue?? (pake gaya Jojo - red).
Ngitung kadar obat aja setaun selalu nihil (kagak ngerti juga sih kok Kimia Analisis bisa dapet A yah??? Perlu dipertanyakan dan me-ra-gu-kan!!haha but I'm thankful).
Bukan apa-apa sebenernya aku menulis hal kaya gini, iseng saja. Liburan di tahun pertama kuliah ini memang banyak rencana yang nggak kelakon. Apa mau dikata, banyak sistem yang nggak mendukung sih. Jadi bingung mau ngapain. Di rumah boooooorrring banget, bikin nggak mood ngapa-ngapain, banyak waktu yang astaghfirullah kebuang sia-sia kukira. Pingin ikut kegiatan kampus tapi kok monoton, pingin kerja tapi kerja apa, pingin diskusi ma teman tapi takut ganggu, pingin tidur ngrasa bersalah, pingin baca tapi mata lelah, ini salah itu salah.
Akhirnya nulis ancur-ancuran kaya gini.
Sebenarnya pingin juga sih nulis artikel berguna tentang kefarmasian. Tapi masalahnya aku ini belom tahu menahu dan belum berbobot mengenai hal-hal keren kaya gitu. Daripada salah, mending nulis hal lain. Contohnya ya akhirnya kaya yang di atas itu. Hhhhh

Okay, buat kalian yang lagi liburan dan punya waktu berguna selamat deh!
The last words, Have a good time. :)