Jumat, 22 April 2011

PasteLLo Van Jogja

dari mas Joe :

1
jangan menggampangkan sesuatu yang sulit. akhirnya aku dapat contoh dari kasus ini. misalnya saja, seseorang sedang dalam tahap belajar.. yang namanya belajar pasti sulitlah yaa. dan ini dialami oleh setiap manusia, terkecuali yang mendapat 'pengecualian' dari Tuhan tentunya. dalam belajar, jangan menggampangkan sesuatu yang nampak atau terasa sulit, nanti ilmunya nggak masuk. pelan-pelan... harus sabar, tabah, dan istiqomah.. jangan lupa muthmainnah. akhirnya mendapatlah kita ilmu yang kita butuhkan. nah setelah kita mahir, kita pasti telah merasa bisa, merasa "oo ternyata gampang juga ya...", maka janganlah membuat sulit sesuatu yang gampang. ilmu itu untuk 'tool' agar kita dapat hidup selayaknya, mengajarkannya ke yang membutuhkan, mengamalkannya. setelah kita tahu, kita jangan merasa sok tahu (nggak usah sok-sok an gitu di depan manusia lain), pasti ada yang lain yang masih luput yang belum sempat kita tahu. so, jangan berhenti mencari ilmu.

kalo mas Joe tadi memberi contoh tentang dunia "Photography". awalnya saya tanya, "Mas, kok kamu nggak suka fotografi sih? kan keren tuh kalo bisa". mas Joe langsung menimpali, "bukannya aku nggak suka. aku suka. malahan aku udah pegang kamera ber-Klise sejak kelas 3 SD. udah latihan aku. tapi ya itu, aku nggak suka aja trend-pamor-nya fotografi jaman sekarang." lalu dia melanjutkan, "begini, keliahatan keren nggak buatmu kalo ada cowok yang nangkring di Sturbuck dan bawaannya Macintosh sama kamera SLR?". aku jawab donk, "emm, nggak tau ya, aku belum pernah lihat. tapi kalo cewek2 yang ada disono nganggep pasti ya kerenlah tuuuhhh..! udah Laptopnya Apple, pegang SLR dengan lensa neko-neko lagi, pasti orangnya kaya raya, apalagi kalo ditambah sepeda motornya Byson ato apalah tuh". Lalu mas Joe melanjutkan, “ nah maka dari itu, orang-orang suka liat orang lain dari ‘cover’-nya sih. Kan belum tentu dia ahli fotografi bener. Apalagi anak jaman sekarang, kebanyakan bisanya Cuma ikut-ikutan biar Nampak keren, karena punya duit mereka, aji mumpung mereka, tapi muatannya Nihil!. Tapi aku bakal respect andai saja mereka bener-bener niat jadi fotografer. Ada usaha yang bener-bener istiqomah gitu lho. Nggak Cuma bawaannya foto digital kemana-mana.. kalo salah dihapus, kalo kurang pas di sotosop. Bahh! Apaan tuh. Itu namanya kurang niat, Neng.. menurutku, belajar fotografi yang benar itu ya pake kamera Klise, niscaya kita bakal terlatih benar gimana biar fokus, gimana memperhitungkan jarak obyek, dsb. Memang sulit! Tapi bagi fotografer sejati, itulah tantangannya. Apalagi kalo dia sudah mahir pake kamera Klise, pake digital bakal lebih gampang. Ada nih ya, salah seorang temenku, julukannya Landhes. Dia emang berduit. Tapi dia nggak jenuh pake kamera Klise, dia bahkan mengaku masih belajar, padahal… beuh! Menurutku dia udah fotografer kelas Kakap. Bahkan, saking hobinya, saking sukanya fotografi, dia sempet-sempetin sekolah fotografi. Itu namanya pejuang sejati, Neng..! yang kaya gitu yang bikin aku salut. Yang kaya gitu yang sekarang ini udah jarang di dunia fotografi. Nggak percaya? Udah berapa temen kampusmu yang udah punya SLR digital? Pasti banyaklah..!! jadi itu alasanku mengapa aku males sama fotografi sekarang, Cuma unggul pamor doank tanpa ada muatan yang berarti.”

2
jadi orang jangan terlalu polos. usahakan untuk sedikit licik. mengakali, agar kebaikan yang kita butuhkan datang ke kita. usahakan untuk sedikit berbelit-belit. memang agak sulit, butuh skill khusus. skill ini bisa didapatkan dari keturunan, dari latihan dengan cara bersosialisasi. tapi buatku, ini yang paling sulit. karena saya suka APA ADANYA...!!

3
Kalau sedang berusaha menaklukkan hati orang atau kelompok, jangan pake metode kejar-kejaran. Maksudnya, jangan Nampak kamu sedang mengejarnya. Atau kalau bisa, kamu nggak usah mengejarnya saja, biarkan dia mengejarmu. Apalagi sampai mengekspansi keberadaannya. Kamu malah akan dibenci, nggak jadi berhasil kamu taklukkan. Itu kalau mereka tertarik sama kamu lho. Kalau mereka nggak tertarik sama kamu, gunakan cara ‘pemikatan’ untuk menaklukkan hatinya. Percaya nggak, kalau kamu mengejarnya, atau kalian saling kejar, lama-lama kamu bakal bosan kecuali yang tidak. Apalagi cara kejarnya monotooonn melulu, nggak punya Style. Yaah namanya juga manusia, pasti bisa bosan atau jenuh kan? Hati-hati. Lain dengan kalau kamu berusaha memikatnya, maka dia akan semakin penasaran sama kamu, dia nggak bakal bosen dengan apa yang kamu lakukan baik terhadapnya maupun terhadap orang-orang. Ini udah aku alami sendiri sampai-sampai aku kesulitan memutusnya saking nggak berhenti penasarannya sama aku. NGGAK bohong!

4
Bukan dari mas Joe. Kemarin saat di angkringan Van Jogja di daerah Pandega, aku dan teman-teman ngobrolin tentang penyakit Kanker. Yang jadi bahasan utama ya Kanker yang umumnya diderita wanita. Seperti kanker rahim, kanker payudara, kista di rahim (tumor), mandul, sampe pengankatan rahim dan pengangkatan payudara, penyakit Toxoplasmagondhi yang disebabkan hewan piaraan, dll. Semua itu terdengar di telingaku terasa mengerikan adanya. Aku jadi ngeri sendiri, apalagi aku mahasiswa kesehatan yang pernah belajar tentang itu, setidaknya pernah tahu tentang hal-hal seperti itu, dan kini di bahas, diingatkan kembali. Selalu saja membuatku bergidik saking takutnya.

Dan hari ini tadi, aku ke RSI Kalasan, menjenguk adik kelasku yang barusaja operasi tumor di payudaranya. Katanya waktu diangkat udah sebesar bola bakso. Haduuhh, ngeri lagi deh aku ngebayangin, nggak tega…nggak kuat rasanya bila itu sampai terjadi padaku. Apalagi penyakit-penyakit di atas tadi, nggak kebayang pokoknya. Aku jadi merasa sangat bersyukur sekali mempunyai tubuh yang normal-normal saja. Selalu adaaa saja yang mengingatkanku pada-Mu secara tiba-tiba, dear Allah… bersyukur pokoknya, tapi merasa seolah paradoks. Karena saat itu juga aku jadi merasa berduka mengingat wanita-wanita yang bernasib tidak sama dengan nasibku saat ini, apalagi yang tidak bisa sembuh. Rasanya sedih sekali…:(

Rabu, 20 April 2011

Catatan 18 April Pagi

(00.01 - 03.30)

  • Cerita Patub. Dalam sebuah performa, rencana-rencana itu jadi tidak penting kalau suatu start sudah terpegang dulu, dengan kata lain sudah bisa mengambil hati audience, lalu terbawa suasana…menikmati, akhirnya SUKSES! Memang goal-nya itu adalah mengajak audience berinteraksi dan pementasan bagus. Pelajaran yang bisa diambil adalah : penonton pun menganggap yang pentas adalah satu team-nya, jadi harus disukseskan bersama “ini acara kita semua, mari kita kompak mensukseskannya bersama-sama”. Perlu sikap menaklukkan keadaan. Omonglah kepada massa apa yang ada di hati mereka. Penonton itu sebenarnya tidak tahu persis apa yang mereka butuhkan, kita yang harus membaca kebutuhan mereka. Mereka datang, duduk-berdiri, menikmati, diam, tepuk tangan. Jadi, hidup itu tidak hanya 1 toples saja, tapi prasmanan.
  • Kelakar Cak Nun : yang namanya Islam Liberal, kalau sama bocah-bocah Maiyah itu, diem mereka. Hahhaha… kalah Liberal mereka.
  • Sebenarnya, spiritualitas kita dahsyat, musuh bisa dikalahkan hanya dengan 1 atau dua kalimat. Orang sini hidup pakai filosofi. Jadilah orang kaya, kuasailah dunia, tapi kita khilafahi. Kita kuasai materi untuk mendapatkan nilai. Indonesia butuh sebuah teknologi untuk mengeliminir keadaan buruk dalam diri kita.
  • Sangat banyak Allah memberi retorika, banyak ayat-ayat-Nya seperti sebuah ‘tawaran’. Ketika engkau dijahati, maka kamu berhak untuk membalasnya. Tapi Dia ‘menawari’ akhlaq. Kalau kita memaafkan, maka tinggi derajat kita dihadapan-Nya.
  • Segala sesuatu yang tidak bisa kita atasi, maka kita tawakali. Segala sesuatu yang sudah ketara jeleknya, busuknya, ya sudah percaya saja akan Kun Faya Kun dari Allah. Kembali ke rumus-rumus jagad malaekatan. Akan ada rumus-rumus dari-Nya yang tidak dapat kita duga dan akali. Anda punya kemampuan yang dahsyat, tapi nggak ada lapangannya, nggak diadakan pertandingannya, jadi ya yasudahlah…mau apa kita. Ada, saking mlaratnya orang, disuruh main scene apa saja mau. Yang main film/sinetron seperti diperbudak, tidak tau dia mau main apa karena tidak ada cerita yang jadi sejak awal.

Aku tangisi hati matahari
Yang disakiti cahaya cintanya
Menaburi bumi, ada yang menghalangi

Gerhana rembulan dan gerhana bumi berlomba menutupi
Berkahnya Tuhan hamparan rejeki jadi tak sampai

Tuhan hakiki, Kaulah matahari
Penerang gelapnya hidup kami
Kiriman kasih sayangmu ada yang meracuni

Takkan bisa terus begini sejenak saja lagi
Zaman kan terkesima
Berganti Cahaya Cahaya Cahaya

(Hati Matahari – performed by Novia Kolopaking)
  • Allah kafir kepada kedzaliman. Ini soal bahasa, tapi ini kontekstual, bukan substansial. Yang dimaksud kafir adalah menutupi kebenaran. Bahkan di al-Qur’an, ada  makna kafir itu adalah petani, karena apa? Karena petani menutupi tanah dengan tanaman. Jadi, kalau disebut kafir jangan marah. Tolong Islam juga dipahami lewat epistemologi, makna, dan lughoh. Ada syahid, jihad, kafir, dll. Misalnya mati syahid itu artinya mati dengan mempersaksikan. Tapi selama ini, mati syahid itu diukur dengan parameter-parameter yang tidak tepat. Menafsir sesuatu jangan terlalu dalam, tapi luweslah, istiqomah, dan muthmainnah. Hati yang selesai, ketabrak apa pun akan luwes, lentur, tidak skeptis.
..ku menepi, di sejuknya pagi.


Bulan Purnama di Fajar 03.54


End.


Senin, 18 April 2011

Catatan 17 April Malam

Aku berjalan, melintasi malam… 

sebenarnya ini tidak bisa disebut intisari karena terlalu panjang, jadi saya beri judul catatan. Inilah beberapa catatan saya dari acara Maiyah Mocopat Syafaat bersama Cak Nun di TKIT Kasihan, Bantul (21.00-23.59)
  • Menikmati dunia tapi jangan sampai memperistrinya (menjadikan dunia sebagai satu-satunya kecintaanmu) ~> kok mirip Rubaiyat Omar Khayyam yaa..hwehe
    Berlindung kita kepada Allah saat terlibat cinta primordial yang terlalu sempit, cinta dunia yang terlalu sangat.

  • Ulama itu merupakan Warasatul An Nabiy, berkewajiban melakukan da’wah khoir nahi munkar. Sedangkan Ulil Amri merupakan Warasatul Ar Rasul, berkewajiban melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Tapi sekarang, khususnya di negaeri ini yang ada malah keterbalikan-keterbalikan serta tumpang tindih peran. Presiden bertingkah seolah Ulama, sedangkan Ulama melarang ini melarang itu.

  • Majelis Ulama (Indonesia) harusnya dibagi sesuai bidang keahliannya masing-masing. Ada Ulama Politik, Ulama kesehatan, Ulama budaya (budayawan), Ulama teknik, dsb sehingga masing-masing dapat memaksimalkan peran namun tanpa sekularisasi dalam melaksanakan prosesnya.

  • Ulil Abshar, Ulin Nuha, Ulil Albab harus dibedakan!
    Ulil Abshar : Orang yang memiliki pandangan hati
    Ulin Nuha : Orang yang berakal
    Ulil Abab : Orang yang pandai berpikir.
  • Yang benar apakah ji, ro, lu, pat atau ji, ro, lu? Kalau menurut aturan Jawa yang benar yang mana? Ini ada keterkaitan dengan sejarah kepemimpinan NKRI. Indonesia selama ini telah dipimpin oleh empat presiden. Pertama, Soekarno. Kedua, Soeharto, Ketiga, Gus Dur. Keempat, SBY. Sedangkan Megawati dan Habibie hanyalah pengganti saja, jadi tidak termasuk hitungan karena mereka masih 1 periode dengan yang digantikan. Selama ini manusia berbudaya tidak jarang menggunakan ilmu titen dalam hidupnya. Ada perhitungan interval-interval tertentu, seperti hitungan waktu, ada Senin-Minggu, Januari-Desember, Pahing-Legi, dll. Barangkali rumus-rumus seperti ini berlaku juga bagi Indonesia sebagai Negara yang selama ini selalu gagal menjadi sebuah Negara.
    Sesuai rumus ji, ro, lu, pat tersebut, kita tahu kan kalau selama ini Indonesia selalu batal. Sudah 4 pemimpin, namun tak ada yang berhasil menjadikan Indonesia. Analoginya saat kita mananak nasi dari sebuah beras, beras tersebut selalu tidak menjadi nasi, yang salah siapa? Lha yang nanak nasi, dia tidak melakukan prosedurnya dengan benar kok. Begitu pula Indonesia ini, pengelolanya hanya bisa menjungkir-balikkan obyek olahan. Jadi, kita harus mau dan harus hijrah! Secara De Jure, Indonesia ini belum jadi, belum ada saat ini. Namun secara De Facto, okelah.. Indonesia ada.
  • Sampailah pada tema yang diangkat, yaitu Nahdlatul-Muhammadiyah (merupakan gabungan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah). Tak ada pretense apa pun di sini. Inisiatif pengadaan Nahdlatul-Muhammadiyah karena kegamangan masyarakat selama ini. Kebanyakan masyarakat tidak jelas, apakah mereka ikut NU atau Muhammadiyah atau hanya setengah-setengah. Kehadiran Nahdlatul-Muhammadiyah dimaksudkan untuk mengisi (bahasa Jawanya ndempul) lobang-lobang kekosongan yang ada pada diri masyarakat, tanpa berseberangan dengan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Jadi, Nahdlatul-Muhammadiyah tak perlu menyeluruh, seperti tak perlu manafsir Al-Qur’an karena menafsir Al-Qur’an itu tak bisa dilembagakan. Nahdlatul-Muhammadiyah mengikuti kebutuhan masyarakat, ndempul apa yang mereka bingungkan, meng-ijtihadi-nya supaya relevan dan komunikatif dengan kebutuhan masyarakat. Dakwah ala Kanjeng Nabi SAW adalah PR nomer 1 bagi Nahdlatul-Muhammadiyah. Dalam dakwah, ajaklah yang sesat kepada kebaikan, jangan mengajak yang sudah baik, supaya lebih efektif. Produknya adalah berupa, kebijakan, kebijaksanaan, kearifan, dll.
  •  Kita, punya hak untuk negosiasi dengan Allah, agar Tangan-Tangan Allah diperpanjang, agar Dia bersedia untuk berfirman dan berkehendak “Kun Faya Kun”. Karena Dia menciptakan anomali dalam hidup, Dia menciptakan pengecualian.
  • Allah mengejek orang-orang yang meratap-ratapi kekufuran gara-gara kelara-lara hatinya. Jadi sebaiknya bila ada kekufuran, tidak usah kita meratap-ratap, harus maju terus, bangkit kembali. Karena seluruh yang datang kepada kita bisa kita khalifahi, bisa kita selesaikan.
  • Ada yang bertanya kepada Cak Nun, berdasarkan ji, ro, lu, pat tadi, apakah tidak ada satu pun yang bisa ngliwet (mengelola dan menjadikan sebuah Indonesia) di sini? Kalau ada siapa? Maka Cak Nun menjawab : ada. Tentu saja ada. Kita semua bisa ngliwet. Tapi permasalhannya sekarang sedang dalam waktunya nggak bisa karena kita semua belum mau berubah. Lha bagaimana mau berubah? Wong kita ini selalu disikapi kalau mau berubah (wah jadi inget lirik lagu Hati Matahari… hihihi). Kini, kita diberi waktu 3 tahun untuk menjadikan nasi (Indonesia). Seperti sikap hidup para leluhur Jawa, Memayu Hayuning Bawono, ikut memelihara, menjaga dan melestarikan alam semesta ini.
  •  Cak Nun pun juga melontar kritik, menjadi Ulama jangan sampai sekuler. Perhatikan segala aspek, jangan memisahkan ilmu umum dengan ilmu agama.
  • Ada salah seorang yang bertanya kepada Cak Nun. “Untungnya apa Allah menciptakan kita? Padahal Allah tak butuh segala ibadah kita.” (waduh wis tau tak bahas karo mas Misbah 2 tahun lalu via email, hehehe) Kemudian Cak nun menjawab kurang lebih seperti ini, “pertanyaan ini kalau minta jawaban dari saya maka saya beri Anda tafsir saya, yang mungkin suatu waktu bisa berkembang lho ya.. saya tak mau menjawab seperti kebanyakan ulama menjawab yang seolah-olah mereka sekretaris Allah. Jawaban saya adalah karena Allah ingin mesra dengan kita. Maka dari itulah terkadang hal-hal-Nya ditunaikan secara tidak efektif oleh manusia. Jadi icon Allah itu Ar-rahman dan Ar-rahiim. Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Itulah mengapa saya katakana tadi, kita bisa bernegosiasi dengan-Nya. Manfaatkanlah icon Allah yang Ar-rahman dan Ar-rahiim, dengan catatan pakai cara yang benar dan pantas. Misalnya, kita sholat tidak khusyuk itu tidak dosa secara fiqh, tapi kalau nggak khusyuk kebangeten soalnya kita kan sedang bermesraan dengan Allah. Orang yang berdosa kok harus masuk neraka segala, itu karena soal kompatibilitas, sesuainya begitu. Karena ya logikanya orang yang bersalah itu harus dihukum, apalagi Dia Maha Adil. Jadi, orang hidup harus punya imajinasi, humor, atau kelakar. Lha Gusti Allah menciptakan segala sesuatu kadang lucu kok, tak bisa dinalar. Ini kita lakukan supaya hidup ada bumbunya. Dia ingin silaturrahmi, ingin dipuji… ya itu nggak apa-apa. Mengapa? Ya nanti silakan ditanyakan sendiri. Itu intinya.
  • Sejak Awal Allah sangat demokratis, kalau Dia mengatur, itu karena Dia ingin melindungi kita… Dia sayang kepada kita.
  • Kemerdekaan seharusnya jangan dijadikan tujuan, tetapi jadikan suatu ‘tools’ untuk kita bisa menentukan batas kita. Kita harus punya kesadaran batas. Dalam menggapai sesuatu jangan selalu memuncak, batasilah diri kita, agar kita bisa mencapai eternal dimension.
Yakinkah ku berdiri, di hampa tanpa tepi
Bolehkah aku mendengarmu
Terkubur dalam emosi, tanpa bisa bersembunyi
Aku dan nafasku merindukanmu

