Jumat, 24 Oktober 2014

Memori

Aku kadang bertanya, aku memiliki sindrom apa? Sebagaimanakah network sinapsis sel saraf di otakku? Kenapa aku selalu ingin kembali ke masa lalu? Apakah tiap orang seperti aku?
Kalau aku boleh jawab, sepertinya tidak semua orang ingin kembali ke masa lalu.
Aku selalu senang bila bercerita atau membaca cerita tentang masa laluku. Itu juga alasanku mengapa aku masih mempertahankan blog ini yang sudah berumur lebih dari 6 tahun, aku tak ingin pindah lapak. Mungkin aku orang yang tidak pernah menyesal untuk menjadi aku yang dulu. Aku selalu tertawa dan semangat membaca cerita-ceritaku jaman dulu, mengenangnya. Ingin sekali mengajak orang-orang yang bersangkutan untuk dapat larut bersamaku. Aku menyukai aku yang dulu apa adanya yang telah membentukku menjadi aku yang sekarang.

Bila aku jenuh memikirkan masa depan, dan terlalu kecewa dengan hari ini, aku pasti mulai menerawang ke masa lalu. Oh, memangnya ada ya detik ini? Well, aku tak terlalu paham dan sedang malas memikirkan bagaimana masa kini bisa terbentuk. Yang jelas, gambaran masa lalu itu begitu jelas, meskipun sudah tertinggal jauh di sana menjadi sebuah memori. Masa depan terlalu rumit bagiku, sekarang. (sekarang? sekarang kapan? waktu kan berjalan.. entahlah!)
Melihat masa lalu di perspektifku yang sekarang membuatku berpikir, mengapa aku dulu merasa begitu berat menjalani hidup (setidaknya berdasarkan cerita)? bukankah kejadiannya simpel (kalau aku ingat)? Sehingga, aku pikir, penting kiranya seruan "Take it easy! All will be going well! You will be what you think as now."
Tapi mungkin aku salah, bukankah tiap detik kita harus selalu mengusahakan yang terbaik? bukankah berusaha sebaik-baiknya itu tidak mudah? Kalau "take it easy", kita bisa terlena dan akhirnya kita tidak bisa memperoleh hasil seperti yang kita harapkan..
Mungkin pasrah adalah jawabannya. Setelah berusaha, selalu luangkan detik berikutnya untuk tawakkal, sehingga beban tidak menjadi berat. Sel sarafmu bisa istirahat dan bertumbuh kembang lagi.

Aku jadi sadar, betapa pentingnya menulis. Baiklah, aku akan mengabadi di sini dan di dimensi-dimensi lain, meninggalkan jejak, entah sampai kapan. Sebelum memoriku hilang seiring bertambah lemahnya vaskular dan metabolisme yang mempengaruhi kinerja otakku. Mungkin suatu saat ada kalanya aku tak ingat, namun aku masih bisa membaca kemudian ingat lagi, dan tertawa-tersenyum lagi dengan manis mengingat segala kejadian hari ini dan sebelum-sebelumnya.

Vossendijk 219, Nijmegen
Pukul 23.05

Tidak ada komentar: