Eventhough I’m an ordinary person, at least I’m a N-Ach (Needs of Achievement) one. Try a bit harder to keep doing my thing. Feel how enjoy being a good admirer. As enjoy as now. So let’s enjoy this!
Ditemui di ruang kerjanya, unit III lantai 3 bagian pengelola Magister Farmasi Klinik, Dr. Zullies Ikawati, Ph. D., Apt yang kerap dipanggil dengan sapaan Zullies, tampak terkejut dengan kedatangan tim Farsigama. Apalagi ketika disebutkan bahwa maksud kedatangan tim adalah untuk mewawancarai beliau sebagai salah satu profil dosen berprestasi. (Berikut ini adalah salah dua question-answer dari hasil wawancara tersebut,)
- Oh iya, di dalam CV tertulis bahwa Ibu melanjutkan S3 di Jepang tanpa melalui S2. bagaimana ceritanya? –
Bisa dikatakan hal itu merupakan suatu kebetulan yang menyenangkan. Ketika itu suami saya mendapat beasiswa di Monbusho (Depdiknas-nya Negara Jepang – red) untuk melanjutkan kuliah di Negeri Sakura tersebut. Karena kami tidak ingin hidup terpisah, saya dan suami berusaha mencari Universitas yang ada fakultas Farmasi di dalamnya agar saya juga dapat mencari ilmu disana. Kebetulan di
- Bisakah Ibu menceritakan kembali pengalaman Ibu selama di Jepang? –
Pertama kali tiba di Jepang, saya sudah dijemput suami, jadi tidak tersesat. Saya enjoy sekali disana karena ada suami yang lebih banyak tahu tentang Negara Jepang dan bisa menjadi tempat bertanya.
Disana saya juga sempat menjadi ‘pemulung’. Sekitar empat kali dalam setahun, di Jepang diadakan kegiatan buangan besar. Maksudnya adalah membuang alat-alat rumah tangga yang sudah lama atau tidak terpakai seperti kulkas , meja, televise, mesin cuci, karpet, dll. Barang-barang yang sudah tidak terpakai itu diletakkan di depan rumah. Biasanya jika hari besar buangan tiba, pagi-pagi sekali saya berkeliling
Redaksi Farsigama
Demikianlah sekilas cerita dari salah seorang dosen yang benar-benar dosen dan berprestasi. Perlu dicatat, aku mengagumi semua dosen di kampus Farmasi tercinta ini. Semua mempunyai kehebatan dan keunikan-nya masing-masing. Mendengar cerita-cerita dari mereka, menyaksikan mereka mengajar yang tak kenal lelah dari pagi buta hingga sore berakhir, membimbing mahasiswanya dengan sabar melayari samudra pemahaman ilmu, serta raut-raut ketulusan seorang guru. Semua itu tak akan bisa dibayar dengan materi. Itulah yang hebat dari mereka. Kesahajaannya.
Sepulang dari Jepang kesibukan yang dijalani Ibu Zullies adalah aktif mengajar sebagai dosen Farmakologi Molekuler serta aktif pula dalam berbagai bidang penelitian antara lain ; “Efek fraksi protein dari akar, daun, dan biji Mirabilis Jalapa L pada proses apoptosis kultur sel Hela dan Raji”, penelitian “Efek Sitotoksik protein 32 kD dari daun Mirabilis Jalapa L dan mekanisme aksinya pada kematian kultur sel Hela, Myeloma, dan Raji”… yang keduanya di danai oleh QUE Project Grant Fakultas Farmasi UGM Batch II, serta “Uji aktivitas derivate Kurkumin dalam menstabilisasi sel Mast” yang didanai oleh Department Pharmacology Ehime University School of Medicine.
Nah lo! Keren-keren
Pasti keren, yaqin. Jujur, di tahun pertama ini aku lebih suka yang berbau organo-chemistry. Gimana lagi, aku belum kenal sama yang namanya Farmakologi, Farmakokimia, Farmakokinetik, Kromatografi, Radiofarmasi, Fitofarmasetik, dll. Orang awam pasti bakal komentar “Makanan kering dari mana tuh?? Penting yee??”, wahahahaha, maklum dah. Tapi hati nuraniku bilang, “Woouw, itu adalah ilmu yang maha dahsyat!”.
Terakhir dari Ibu Zullies…
~ Suka belajar alias tidak terpaksa, itu kuncinya. Kebanyakan dari kita merasa belajar adalah suatu beban, menganggap belajar itu duduk di kelas, mendengarkan dosen lalu mencatat. Apalagi jika sudah hampir mendekati ujian, belajar akan seolah menjadi suatu keharusan yang tidak diikuti perasaan senang. Cobalah untuk menyukai satu hal ini. Dengan belajar dimana saja dan kapan saja disertai rasa enjoy, InsyaAllah apa yang kita pelajari tak hanya bertahan sampai ujian saja ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar