Kamis, 07 April 2016

Social Solubility

Ternyata saya orang yang tidak suka mengajak, sukanya memberikan alternatif dari kemungkinan terburuk sampai terbaik. Tidak suka mengajak karena memang merasa diri ini atau pilihan pribadi saya belum baik saja. Kalau seseorang mau melakukan sesuatu, aku selalu berharap itu dari kemauannya sendiri, dari inisiatifnya sendiri, sehingga dia tidak memiliki beban apa pun. Kalau saya mau melakukan sesuatu pun juga demikian, atas kemauan dan inisiatif sendiri. Namun sayangnya, karena sikap saya yang seperti ini, saya seringkali sendirian ketika melakukan banyak hal. Saya dianggap orang yang terlalu mandiri, terkadang ada yang bilang saya individualis, tidak suka melakukan sesuatu bersama-sama. Untuk menghindari stigma sosial seperti ini, saya sering ikut saja apa yang orang lain inisiasikan asal itu menyenangkan bagi mereka dan bagi saya, meskipun kadang tidak menyenangkan juga bagi saya. Namun demi orang lain, saya mengalah. Sayangnya juga, karena orang melihat saya dari sisi ini saja, mereka menganggap saya bukan inisiator yang baik, sehingga tidak layak dijadikan pemimpin dalam suatu kerja kelompok. Dianggap begitu pun, saya terima saja. Mungkin mereka benar, mungkin juga mereka salah. Sejelas-jelasnya, hanya Tuhan dan diri saya yang paling mengerti saya. Saya tidak pernah memiliki konflik dengan diri sendiri maupun orang lain. Kepada segalanya, saya berusaha memperlakukan mereka sebaik-baiknya, termasuk kepada diri sendiri.

Dear people, if only you were me, you might understand. But, you weren’t.