Minggu, 20 Juli 2008

SaBda ALam

Lihatlah di luar sana. Mari sekali-kali kita beerbagi rasa dengan alam. Lupakan segala gundah gulana, jenuh penat yang hinggap. Cari kebahagiaan, jalan-jalan melihat hijaunya rumput & daun, birunya langit, menikmati hangat kasih sayang sinar matahari, atau kerlipnya bintang yang mengajak kita bermain mata... itu bagus kawan.

Bukankah kita nggak perlu jauh-jauh mencari kebahagiaan, nggak perlu pergi ke mall berbelanja, nonton bioskop, atau malah melancong ke Bali manghabiskan banyak uang! Bila dipikir, kebahagiaan memang mahal harganya bukan?? Jawabannya, Ya! Tentu saja. Tapi asal kita tahu, tak akan ada materi yang bisa buat ukuran.

Ingatlah kata pepatah, orang pandai akan selalu bisa memanfaatkan kesempatan yang ada, baik besar maupun kecil. Allah menciptakan segala sesuatu pasti ada maksudnya. Maka, janganlah menjadi orang yang bodoh!

Coba rasakan bayu yang berembus pelan-pelan, menerpa kulit, sepoi, lembut, halus, merambat dalam kesejukan. Pohon-pohon yang rimbun memberi salam dengan klorofil daun-daun hijaunya. Perhatikan air yang bernyanyi di sungai, biru dan luasnya langit yang menenangkan dan segala apa-apa yang beredar di atas sana. Andai kita sadar, kita nggak akan pernah bosan untuk selalu menikmatinya. Ya, hanya menikmatinya. Inilah manusia, dan itulah sajian lezat kenikmatan dari-Nya.

Saksikan pula senandung daun yang mengayun syahdu, mereka melambai-lambai, salah satu makhluk tanpa dosa. Darinya, seharusnya kita tahu bahwa alam itu ada, telah diciptakan dengan stabilnya. Dan dari segala yang telah Dia ciptakan, itu hanya untuk kepentingan manusia sahaja. Agar hidup manusia mudah dan bahagia. Tapi, apa?

Terkadang manusia memang picik dengan mengatakan bahwa dirinya diperlakukan seperti anak tiri, dibenci, tidak diperhatikan Allah dan merasa Allah tidak pernah menyayanginya, tidak pernah memberi anugrah kebahagiaan padanya, selalu mengeluh akan penderitaan.

Yakinlah alam tak suka mendengar hal itu. Matahari, langit, bintang, semut, burung, daun mungkin semuanya beristighfar akan kekejian mulut manusia.

Bukankah bahagia itu ada di sekitar kita, kawan? Bahagia itu mahal, kita sendiri yang membuat batas ukuran. Alam tidak pernah.

Saksikan satu titik embun pagi di daun kecil itu. Dia telah dianugerahkan Allah untukmu, untuk saya, untuk kita...

Tidak ada komentar: