My dream didn’t come true…
Do you know what dream it was?
Aku sedikit agak lupa mendetailnya, tapi kurasa ini benar2 AmaziNg…!!
You don’t know what. So let’s check this one out!
Akhir juni 2008 jam 01.00 am, tau kan ada pa? mosok nggak tau…
Yak, betul!! Final Piala Eropa 2008 of course or tentunya.
Aku bangun sekaligus nyaur utang buat nelfon fitri (p3), soalnya udah janji.
Aku nyalain TV, tapi kok ayah ikutan nonton. Kuputusin buat nelfon jam 4-an ajah.
Wuhuey!! Regu pujaanku was too much brilliant. Éspaña….!! Go…!!
Udah dari zaman taon berapa aku emang nge-fans abis ma yang namanya ‘SPAIN’.
Dari keindahan negrinya, orang2nya, mpe El-Matador-nya. Serba keren deh pkoe.
In the thirteenth EURO, Éspaña bisa mpe Grandfinal, lengkap sudah bulan Juniku kali ini.
Tau nggak, banyak sekali hadiah. Mulai dari ketrima Farmasi UGM, ratusan ribu rupiahnya lika sama abah, nilai ujian yang keren,
jilbab indah dari faris, tiga kaset marawis dari Addthea Bogor, berakhirlah dengan kemenangan Éspaña.
It was a grace, mercy, ato apalah namanya..
Fernando Jose Torres Sanz… tanpa dia, nggak bakal lengkap itu semua. Dia bukan hanya pahlawan strikernya El-Matador,
Tapi juga pahlawanku hari ini!
Sehabis nonton final piala eropa, aku kembali ke kamar lalu nelfon p3 24 menit. Kita ngobrol banyak banget.
Habis nelfon, eh bisa-bisanya aku ketiduran. Belum sholat shubuh padahal. Aku kembali bangun jam 06.05 am,
Langsung sholat shubuh begitu sadar, astaghfirullah…
Dan dalam tidurku yang singkat 1,5 jam ini aku bermimpi. Mimpi yang ueedan pokoknya!
Gini ne critanya, sehari sebelum final EURO aku diajak ibu ke rumah budhe, dan rumahnya itu di Spanyol!!
Kata ibu, kita disana sekalian ziarah ke tempat para tabi’in di Granada dan Cordova.
Kita naik pesawat, sampai sana jam 8 malam. Kita menginap di rumah budhe yang megah ber-arsitektur ‘spain asli’ di daerah Madrid.
Dan aku langsung tertidur karena kecapean. P3 smz supaya aku nanti nelfon jam 01.00 buat nonton piala eropa via TV.
Aku nggak jadi nelfon p3 cuz aku denger ibu baca Al-Qur’an keras sekali tengah malem. Mendapati tim spanyol menang, aku jingkrak2.
Apalagi liat Torres yang sedang berfoto2 sama wartawan, aku jerit2 sendiri. Lalu dari jendela kamarku aku mendengar di luar ramai sekali.
Kuputuskan untuk tidur lagi. Di dalam tidur di mimpiku aku pun bermimpi pula, seperti berlanjut saja ceritanya…
Nah, di dalam anak mimpiku itu, aku keluar rumah karena di luar ramai sekali. Aku terus berjalan menyusuri deretan mobil-mobil yang diparkir.
Aku nggak percaya dengan apa yang kulihat… ‘Aku berada di depan pintu gerbang stadion sepak bola megah yang digunakan untuk final EURO 2008!’
Aku masuk, ternyata pertandingan sudah usai (makane rame banget)… aku ke balkon Spanyol. Aku mencari pemain2nya. Nggak ketemu2.
Akhirnya seorang PUYOL mendekati aku! Wowww… benarkah apa yang kulihat? Aku benar2 bertemu dengan pemain Éspaña…
Dalam hati, mungkin aku bermimpi. Kucubit-cubit tanganku. Sakit. Wah, ini nyata!!
Aku menyapa Puyol, dia tersenyum dan menawariku minum bersama lalu mengobrol. Mana mungkin kutolak…
Puyol orang yang sungguh baik pikirku, dia mau menghabiskan sedikit waktu buat menyenangkan penggemarnya kaya aku ini.
Lalu dia berkata, “Sebaiknya kamu jangan minum ini”. “Kenapa?”, timpalku. “Apa kamu nggak ngrasa beda? Ini mengandung alkohol.
Kamu nggak boleh minum alkohol, bukan?”, dia menjelaskan. “Hah…!”, bagaimana dia tahu…
Lalu aku tanya, “Apa pemain2 Éspaña nggak ada yang muslim satu pun?”. “Kurasa nggak ada”, jawabnya.
Dan aku menanya lagi, “Puyol, apa kira2 aku bisa bertemu dengan Torres?”. Dia mengernyit, “Torres? Tentu saja bisa. Sebentar lagi dia kemari. Nah lihat, itu dia…”.
Woooowww!! Benar saja. TORRES!! Aku tampar pipiku beberapa kali. Ini nggak mimpi. Ini sungguh nyata!
“Puyol, kita menang!”, sambarnya. “Iya, permainan bagus kawan…”. Dan mereka berpelukan. Aku menyaksikannya dengan penuh haru. “Brilliant…”, kataku.
“Lihat dia ingin bertemu denganmu. Kau jangan menyakitinya. Dia itu pembela tim kita”, Puyol berkata sembari mengedikkan kepala ke arahku.
“Oh ya?, hei mau jalan2 dengan kita? Ayo ikut.”, ajak Torres. Waaaah… “Wow, benarkah? Dengan sangat senang hati!!”, aku sangat bersemangat tentu saja.
Jarang2 ada moment kaya gini. Kita bertiga jalan2 ke suatu tempat di dekat rumah megah budheku sambil minum minuman kaleng, lalu duduk2 di suatu tempat duduk di taman.
Kulihat Torres sedang dengerin lagu di mp3. “Lagu apa itu?”, aku tanya tanpa canggung2. “Mau ikut denger? Nih…”, dia memberiku salah satu headsetnya.
Kok dia baik banget ya… “Hmmm… Coldplay ya… Cavalry Choirs…”, kataku. “Iya itu aku suka”, kata Torres. Loh, itu kan lagunya bumi kemaren. Aneh…
Puyol sibuk sendiri. Tiba2 aku tertarik dengan HP yang sedang dibawa Torres dengan tangan satunya. Bentuk Hpnya seperti mp3 yang dibawanya. Segi 4 kecil hitam.
Bentuk HP yang baru kulihat. Lucu. “Missedcall nomorku donk Torres. Mau ya, please…”, pintaku. “Boleh”, dan dia minta nomorku. “Nggak bisa, lihat…”, dia menyodorkan Hpnya dibawah hidungku.
Duh aku kecewa sekali. “Mmm… kalo gitu minta nomormu, mungkin pake telfon rumah bisa.”, lalu di mencatat nomornya di sebuah kertas yang dibawanya.
Aku terima, di kertas itu aku nemuin sebuah lirik lagu berbahasa Spanyol yang nggak aku pahami dan menyadarkanku akan suatu hal. Benar2 penggemar musik pikirku.
Aku baru sadar, dia kan orang spanyol, dan aku orang Indonesia. Bagaimana bisa kami bercakap-cakap sampe sejauh ini. Aneh sekali lagi!
Tapi aku selalu nggak meduliin keherananku. “Nah kami harus kembali ke balkon dulu, nanti banyak orang mencari kami. Benar kan Puyol?”, kata Torres.
“Yups, sampai di sini pertemuan kita ya. Senang bisa bertemu dan sedikit bermain2 denganmu disini”, kurang lebih itu yang ditambahkan Puyol.
“Hah… kalian mau pergi? Jangan deh nanti siang aja. Ayo mampir ke rumah dulu, deket kok dari sini”, pintaku. “Nggak bisa, kami udah terlalu lama. Kamu harus ngerti”, sanggah Puyol.
“Kalo begitu, boleh nggak aku minta kaos kalian, aku bakal bangga sekali kalo kalian mau memberinya”,dan juga sebagai bukti aku pernah bertemu Puyol dan Torres!
“Oh itu, ya tentu saja”, Torres dan Puyol meberikannya dengan Cuma2. Sungguh bintang yang murah hati…
“Tunggu di sini sebentar”, aku berlari ke rumah mengambil dua benda di almari, (entah apa aku nggak ingat, nggak jelas soalnya).
“Walopun Cuma kaya gini, aku akan bahagia bila kalian mau nerima… dan terima kasih buat semuanya…”, dan mereka pun pergi.
Terasa sedih tapi juga sangat bahagia. Aku benar2 nggak percaya aku pernah bertemu kedua pemain Éspaña itu.
Lalu aku nelfon p3, “Pit, aku sekarang di Spanyol habis nonton final EURO!!”, teriakku. Dan aku menceritakan seluruh kejadian yang aku alami dengan menggebu-gebu.
Lalu p3 nyadarin aku, “Spanyol? Bukane EURO di Austria?!!”. Hahh… tiba2 aku terbangun di rumah budheku di Madrid. Iya ya… aku memang nggak di Austria.
Ternyata aku mimpi… lalu aku kenapa aku di Spanyol? Aku mana punya budhe rumahe Spanyol? Ngaco…
Dan ketika aku tersadar lagi aku sudah berada di kamarku yang asli, tepatnya di rumahku batur, ceper!
Gilaks… apa-apaan ini… tapi itu tadi benar2 mimpi yang FantastiC, AmaziNg! Yang aku sesalkan benar2 terjadi.
Aku nggak jadi mamerin kaos Puyol dan El-Ñiño yang dipakainya di final piala eropa 2008 pada teman-teman. Kaos legendaris bagi mereka, berwarna merah dan putih..
Yah mimpi memang indah… tapi, My dream didn’t come true…!!!
1 komentar:
sumpah ngekek, ikutan merinding, deg-degan,aneh juga...andaikan ini beneran terjadi,aku bangga udah ikut baca.,kalopungak beneran,jgn bilang2 :))
Posting Komentar