Senin, 15 Desember 2008

Cerita di SeminaR

Kali ini aku mau cerita juga. Begini, kemarin itu, 13 Desember ‘08 aku ikut seminar di kampus, temanya “Bring Your Muslimah Attitude!”.

Ada pembicara dua orang. Namanya mbak Latifah sama mbak Kiky. Yang aku kaget itu sewaktu pembacaan CV mereka berdua. Ternyata nih teman2, mbak Latifah itu lulusan Al-Azhar Kairo. Fakultas Ushuluddin jurusan Hadits. Sebenernya aku nggak perlu kaget ya. Karena, banyak juga orang Batur jebolan dari sana. Tapi Cuma, sejak kapan UGM, terutama Farmasi nih, kedatengan lulusan sana. Kan kalo da seminar ato apa, biasanya adanya lulusan Harvard, Sorbonne, Calif…, hehe_ (nggak narsis lho pren…)

Hmmm… mbak Latifah ini, umurnya 23 th, baru ja pulang dari negeri Fir’aun. Trus dulunya ketua Wihdah (semacem organisasi kemuslimahan Indonesia gtolah disana), penerima beasiswa, ds.b.
Kalo mbak Kiky, orang UGM asli sih. Jebolan FIB (Fak. Ilmu Budaya) taon ‘04 jurusan Sastra Inggris. Jadi uniknya, kita tuh seminar, disuguhi bilingual, bahasa Arab ke-inggris-inggrisen dari ahlinya sendiri. Wueyh! Keren deh. Mantab banget. Dari mbak Latifah, aku mendapat tawaran gantungan kunci dari
Palestine loh! (baru aja aku berpikir tentang Palestina dan seluk beluknya, poor Palestine)

Trus aku juga dapet ilmu, Baru nggak ya?, nggak tau. Kaya gni nih :

  1. Bahwa taqwa itu adalah Furqon dan Cahaya. Mohon pembaca berpikir tentang maksudnya (malah ngakon mikir,,).
  2. Tentang perjanjian kita dengan allah. Karena kita tuh kan baca Al-Fatihah 17x tiap hari. Nah jangan sembarangan dengan Ummul Qur’an ini teman2. Karena bila kta membaca itu, berarti kita sedang mengikrar janji kepada-Nya. Ingat itu teman-teman, karena kelak Allah akan menagihnya. Hayyoo.. kita kan sholat, jadi kita punya perniagaan dengan Allahu Rabbul ‘alamin.
  3. Aku juga dikasih tau tentang keuntungan “menahan hawa nafsu”. Apakah itu? Itu adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Yang terselubung, yang sulit kita jangkau. Itu adalah berupa “kenikmatan iman”. Bila kita dapat mengalahkan hawa nafsu maka Allah akan membalasnya dengan kenikmatan yang hanya sedikit orang yang dapat merasakannya. Itulah nikmat iman dalam hati yang putih.

Nggak percaya? Mari kita buktikan.

Terus, dari mbak Kiky, aku dapat cerita menarik nih. Sebuah cerita yang happen so rarely in this century. Coba deh cari, rak jarang banget mesti. Ceritanya, di FIB itu ada BEM KM FIB kan. Dan kalo lagi rapat ato briefing itu sebisa mungkin mengkondisikan laki-laki dan perempuan itu dipisah! Kebayang nggak, sewaktu rapat 2 ato 3 almari memisahkan laki2 dan perempuan demi njaga prinsip. Gimana rapatnya coba? Jarang banget jarang banget kan kaya gitu terjadi, hehe_ tapi, mereka tetap professional menjalankan proker. Tak ada miss communication tuh hebat juga. Kebayakan yang dominan adalah Moslem gitu loh. Mengingat jaman sekarang, seperti sepertinya hal kaya gitu tidaklah mungkin. Segala hal itu tanpa batas, campur blawur jadi satu. Segala hal deh. Tapi yang ini beda ka.

Ada cerita lagi. Nah, temennya mbak Kiky itu seorang senat yang menyukai seorang laki2 ketua Departemen Advokasi )Pastinya yang ini cerita cinta kan(. Mereka itu saling menyukai.
Yang laki2 tau kalo mbak senat itu suka ya dari temennya. Begitu pun sebaliknya. Empat tahun lho mereka saling suka. Dan hebatnya kalo berbincang-bincang, nggak pernah tuh mereka memperbincangkan tentang perasaan mereka, ngirim
surat ato email pun enggak. Demi menjaga sebuah prinsip.
Perasaan itu terpendam rapat-rapat dalam hati. Ketika bertemu, tak ada rasa canggung sedikit pun.

Tetapi tentu aja kadang2 rasa itu begitu tak tertahankan. Buktinya suatu ketika pas rapat, mas advokasi itu yang memimpin. Dan tentu saja memerlukan banyak bicara untuk memimpin rapat.. berulang-ulang suara mas advokasi terdengar bebas oleh indera mbak senat. Perasaan cintanya pun semakin membuncah, akhirnya apa yang terjadi? Mbak senat pun menangis terisak-isak tanpa kata, mendengarkan suara mas advokasi yang begitu dia cintai (so sweet…)
Lalu ya mbaknya beristighfar aja. Ditenangkan dan disabarkan oleh teman2nya, termasuk mbak Kikylah.

Nah kita sebagai pendengar cerita, apabila dirasa-rasa betapa nikmatnya rasa cinta itu. Rasa cinta yang tak terkalahkan oleh nafsu. Rasa cinta yang mengantarkan pada ketaqwaan dan ketenangan batin. Rasa cinta itu juauh dari label ‘hina’.
Melainkan mulia sepanjang hayat. Ya nggak ya nggak. Hehe_

Nah jarang banget kan ada hal kaya gini di waktu2 sekarang ini? Tapi ternyata masih ada di UGM lhoH!!
Wah bisa nggak ya aku kaya mbak senat? Kalo bisa pun siapa yang kira2 jadi mas advokasinya? Hehe_
Keknya sulit tuh. Tapi yang demikianlah yang harus menjadi ‘D moslem Attitude’

Kamis, 11 Desember 2008

curhaT dikiT

09 Desember ’08, dekat dengan ujian. Bagi mahasiswa farmasi UGM, ujian tuh nggak hanya sekali ditengah ato di akhir semester. Tapi, tiap akan dan selesai praktikum pun kita semua ujian. Kalo bisa disebutkan, mahasiswa tingkat pertama tuh seminggu ada 2x ujian. Maka bagiku, kuliah… praktikum… laporan… pretest… posttest… dll telah menemaniku dalam menjalani kehidupan di bumi para ahli obat ini.
Tiap malam pun aku berdoa, “Semoga setiap goresan pena di atas kertas HVS, tiap peluh di dalam laboratorium saat menunggu reaksi kimia tuntas, tiap malam yang dilalui bersama tumpukuan handout dan tumpukan laporan, akan menjadi mutiara indah yang akan menghiasi amalan perbuatan di hadapan Sang Pencipta Kehidupan”.

Para pembaca, bukannya berlebihan ya, tapi ini memang benar2 suatu hal nyata, yang memang telah dialami oleh kami semua bahwa hamper tiap malam kami kurang tidur, rata2 tidur kami Cuma 4 jam sehari semalam. Tak terkecuali aku loh. Mungkin banyak yang nganggep itu hal biasa aja. Tapi kalau tiap hari… buatku itu sungguh suatu hal yang sulit sekali
Akhirnya kebiasaan pun menempaku, menghasilkan pribadi yang tak terduga2, bahkan olehku sediri. Dengan keikhlasan sepenuh hati aku sisir garis demi garis di lembaran HVS, aku buka literature untuk bahannya, aku fotocopy master dari uang hasil keringat ayah yang diberikan tiap minggunya, aku gunakan suara untuk menanyai tiap teman tentang perhitungan dan pembahasan, dan akhirnya aku bukukan sgala hasil goresan penaku tadi menjadi buku yang rapi dengan peralatan seadanya. Terkadang datanglah sms dari teman “Besok q pnjem laporanmu y, tq..”, “Oke.”, jawabku. Aku biasa aja sih kalo da yang nyontek. Yang penting aku ada kerja. Bagiku, tanpa usaha tak akan ada rasa puas di hati. Dan akhirnya, sampailah pada pengumuman nilai. Dan dapatlah aku 7,4 di kimia farmasi.

Ternyata nasib sial bertamu seenaknya tanpa diundang. Tulisan sang asisten koreksi menjadi hiasan di sampul laporan, “Kok laporanmu tak ada ubahnya dg milik anggun + iren????? Wah sayang sekali, kamu harus merelakan dua angka.di nilaimu, maaf ya dek…!”.

Sungguh deh, aku paling nggak tahan terhadap rasa kecewa.
Apalagi nyangkut2 nilai makul, mapel, ujian, ato apalah.
Rasa2nya tuh, kerja kerasku slama ini tak ada harganya.
Mimpiku jadi asisten laboratorium hilang sudah tak berbekas.
Padahal aku sudah nglakuin apa yang harus aku lakukan, mencoba se-perfect mungkin dan membuat tahun pertamaku berhasil dan membanggakan.
Bagiku ini sbuah cobaanNya yang besar
(aneh memang. Cuman nilai getoh, lebay banget sih!)
Gimana nggak, tak ada yang ebih ngecewain dari ini selama setahun terakhir. Aku mulai ngebayangin dapet IP <3.
Itu sungguh hal yang mengerikan. Ya Allah, hanya Engkau yang mengerti rasaku ini. Tidak abah, tidak ibu, tidak kakak ‘to tidak teman. Engkau pun pasti tahu, hamba tak akan pernah siap menerima kabar buruk dariMu..

Barangkali para pembaca mengira, aku terlalu menganggap sulit hal yang mudah, palagi cuman masalah nilai. Kalau memang demikian halnya, ingatlah sebuah kata ‘relative’.