Hyaaah... akhirya tiba juga saatku menulis ini. Hmmm.. apa? Baca saja yah. He!
Tadi itu aku kuliah farmakologi, sore. Berakhir jam 5.30 p.m. coba, jadi telat buka puasa kan. Sampai rumah jam eneman gitu deh. Tapi walau gitu aku tetap seneng. Soalnya itu adalah kali kuliahku dimana aku enjoy banget megikuti keterangan sang dosen, dari awal sampai kuliah berakhir. Gimana nggak, dosennya (Bu Zullies), asoy banget ngajarnya. Asli deeeh, kreatif pokoknya. Aku yang bodonya minta ampun gini sampe ngedonk lhoh. Jarang-jarang tau... Kalau dosenya nggak kreatif, aku nggak bakal bisa ngedonk. Huehehe
1. Kita manusia pernah mengkonsumsi obat yang namanya CTM kan? (kalau misalkan kepaksa pakai obat sih, hehe). Apalagi yang pernah sakit asma tuh, selain compound Aminofilin, dkk pasti juga bakal dikasih CTM sama dokter. Sebaiknya ditrima aja deh jangan protes :D, walau efeknya menyebabkan ngantuk sih. Karena CTM ini berkhasiat sebagai antihistamin. Atau bahasa latinnya ’antialergi’. Mengapa harus dikasih antialergi? Karena zat aktif obat hanya diperlukan oleh jaringan tubuh yang sakit saja. Sedangkan jaringan tubuh lain, yang notabene ”sehat-sehat-saja”, bila terkena dampak negatif zat aktif obat akan mengakibatkan alergi. Sebenarnya, alergi itu adalah respon tubuh terhadap benda ’unwanted’ yang masuk ke dalam tubuh kita. Intinya, tubuh mengadakan proses keseimbangan agar metabolisme di dalam tubuh nggak error. Maka agar tidak menimbulkan ”sakit-balik” dikarenakan alergi, diberilah CTM. Ingat yah, di alam ini segala sesuatu harus seimbang!! Tak terkecuali tubuh manusia. Karena jasad dan ruh kita adalah salah satu substance alam semesta. Bagian dari sistem kosmos ini. Oiya, efek ngantuk (sedative) dari CTM, parasetamol, dll itu nggak usah dikhawatirkan. Itulah respon tubuh yang harus kita terima. Malah kalau nggak ngantuk itu bahaya, Hehehe. Penjelasannya mengapa bisa ngantuk? Panjang ah..... lain kesempatan saja.
2. Obat itu sifatnya moderat. Maksudnya apa sih? Hehehe. Itu hanyalah ungkapanku saja, untuk mendefinisikan salah satu sifat obat. Karena seringnya, obat itu terbuat dari bahan yang nggak terlalu ’ekstrim’ basa pun juga nggak terlalu ’ekstrim’ asam. Jadi, obat nggak pernah terkemas dalam bentuk asam kuat maupun basa kuat. Kalau sampai ada, si pasien bisa overdosis dan akhirnya wafatlah... Obat, kebanyakan berupa asam lemah dan basa lemah. Secara kan tubuh kita ini sangat amat lathif, lembut gitu lhoh. Jadi segala sesuatu yang menjadi input ke dalam jasad (dan ruh) kita ini tidak boleh berupa materi ”yang ekstrim-ekstrim”. Bahaya!
See you in the next lecture! :-)
Kamis, 3 September 09
22.40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar