Di waktu Dhuha ini, matahari terlalu silau. Aku sedang memaksakan diri untuk menemukan titik keindahannya. Sebagaimana orang bilang bahwa matahari mirip dengan Cahaya di atas Cahaya. Maka aku berusaha keras memahaminya. Namun yang kutemukan hanyalah kehangatan merasuk tulang dari yang tadinya ditusuk dingin. Betapa aku belum cukup pula merasa bahwa hangat itu bagian dari keindahan, keindahan matahari.
Baiklah, begini pun aku bisa mengambil pelajarannya. Aku menerimanya dan memaafkan diriku yang begitu bodoh ini.
Duhai matahari, maaf, aku belum bisa mengatakan bahwa kau indah.
Sesaat berlalu...
Angin semilir pun datang, masihkah belum indah?
Bukan itu, aku sedang hanya menyoal matahari dengan segala kesendiriannya.
Bagaimana? Benarkan bahwa aku perlu banyak membaca dan berpetualang sekaligus? Katakan Ya.
Baiklah, begini pun aku bisa mengambil pelajarannya. Aku menerimanya dan memaafkan diriku yang begitu bodoh ini.
Duhai matahari, maaf, aku belum bisa mengatakan bahwa kau indah.
Sesaat berlalu...
Angin semilir pun datang, masihkah belum indah?
Bukan itu, aku sedang hanya menyoal matahari dengan segala kesendiriannya.
Bagaimana? Benarkan bahwa aku perlu banyak membaca dan berpetualang sekaligus? Katakan Ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar