Minggu, 07 Desember 2014

Memuliakan Tamu

#1
Pernah suatu kali bertamu ke rumah seseorang. Kami menuju rumahnya naik kereta. Orang itu menyajikan makanan dan minuman kepada kami. Makanan yang disajikan biasa saja, bukan enak tapi juga bukan tidak enak, biasa. Kami makan selayaknya seorang tamu, namun karena kami dan orang yang kami kunjungi masih sama-sama muda sehingga kami kasual saja ketika mengambil makanan yang disajikan. Pemilik rumah tersebut bilang kalau akan ada tamu siang agak sore nanti. Benar saja, ada tamu lain datang, membawa mobil BMW. Pemilik rumah, orang yang kami kunjungi menyambutnya, karena kami sudah agak lama di sana dan sudah mengobrol banyak hal, kami pun memutuskan pamit setelah pemilik rumah menyambut tamunya. Sebelumnya saya melihat pemilik rumah mengeluarkan beberapa sajian lain dari dapurnya untuk tamunya yang baru saja datang, hanya saja makanan yang disajikan lebih enak dari yang disajikan kepada kami. Saya pun heran, kenapa dia menyajikan makanan yang berbeda kualitasnya kepada tamu-tamunya?

#2
Ketika resepsi pernikahanku, kakak pernah mengusulkan agar di gedung pernikahan diadakan kursi VIP dan kursi biasa. Kursi VIP untuk para sedulur, kursi biasa untuk para tamu yang diundang. Namun hal itu ditentang oleh Bapak. Kata beliau, kenapa harus dibedakan antara kursi untuk sedulur dan kursi untuk tamu? Lebih baik kursi ya 1 macam, semua tamu dan sedulur mendapat kursi yang sama bentuk dan kualitasnya. Toh tamu dan sedulur sama-sama diundang dengan maksud yang sama, untuk datang memberikan doa dan restu. Sehingga di gedung pernikahan saya, tidak ada perbedaan kursi untuk berbagai macam tamu, kursinya 1 macam. Kecuali kursi untuk mempelai tentu saja, yang sudah sepaket dengan dekorasi gebyok pada umumnya.

Dari hal tersebut, hal yang terlihat remeh tersebut, saya pun belajar. Saya kira ayah saya benar, kita tidak boleh membedakan tamu-tamu yang datang ke rumah atau hajatan kita. Mereka sama-sama manusia, setara, tidak pantas dibeda-bedakan dan didiskriminasikan sesuka hati kita. Darimana pun asalnya, apa pun latar belakangnya. Kita wajib menyambut siapa pun tamu yang datang (baik-baik) dengan tangan terbuka, menyajikan sajian yang pantas, sepunya dan semampu kita.

Tidak ada komentar: