Minggu, 15 November 2009

Inginku Pada Angin

Aku pun telah merasakan angin, terpaannya yang dingin dikulitku membuatku tak hendak ingin beringsut pergi saja.

Kuingin sejenak berkawan dengannya, sambil bergulat melontar Tanya :

Bagaimanakah aku bisa meraihmu, wahai bayu?

Aku ingin kau membawa serta sesuatu itu bila kau hendak pergi lagi, terserah akan kau bawa ke bukit atau ke samudra

Bukankah engkau adalah sebuah perantara?

Perantara yang memang dikutuk untuk memberi manfaat padaku.

Bila kutanya “manakah itu?”, akankah engkau memberikannya.

Sesuatu itu aku rasa telah memanggilmu berkali-kali dan berulangkali.

Tapi mengapa engkau tak juga mendengar teriaknya dan lalu datang? Gampang saja bukan? Sebagaimana yang kau lakukan sehari-hari.

Sesuatu itu sudah jenuh, oh jenuh. Bukankah engkau juga mengenal jenuh itu apa? Kau ini angin, dan kau tahu jenuh.

Kau datang dan pergi tanpa duga.

Aku jadi berpikir kau mirip sesuatu itu. Dan aku benci sesuatu itu, sungguh aku membencinya.

Pergilah!

Bawa saja itu.

Tetapi angin selalu saja menjawab :

“Maaf, aku belum sanggup”

Tidak ada komentar: