Wednesday on the last week of January, still in a holiday moody nih ya, aku mruput ke kampus jam 07.30 pagi special untuk menyaksikan kakak kelas yang bernama mbak Yekti sidang terbuka untuk mempertanggungjawabkan skripsinya. Ehm, bukan menyaksikan aja dhenk, melainkan juga mencari ilmu (ehehee… biar pergiku pagi itu lebbii afdhol! :D)
Nah, sebenarnya niatku hanya menyaksikan sidang terbukanya mbak Yekti aja. Tapi ternyata mbak disebelahku (mbak Bondhan) yang dari tadi ngasi pertanyaan sadis ke mbak Yekti juga ikutan sidang terbuka… weee lha! Hahaha… gek judul skripsi keduanya itu lho… almost similar. Check it out, “Pengaruh Pelarut Polar Aprotik Pada Sintesis Tetrahidropentagamavunon-0 (THPGV-0) dan Uji Aktivitasnya Sebagai Antijamur” [Yekti, 2009] dan “Pengaruh Pelarut Polar Protik Pada Sintesis Tetrahidropentagamavunon-0 (THPGV-0) dan Uji Aktivitasnya Sebagai Antibakteri” [Bondhan, 2009]. Perbedaannya hanya pada kata Aprotik-Protik dan Antifungi-Antibakteri saja. Waaah semangat deh aku ngikutin sidang terbuka ini, soalnya ada bau-bau organiknya. Itu looh, pada kata “…pelarut polar protik-aprotik pada sintesis THPGV-0…”-nya, heheeh…
Senyawa THPGV-0 ini adalah salah satu senyawa analog dari Pentagamavunon-0 (PGV-0). Sedangkan PGV-0 sendiri adalah senyawa analog dari kurkumin yang telah berhasil dikembangkan oleh Tim MOLNAS Fak. Farmasi UGM dan memiliki aktivitas sebagai antioksidan, penghambatan enzim siklooksigenase, dan efek anti-inflamasi (anti-nyeri). Pada penelitian sebelumnya telah disinyalir bahwa kurkumin juga mempunyai efek anti-mikrobial. Maka kemudian mbak Yekti dan mbak Bondhan meneliti dengan mengembangkan efek anti-mikrobial senyawa analognya (THPGV-0).
Pada penelitiannya mbak Yekti, THPGV-0 disintesis dengan hidrogenasi senyawa PGV-0 dengan katalis Paladium dan dengan bantuan pelarut polar aprotik yang bervariasi ( DMSO, asetonitril, dan Tetrahidrofuran) kemudian senyawa yang terjadi diisolasi dengan teknik Kromatografi Kolom. Sedangkan oleh mbak Bondhan, THPGV-0 disintesis dengan cara sama namun menggunakan pelarut polar protik (methanol, etanol, dan isopropanol). Untuk mengetahui senyawa ini murni atau tidak maka dilakukan uji kemurnian dengan analisis jarak titik lebur THPGV-0, Kromatografi Lapis Tipis, dan Elusidasi struktur berdasarkan spectra inframerah. Setelah itu dilakukan uji anti-mikrobial dengan teknik difusi agar. Uwoooo….! Kebayang nggak berapa besar biaya buat nglakuin satu penelitian sampai selesai? Seliter asetonitril aja harganya 20jete…!! Beruntunglah kalian yang kuliah di UGM, kebanyakan penelitian kayak gini ini nggak pake biaya sendiri… :) Jadi kebanyakan banyak sponsor yang ngasih dana hibah untuk jalannya penelitian. Nggak tahu deh ya di Univ. lain gimana. Alhamdulillah… semoga penelitian buat skripsiku kelak juga gratis. Aamien. Hhhee…
Hasil penelitian skripsi ini menunjukkan bahwa THPGV-0 menunjukkan aktivitas antimkrobial, baik antifungi maupun antibakteri. Dan lebih poten daripadi PGV-0. Selanjutnya pada session tanya-jawab, aku pun bertanya. Pada mbak Yekti, “Bila dilihat dari struktur molekul organic THPGV-0, mengapa efek THPGV-0 sebagai senyawa antifungi bisa lebih poten daripada PGV-0?”. Haha… cukup membuat mbak Yekti kalang kabut juga. Akhirnya Pak Jim sang ahli ke-organik-an membantu menjawab dengan memberikan clue2 terkait. Ladies and gentlemen, THPGV-0 itu adalah PGV-0 yang kehilangan ikatan rangkap tak jenuhnya pada atom carbon utama nomor 2 dan 5. Dan kata Pak Jim, jawaban dari pertanyaan saya adalah karena THPGV-0 kehilangan ikatan rangkapnya maka gugus metoksinya tak bisa beresonansi lebih jauh sehingga membuat efek antifunginya lebih poten daripada PGV-0. Kurang lebih seperti itu, dan hal ini bisa dikaji lebih lanjut bila mau. Hehehh… siiip! Siapa yang berminat, dipersilakan.
Lalu kepada mbak Bondhan saya bertanya, “Mengapa pada pelarut protik yang lebih polar dapat memberikan hasil rendemen THPGV-0 lebih banyak daripada bila menggunakan pelarut protik yang kurang polar? Sebenarnya apa hubungan kepolaran dengan kuantitas hasil rendemen?”. Nah, ini dia organic lagi. Haha… Kemudian dijawablah oleh mbak Bondhan dengan memakai interpretasi bahwa karena senyawa polar lebih banyak memiliki pasangan atom bebas. Dalam kasus senyawa polar protik, yang lebih non polar itu (seperti isopropanol) senyawanya lebih bulky (tumpuk undung, bahasa nenek moyangnya haha) sehingga lebih sulit berikatan dengan katalis. Maka dari itu rendemen yang dihasilkan lebih sedikit. Kita kan tahu, senyawa protik yang lebih non-polar itu memiliki gugus alkil yang lebih banyak, jadi sulit berikatan dengan katalis yang mana katalisnya sangat selektif, jadilah rendemennya lebih sedikit. Yeaaahh!! Selamat mbak. Jawaban yang masuk akal. Hhe
Yang sadis itu adalah pertanyaan dari Mas Napi, Raja-nya ke-organikan. Masakan tanya, tiap dijawab selalu menemukan celah keraguan dan akan dikejar terus dengan pertanyaan-pertanyaan mematikan sampai mbaknya nggak bisa njawaaaaab……..hadoooo kan kasian. Menggebu-gebu lagi suaranya. Hingga akhirnya dihentikan oleh moderator. Gawat dah kalo sidang terbuka ada mBahurekso satu ini. Bisa mati kutu di depan… Ckckck =_=
Kemudian setelah acara sidang selasae, mbak Yekti dan mbak Bondhan disuruh keluar dari ruangan untuk menenangkan diri sekaligus menunggu hasil nilai yang akan keluar. Inilah saat-saat mendebarkan jiwa, apakah nanti lulus dengan nilai skripsi apa. Unforgettable history telah terangkai sejak pagi dan sekarang saatnya mencapai klimaks. Setelah para pemberi nilai bermusyawarah, akhirnya keduanya dinyatakan lulus dengan nilai skripsi A! Mereka berdua sampai sujud syukur di depan.Yihiii… ucapan selamat pun mengalir deras. Buah manis dari usaha yang telah sekian lama diperjuangkan. Seneng banget ngeliat wajah bahagia, bangga, dan surprise dari mereka… begitulah ternyata. Semoga ceritaku di kampus ini nanti juga akan berakhir dengan wajah-wajah seperti yang tengah kulihat saat itu. Aamiin Ya Rabbal ‘alamiin.