Bilamana pagi itu,
awan berkahyang lelah,
mentari mengira fajar belum merekah di ufuk,
bumiku pun beringsut murung saja.
Aku membau air-jatuh-mu di Kalasan.
Seketika,
bahagiaku sedihku bergilir mengada.
Hujan, apa kau benar-benar telah datang?
dan mengapa aku tak sudah sedikit rela?
Aku tau, bagimu kau benar saja,
dan kupikir selalu.
Bagiku pun kau memang tak ber-ego.
Bukankah kau telah mengajariku,
bahwa memaafkan itu mudah.
Tapi menerima,
adakah mudah pula?
'Tidak' bisikmu.
--alam memang selalu apa adanya--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar