Kusadar ternyata penting itu belajar Sosiologi. Setidaknya membaca
apa yang seharusnya aku tahu dari Sosiologi. Dengan begitu aku akan
sadar kapan menjadi dewasa di waktu yang pas. Dapat membedakan mana
norma baik mana norma buruk, pun juga sadar nilai. Bila aku memiliki
teorinya, aku dapat mendebat diriku sendiri ketika salah atau benar
menurut orang lain. Masalahnya aku tak acuh dengan Sosiologi sejak aku
diajari ilmu itu di bangku kelas 1 SMA. Menyedihkan.
Menurut orang lain, kemarin aku dalam kondisi yang salah. Ah bukan kemarin saja. Sudah bertahun-tahun ini aku dalam kondisi yang salah. Orang tahunya baru kemarin. Salah seorang yang tahu kalau aku salah adalah ibuku. Sedih sekali membuat ibu sedih. Terlebih Bapak. Kali itu aku menangis dengan lega, karena air mata yang keluar itu memiliki alasan bagus, yaitu telah membuat orang yang paling kusayangi bersedih atas kekacauanku. Menjanji diri kalau tak akan mengulanginya lagi, seberat apa pun itu. Benarkah berat? Aku sendiri pun tak sadar apakah berat atau ringan. Aku orang yang tak peduli rasa pribadi, terkadang juga rasa orang lain. Syukurlah.. kalau aku peduli, kubayangkan diriku ini cepat sekali menua. Oh, tidak!
Dalam kondisi yang menyalahi norma, ibuku meredamkan kesedihanku. Entah beliau masih sedih atau enggak. Yang jelas, ibu malah bercerita tentang masa mudanya yang membuatku berpikir, "Whoaa... How beautiful and lovely you were in that age, Momma."
Menurut orang lain, kemarin aku dalam kondisi yang salah. Ah bukan kemarin saja. Sudah bertahun-tahun ini aku dalam kondisi yang salah. Orang tahunya baru kemarin. Salah seorang yang tahu kalau aku salah adalah ibuku. Sedih sekali membuat ibu sedih. Terlebih Bapak. Kali itu aku menangis dengan lega, karena air mata yang keluar itu memiliki alasan bagus, yaitu telah membuat orang yang paling kusayangi bersedih atas kekacauanku. Menjanji diri kalau tak akan mengulanginya lagi, seberat apa pun itu. Benarkah berat? Aku sendiri pun tak sadar apakah berat atau ringan. Aku orang yang tak peduli rasa pribadi, terkadang juga rasa orang lain. Syukurlah.. kalau aku peduli, kubayangkan diriku ini cepat sekali menua. Oh, tidak!
Dalam kondisi yang menyalahi norma, ibuku meredamkan kesedihanku. Entah beliau masih sedih atau enggak. Yang jelas, ibu malah bercerita tentang masa mudanya yang membuatku berpikir, "Whoaa... How beautiful and lovely you were in that age, Momma."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar