Minggu, 27 September 2015

Qurban

Baru di Belanda ini aku benar-benar khusyuk mencari makna Idul Adha, mungkin karena aku sedang dalam fase hidup sendiri. Aku memiliki banyak waktu untuk merenung. 

Idul adha berarti pengorbanan, kesabaran, dan keikhlasan. Mengorbankan (dengan sabar dan ikhlas) segala kekayaan dunia yang dimilikinya, seperti Ibrahim seorang manusia biasa yang bersedia mengorbankan anak tersayangnya, Ismail, demi Allah SWT. Ismail adalah anak yang dinantikan kehadirannya setelah sekian lama, setelah sekian puluh tahun, dimana Ibrahim as. memanjatkan doa setiap waktu untuk dikaruniai generasi yang sholeh. Yang kemudian terkabullah do'anya, hingga lahir anak cucu meliputi para nabi pembawa risalah Tuhan setelahnya.

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku anak yang shaleh.” (QS. As-Shafat: 100)


Idul adha berarti menjadikan Allah SWT sebagai kekasih tertinggi, seperti Ibrahim dan Ismail as. yang menyanggupi segala kehendak Allah dengan keikhlasan tingkat tinggi. Cinta kepada yang selain Dia, cukuplah sederhana dan ala kadarnya saja. 

Idul adha berarti bersikap demokratis dalam mengambil keputusan yang menyangkut hajat hidup orang lain. Seperti Ibrahim yang menceritakan mimpinya kepada Ismail dan menanyakan pendapatnya akan perintah Allah tersebut. Menjadikan hal ini sebagai sebuah suri tauladan dalam berkeluarga dan bermasyarakat. Ismail yang beranjak remaja dan telah aqil baligh, diminta Ibrahim untuk mengambil keputusannya pribadi.

Idul adha berarti betapa Allah Maha (lebih) Besar dan Maha Kaya. Ia tidak akan pernah kurang suatu apa meskipun ada seorang hamba yang tidak jadi berkorban untukNya. Seperti sembelihan Ismail yang digantiNya dengan seekor domba. Allah tidak benar-benar menginginkan Ismail disembelih untukNya. Allah tidak benar-benar menginginkan harta yang diambilNya dari kita. Allah hanya meminta Ibrahim menyembelih rasa kepemilikannya akan Ismail. Allah hanya meminta manusia menyembelih rasa kepemilikan kita akan segala sesuatu selain diriNya. Semua itu semata-mata hanyalah ujian, apakah kita bersungguh-sungguh untuk bertaqwa kepadaNya. Dari sini saya tahu, bahwa Allah hanya menginginkan kita mematuhi segala ketetapanNya dengan keikhlasan demi keselamatan kita. Di sini Allah mencoba berdialektika dengan hambaNya.

Allah mengistimewakan Ibrahim as. dan Muhammad SAW dengan menyebut (hanya) keduanya di dalam Al Qur'an sebagai pembawa suri tauladan yang baik. Kita mengucapkan shalawat untuk Muhammad dan Ibrahim 5 waktu sehari di dalam sholat. Allah menjadikan ibadah haji dan Idul Adha sebagai simbol keteladanan dari Ibrahim as.
Semua itu untuk dapat diambil pelajaran bagi orang-orang yang sadar, beriman, dan ingin mendekatkan diri kepadaNya.

Tidak ada komentar: