Kamis, 04 Februari 2010

"The Great Queen Seondeok" for me



Awal mula aku menonton serial korea satu ini adalah karena Keluarga Besar Saeroni tak pernah absent mantengin serial ini. Sebelumnya aku nggak terlalu terabsorbsi sama jalan ceritanya (karena terlalu sayang dan kengennya sama kegiatan kampus sore… bwahahahah!), sampai suatu saat kemaren saat episode hidupku adalah “Welcome My Holiday” aku jadi ter-virusi sama serial ini.
My first opinion, serial ini begitu berbeda dengan banyak serial korea pada umumnya yang biasanya menceritakan “Dramanya Drama Kehidupan”. Serial ini bukan hanya drama, namun juga ‘mbah’nya drama karena diambil dari peradaban zaman awal Korea mempublikasikan sejarahnya. Rasanya jadi ingat serial “Arya Kumandanu” dulu deh aku. Kapan yah dunia perfilm’an kita mampu merubah image pribadinya. Ckckck
Film The Great Queen Seondeok menceritakan seorang anak manusia yang ‘hampa’ hidupnya. But wait, bukan hampa lantaran karena hidupnya dipenuhi kepecundangan atau kepengecutan sehingga dia dirundung keputus-asaan. Tapi hampa karena dia harus dikenang banyak orang sepanjang zaman negerinya hidup dan mengenalnya. Begitulah Tuhan menakdirkannya. Sejak lahir, hidupnya tak pernah sekali pun menyentuh ke-hedonis-an sampai akhir hayatnya, walau ketika dia tengah menjadi seorang Ratu Besar sekali pun. Bahkan, untuk sekedar merasakan “secara nyata” cinta kasih dari laki-laki yang dicintainya pun, Tuhan belum mengizinkan. Walau begitu, Seondeok berhasil untuk menerima takdirnya dengan hati yang penuh rela. Poor… but AMAZING!!! Betapa hebat dia menahan godaan bermacam-macam hawa nafsu. Nafsu serakah, nafsu egois, nafsu berkuasa, dll…dsb. Menurutku, begitulah seorang pemimpin seharusnya. Negeri kita Indonesia saat ini, sangat miskin pemimpin hebat seperti itu. Selain itu, Sang Ratu yang satu ini begitu cerdas. Tidak hanya dalam mengatur strategi maupun memimpin Negeri Silla, tapi juga dalam meramalkan-meramalkan kondisi yang tengah terjadi maupun dalam mengambil keputusan dalam kesemrawutan. Siiipp dah pokoknya!!! Unfortunately, Tuhan mengambil nyawanya selagi usianya masih muda karena penyakit yang dideritanya. Menjadikan masa kepemimpinannya tidak berlangsung lama. Maka berlakulah pepatah berdalih, orang baik memang cepat perginya.
The Great Queen Seondeok

Seondeok, adalah tokoh nyata dalam sejarah Korea. Ia adalah anak kedua dari Raja Jinpyeong dan saudara kembar dari putri Cheonmyong. Ia memimpin salah satu kerajaan di Semenanjung Korea, namanya Kerajaan Silla. Ia adalah seorang Ratu pemimpin kerajaan pertama dalam sejarah Silla. Menurut engkong Wikipedia, saat itu di Semenanjung Korea ada tiga kerajaan besar : Gorgureyo, Baekje, dan Silla.
Banyak hal yang telah dilakukannya ketika tengah menjadi ratu, diantaranya membangun observatorium pertama di daerah timur jauh, Cheomseongdae.
Observatorium Cheomseongdae

Serta membangun hubungan baik dengan dinasti Tang di dataran China sehingga banyak keuntungan yang didapatkan karena hubungan baik itu diantaranya menaklukkan kerajaan besar Baekje. Setelah Seondeok meninggal, aku kira keponakannyalah yang menggantikan (Kim Choonco, anak dari kakaknya, Cheonmyong). Tapi ternyata digantikan sepupunya, Ratu Jindeok. Namun, setelah masa kepemimpinan dua ratu tersebut, Silla kembali diperintah oleh seorang Raja. Dialah Raja Taejong Muyeol (Kim Choonco). Raja inilah yang mempersatukan semenanjung korea dibawah kekuasaan Silla. Ia bersama panglima besar Kim Yushin dan bantuan dari dinasti Tang, menaklukkan kerajaan besar Baekje.
Nah ini dia, Kim Yushin adalah panglima perang terbesar sepanjang Silla berdiri. Sampai-sampai wujudnya diabadikan dalam sebuah patung yang hingga saat ini masih ada, di ibukota Silla tua, Gyeongju di KorSel sono. Jadi keinget sejarah Majapahit sewaktu diperintah Tribhuana Tungga Dewi, panglima perangnya Gadjah Mada. Yang pada masa Hayam Wuruk dinobatkan menjadi Maha Patih, dan merupakan panglima perang terbesar yang berambisi menyatukan Nusantara. Begitu pula Kim Yushin, dia berambisi menyatukan tiga kerajaan besar korea di bawah kekuasaan Silla.
Kim Yushin Rang
Hmm… Menurut film, Kim Yushin ini jatuh cinta sama Seondeok. Namun begitulah… kasih tak sampai. Seondeok malah jatuh cinta sama Bidham yang notabene anaknya Misil, musuhnya sendiri. Oh Bidham… dia adalah tokoh kesukaanku, yihiii! Selain cakep warna kulitnya juga kecoklatan. Nggak seperti bangsa oriental lain. Heheeh… tapiohtapi, Bidham tewas ditangan Yushin gara-gara dianggap memberontak. Padahal waktu itu Seondeok telah berencana melepas mahkotanya agar bisa hidup bersama dengan orang yang dicintainya, Bidham. Seondeok ingin hidup dengan tenang jauh dari hiruk pikuk kerajaan karena bosan dengan kehampaan yang dari sejak lahir tak pernah meninggalkan jiwanya. Setelah Bidham tewas, Seondeok pun sakit-sakitan dan akhirnya meninggallah Ia… T,Tv [kasih tak sampai!!] *tragggissss dan seddddih menyayat hati* -sad ending-
Deokman dan Bidham
Perlu diketahui ya, dalam sejarah, pemimpin terbesar Silla bukanlah Ratu Seondeok, melainkan kakeknya, Raja Jinheung.
Sesuatu yang menarik bagiku dalam serial ini, selain karena tokoh-tokoh hebatnya, juga karena kostum. Pakaian adatnya itu looh, beda banget sama pakaian korea zaman dahulu (Hanbok) yang biasa aku lihat (dan yang pernah aku pakai…xixixii). Aku menduga, ini karena kemungkinan Kerajaan Silla berlokasi di dekat Tiongkok dan Mongol. Jadinya bukan Hanbok yang dipakai tapi sejenis pakaian yang mirip pakaian bangsawan Tiongkok zaman dahulu. Tapi nyata-nyatanya nggak juga siih, nggak deket Tiongkok (But Baekje was) hmmm. Tapi gimanapun juga, keren banget deh itu pakaian. Membuatku bernafsu ingin mencobanya. Hahaha…
Ngomong-ngomong, aku juga nyidam pingin make tuh mahkota yang dipake Seondeok. Mahkota kebesaran Kerajaan Silla. Tapi sayang banget deh, mahkota itu udah terbang dan lalu mendarat di suatu museum di kota besar Paris sono. Konon, katanya, padahal, terbuat dari emas 24 karat looooh. Uuuuuwh! Kok kayak Negara kita aja ya barang-barang leluhur dijual ke ranah asing. Where’s our appreciation gone away??
Mahkota Silla

Eniwei pemirsa, ini film layak tonton banget, berasal dari Asia asli yang nggak norak, penuh filsuf kehidupan. Nggak nyesel deh mantengin 62 episode. Lumayan bergizi loh, daripada ngerusak mata cuma buat nonton sinetron-sinetron konyol. Yo ra!

1 komentar:

Unknown mengatakan...

gils, gue juga suka banget nih drama. sampe nonton ulang berkali2, hahaha