Kamis, 22 November 2012

Fav Couple Pose


Whoaa..  I love this couple pose, so classy!
Someday I'll pick mine. ^^
O God, please send me a "macho man" like the man above to become my husband.
uhyeah!

Sabtu, 10 November 2012

Medicament

Bapak bilang:

Orang yang meningkat ilmunya namanya orang Suluk. Berjalan, nggak berhenti di jalan. Menuju ke Allah sampai ujung. Maka pikirannya akan selalu terang. Ilmu adalah perjalanan, apa-apa yang dilakukan. Sehari-harinya seperti apa akan kelihatan, sedemikianlah tingkat ilmunya.

Mabrur seperti halnya birrun. Pernah dengar birrul walidaini? Berbuat baik kepada orang tua. Namun bukan hanya berbuat baik. Lebih dari sekedar berbuat baik. Birrun adalah berbuat baik namun tidak dibuat-buat. Maksudnya berbuat baik atas kesadaran sendiri, tidak karena disuruh. Bagaimana manusia bisa sadar kalau ia seharusnya berbuat baik? Itulah kaitannya dengan ilmu tadi, beedasarkan Suluknya sampai dimana. Allah-lah yang memperjalankannya.

Misalnya: Ayah merasa lapar maka ia menyuruh anaknya membelikannya makanan. Seorang anak yang birrul walidaini, tak usah disuruh pun si anak akan sadar bahwa jam sekian ayahnya pasti lapar sehingga anak itu segera bergegas membelikannya makanan. Tidak perlu sampai disuruh ayahnya.
Allah menamakan dan menganugerahi predikat Haji Mabrur itu yang demikian. Yaitu kepada hamba-Nya yang birrun, berbuat baik atas kesadarannya sendiri. Atas kebutuhannya sendiri, bukan berbuat baik karena ada aturan harus berbuat baik. Allah sendiri pun birrun kepada hamba-Nya yang mengetahui.

Ibu berkomentar : Nah kan, ada nyanyian "Sluku-sluku batok, batoke ela elo". Maksudnya adalah kepala orang Suluk yang sedang berdzikir Laa Ilaaha Illallaah.

Kamis, 08 November 2012

In The Wrong Side

Kusadar ternyata penting itu belajar Sosiologi. Setidaknya membaca apa yang seharusnya aku tahu dari Sosiologi. Dengan begitu aku akan sadar kapan menjadi dewasa di waktu yang pas. Dapat membedakan mana norma baik mana norma buruk, pun juga sadar nilai. Bila aku memiliki teorinya, aku dapat mendebat diriku sendiri ketika salah atau benar menurut orang lain. Masalahnya aku tak acuh dengan Sosiologi sejak aku diajari ilmu itu di bangku kelas 1 SMA. Menyedihkan.

Menurut orang lain, kemarin aku dalam kondisi yang salah. Ah bukan kemarin saja. Sudah bertahun-tahun ini aku dalam kondisi yang salah. Orang tahunya baru kemarin. Salah seorang yang tahu kalau aku salah adalah ibuku. Sedih sekali membuat ibu sedih. Terlebih Bapak. Kali itu aku menangis dengan lega, karena air mata yang keluar itu memiliki alasan bagus, yaitu telah membuat orang yang paling kusayangi bersedih atas kekacauanku. Menjanji diri kalau tak akan mengulanginya lagi, seberat apa pun itu. Benarkah berat? Aku sendiri pun tak sadar apakah berat atau ringan. Aku orang yang tak peduli rasa pribadi, terkadang juga rasa orang lain. Syukurlah.. kalau aku peduli, kubayangkan diriku ini cepat sekali menua. Oh, tidak!

Dalam kondisi yang menyalahi norma, ibuku meredamkan kesedihanku. Entah beliau masih sedih atau enggak. Yang jelas, ibu malah bercerita tentang masa mudanya yang membuatku berpikir, "Whoaa... How beautiful and lovely you were in that age, Momma."