Terpurukku di sini, teraniaya sepi
Dan kutahu pasti kau menemani… yeah
Dalam hidupku, kesendirianku
...
(Sandaran Hati - Letto)

cont...

Minggu, 17 April 2011

What Can I Do?

Lagi-lagi judulnya berupa tanda tanya. Apa gara-gara karena sedang maraknya film "?"-nya Hanung Bramantyo? hahaha.. Tentu tidak. Selama sekian hari mungkin blog ini akan penuh dengan tulisan yang berkesan introspeksi. Tapi kali ini aku menulis tentang topik umum, kok. Sama sekali bukan maksud untuk menonjolkan pencitraan diri di dunia maya ini.

Selama ini aku telah banyak mengetahui sesuatu, selepas aku mengetahuinya seharusnya otakku bisa memproses sesuatu yang menakjubkan, seharusnyalah simpul-simpul sarafku bekerja menyalurkan listrik-listrik sebagai respon atas apa yang telah kuketahui dengan menggerakkan hati yang telah senantiasa dibersihkan dari kotoran dan karat-karat, dan pada akhirnya menggerakkan anggota gerakku untuk melakukan sesuatu.
Seharusnya itulah yang terjadi. Semakin banyak input maka semakin banyak output, apalagi untuk urusan seperti ini... output itu pasti menjadi hal yang wajib.

Tapi kenapa aku masih diam saja? Apakah ada sesuatu di dalam diriku yang kurang peka? Sudahkah aku menjadi manusia yang sebenarnya, sesuai yang dimaksudkan Tuhanku menciptakanku? Sudah tepatkan apa yang telah kulakukan?
Rasa-rasanya sedih sekali untuk menjawabnya, selain malu pula, rasa-rasanya selama ini aku hanya dapat memberi guna untuk diri sendiri. Padahal aku tidak hidup di dunia ini sendirian. Begitu banyaknya orang lain, begitu baiknya mereka mengakui keberadaanku di dunia ini, sebagai manusia. Pikirku, barangkali banyak orang di luar sana mengaharapkanku memberi guna pada mereka demi kehidupan yang lebih baik. Sementara aku belum bisa melakukan apa-apa buat mereka, belum bisa sepenuhnya memberi manfaat yang berarti buat mereka. Aku jadi nggak yakin kalau aku ini lebih baik dari mereka di luar sana, walau dengan segudang title keberuntungan yang telah kuterima.
I want to be able to help others...
Parah memang. Apalagi aku hanya bisa menulis ini, menulis itu... yang mungkin saja pada nantinya belum bisa merubahku untuk bergerak. Mungkin aku hanya sedikit terlecut, belum mampu membangunkan energi-energi yang telah lama tersimpan karena mungkin tidak tahu bagaimana caranya. Aku merasa belum mampu melampaui keterbatasanku.

Perasaan lainnya adakah? Merasa berdosa, tentu saja. Aku banyak tahu, tetapi mungkin selama ini aku pura-pura tidak tahu akan realita, selalu sembunyi di balik topeng. Ini manusia atau bukan... Mungkin peradaban manusia sedang berrevolusi ke arah yang buruk, vakum, tidak peka, karena diisi oleh orang-orang bodoh, seperti saya ini. Bodoh? Tentu saja, karena orang-orang seperti saya inihanya bisa bicara dan belajar terus-terusan, tanpa kejelasan implementasi yang berarti.

Benar kan kalau kondisi di luar sana sedang carut marut tidak karuan. Atas nama apa saja. Negara dan agama, dunia dan alam... silakan dilihat di berbagai media media yang mumpuni memuat berita.

Hanya menyadarkan ke diri sendiri dan pembaca bahwasannya masih ada manusia yang seperti saya ini yang tidak patut dicontoh. Berusahalah untuk bisa lebih baik lagi. Bergerak, lebih peka, tidak hanya terus bicara, menulis, atau belajar di sekolah. Kalau sudah merasa baik dirimu, maka menjadilah baik juga untuk orang lain.

Tulisan ini sungguh general. Hanya berisi curhatan dan sama sekali tidak ilmiah. Silakan dispesialisasi menurut selera pembaca.

To talk is to reflect. The quality of our action improves with the quality of how we talk and reflect on what and how we acted.

Rabu, 13 April 2011

apa yang terjadi?

bagaikan sedang menjadi sebuah elektron yang tereksitasi dalam keadaan terpaksa, karena suatu musabab tertentu yang baru saja kualami dan bikin tidak enak hati.
tapi sesungguhnya tiada elektron yang tereksitasi dalam keadaan terpaksa, mereka hanya tidak stabil saja saat sedang tereksitasi.
ingin kembali ke groundstate... :(
saat elektron kembali ke groundstate, mereka melepaskan energi, dan energi itu dapat berupa photon cahaya yang panjang gelombangnya dapat terlihat oleh manusia, MeJiKuHiBiNiU, indah sekali...itulah fosforesensi dan fluoresensi. kebahagiaan...
tidak hanya ingin kembali ke groundstate saja, setelah balik ke groundstate pun ingin berikatan hidrogen lagi dan akhirnya makin stabil di groundstate.
akan tetapi saat ini aku masih non-visible, tereksitasi, dan tidak stabil. terlalu banyak energi, ingin kulepaskan perlahan-lahan...
tapi aku tak punya alasan untuk langsung balik ke groundstate.
wahai sebab, telah kualami akibat, akankah sesuatu mengembalikanku lagi?
something good come to me!

bagaikan sebuah molekul yang polar sebagian. hanya mengalami tarikan elektron aja, tapi nggak diimbangi dengan donasi elektron. atau sebaliknya.. ikatan phi jadi nggak kuat, nggak stabil, gampang patah... itulah aku sekarang. meskipun begitu, bersyukur masih ada ikatan sigma.
mungkin terlalu banyak berharap, terlalu tinggi imajinasi tanpa implementasi yang berarti, ada implementasi pun mungkin nggak signifikan.
yang satu merasa egois, yang lain tidak.. atau sebaliknya.
sungguh sadar, benar-benar sadar... bila terus-terusan seperti ini, bukan tidak mungkin ikatan sigma pun bisa putus.
dan aku nggak mau itu sampai terjadi :(
entah apa yang harus kulakukan, aku sedang miskin ide dan lupa bagaimana menjadi seorang yang cerdas.
aku pun tak mau berlama-lama vakum. bagaimana pun aku manusia biasa, butuh interaksi untuk mengembalikan semuanya.
"something always gets contagious to its homeostasis when it goes to the high contrary"

Sabtu, 02 April 2011

your signal

sorry for being a selfish drama queen of yours
sorry for bothering you in all your life recently
sorry for being a too tender lover
I’m about frailness
sometimes, I have to be lost to find a place as can’t be found in you. Elseways, I would know where it was.
but you are someone for me with a red rose in your hand, teddy bear every night I sleep, a jar of fireflies long days ago, and many things about you, those are just too good to me..

A signal which is love letter alike, always comes close to me, as if you say nicely :
“Believe in me. I just want to say that I love you so much. Love in a simple way, so you don’t have to think about it. Just believe that I love you, more and more and more, Like I ever said. I love you whatever you are, so you don’t need to be perfect for me because I’m not perfect for you too. I just want to be the best for you.”

Thank you for all that you’ve done to me whether it being naughty or nice. I’m sorry I cant give anything to you. Now, I just can give my pray to you. I can only bring my plenty wishing stars for you. I wish I could make smile be my jewelry all the time for you.

It doesn’t matter where we are, we’ll be alright even if we’re miles apart.