Tanggal 30 Juli 2009, senja di Jogja, aku mendapat kabar.
Dari seorang teman yang lagi ada jauh disana, dia memberitahuku sedang berada di tempat di masa lalunya, yang baru ditinggalkannya setahun lalu. Aku pikir dia sedang gembira karena sedang menjumpai bagian dari masa lalunya, yang bila ia cerita itu adalah masa kecemerlangan hidupnya. Ya, aku bisa merasakannya. Tak bisa dipungkiri, setahun yang lalu dia memang begitu cemerlang karena berhasil membuat orang-orang disekitarnya bangga dan senang karena keberadaannya, karena usahanya, dan tentu saja… karena do’a-do’anya kala itu. Dan apa yang lebih membahagiakan dari itu semua? karena dia telah merasa disayang oleh Tuhan-Nya. Dan akhirnya kejayaanya kala itu pulalah yang telah menghantarkannya memasuki gerbang kampus Farmasi UGM ini. Ya hanya tinggal kuliah sahajalah… tanpa pusing memikirkan masalah uang hidup dan administrasi. Karena semua itu sudah mudah baginya semenjak namanya terdaftar sebagai mahasiswa disini.
Dan sadarkah? Yaaah akhirnya sadar pulalah dirinya… karena ternyata hidup di kampus ini tidak semudah yang dia bayangkan. Tidak seperti bayangan setahun lalu dimana mimpi-mimpi itu masih terasa begitu indah. Kalau aku boleh gambarkan, masuk kampus ini ternyata bagaikan masuk lubang hitam cerminan dunia yang benar-benar fana.
Pertengahan bulan Juli ini dia memberitahuku bahwa sedang merasa tak enak karena dia harus mendaftar banyak remidi mata kuliah. Karena nilainya kurang begitu memuaskan. Sungguh tak enak rasanya mendapat nilai jelek selama 2 semester berturut-turut. Merasa tak punyai rasa tanggung jawab sama Abi, Umi, yang jauh disana. Dan dia berdo’a semoga giatnya bulan ini membawa hasil memuaskan. Dalam hal ini aku tahu gimana rasanya mendapat nilai jelek. Apalagi buat seorang perantau. Karena gimana pun, nilai hasil belajar adalah satu-satunya bukti tertulis cerminan usaha kita, bagaimana hidup kita selama menuntut ilmu, yang tentunya akan diperlihatkan pada orangtua. Kemudian, belum usai perasaan tak enaknya tiba-tiba saja dia mendapat musibah yang tak dikira-kira. Membayangkannya saja belum pernah. Pak Dekan memanggilnya dan tiba-tiba memberinya surat keputusan skorsing karena suatu hal yang tak bisa aku ceritakan disini, demi menjaga privasinya. Dan hal itulah yang dia kabarkan padaku senja ini. SMS-nya memberitahuku bahwa aku mungkin tak akan melihatnya selama setahun nanti!! Oh benarkah?? Ya benar, Pak Dekan telah memberinya skors selama 6 bulan, yang berarti dia tak mungkin ikut kuliah selama setahun nanti.
Lalu bagaimana dengan bayanganku barusan? Dan tahukah apa yang telah kubayangkan? Aku pikir, di awal semester IV aku bisa sekelas sama dia dalam satu jurusan. Aku pikir, kami bisa menjadi partner dalam berbagai research di tahun-tahun depan. Aku pikir, aku bisa mengenakan toga dan slempang kuning emas itu di GSP 3 tahun lagi bareng dia. Dan terakhir aku pikir, kami bisa mengucapkan sumpah apoteker bersama 4 tahun lagi. Dan akhirnya meraih salah satu mimpi yang tengah indah dibayangkan kemarin dan saat ini.
Tapi dengan adanya skorsing itu semua itu tidaklah mungkin lagi. Entah mengapa tiba-tiba saja aku langsung berkaca-kaca, membayangkan andai itu terjadi padaku. Bagaimana kiranya reaksi ayah dan ibu, apa yang harus aku lakukan, mau ngapain setahun kelak, gimanakah wajah teman-temanku bila tahu? Akankah aku memang harus memperpanjang umur disini? Berapa tahun lagi? Dan lain sebagainya. Sulit. Itulah yang membuatku berkaca-kaca. Tanpa sadar aku ikut merasakan betapa berat itu semua baginya. Karena buatku, dia bagaikan nyawa di kampus. Walau merupakan setitik noktah bagi orang lain, tapi bagiku tak hanya setitik. Adanya, membuatku merasa bahwa kampus ini hidup sehingga aku berani mengukir mimpi agung. Tapi bagaimana setelah semua ini terjadi?
Serasa ada yang membisikkan sesuatu padaku, bahwa ada hal yang jauh lebih penting dari semua itu. Bahwa yang penting yang mendapat musibah dapat sabar, tabah, dan bisa menata hati. Mengerti bahwa Tuhan sedang mengujinya. Mengerti bahwa Allah memang sayang padanya. Itu sudah cukup. Ya, lebih dari cukup. Bagiku juga. Bahwa yang penting bukan kemarin atau masa lalu, tapi sekarang dan masa depan. Itu semua sudah cukup.
Life is just Awesome!, tapi bagi salah seorang temanku... It's getting hard and hard. Adakah aku mendengarnya?? Ya aku mendengarnya, bahkan merasakannya.. Be strong ya friend...!! move ahead!! Go forward!! Kita berpikir, maka kita ada! Tak ada yang salah dengan kegagalan. Jatuh itu biasa. Yang luar biasa adalah bila kita mau dan dapat untuk bangkit kembali. Syukur bisa lebih kokoh dari yang sebelumnya. Dan inilah hidup yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar