Jumat, 04 September 2009

Simplicity in Campus

Hyaaah... akhirya tiba juga saatku menulis ini. Hmmm.. apa? Baca saja yah. He!

Tadi itu aku kuliah farmakologi, sore. Berakhir jam 5.30 p.m. coba, jadi telat buka puasa kan. Sampai rumah jam eneman gitu deh. Tapi walau gitu aku tetap seneng. Soalnya itu adalah kali kuliahku dimana aku enjoy banget megikuti keterangan sang dosen, dari awal sampai kuliah berakhir. Gimana nggak, dosennya (Bu Zullies), asoy banget ngajarnya. Asli deeeh, kreatif pokoknya. Aku yang bodonya minta ampun gini sampe ngedonk lhoh. Jarang-jarang tau... Kalau dosenya nggak kreatif, aku nggak bakal bisa ngedonk. Huehehe


Nah setelah minggu lalu diajar Pak Endro dengan memulai perkenalan ”Farmakologi itu apa?”, minggu ini diajar Bu Zullies sampai tengah semester III ini. Dan tadi membahas ”Bagaimana nasib obat setelah masuk ke dalam tubuh kita”. Ingin tahu nggak kira-kira? Kalau iya dan sekedar ingin tahu, baca saja tulisan ini sampai akhir. Nggak banyak kok... nggak ’njlimet’ juga. Lagian kita ini kan sering sakit dan mau nggak mau harus berurusan juga sama obat. Asyik lhoh belajar benda ajaib yang satu ini.. :-)


Nasib obat di dalam tubuh adalah : ”Obat diabsorbsi oleh rongga tubuh (rongga mulut, lambung, otot, kulit, paru-paru, dll), lalu masuk ke pembuluh darah kapiler yang ada di rongga tersebut (terdistribusi), kemudian masuk ke jaringan yang error (bagian yang sakit) dan mengalami metabolisme disana, dan yang terakhir dikeluarkan dari dalam tubuh (ter-ekskresi)”. Udah. Itu aja. Nggak ’njlimet’ kan??? (hwahahaha) itulah intinya.


Sebagai keterangan lanjutan tentu nggak akan aku tulis di sini. Soalnya kalau aku tulis akan sangat amat terlalu riskan. Pakai bahasa ilmiah weeeyh. Ada istilah Cp Max, onset, Clearance, KEM, KTM, Koefisien Partisi, depot, T1/2 , dll. Hanya bisa dipahami oleh para ulama farmasi dan beberapa calon ulama farmasi.


Sekarang aku cerita intermezzo selama kuliah ajalah, if you want to know, aku hanya ingin berbagi. :-)

1. Kita manusia pernah mengkonsumsi obat yang namanya CTM kan? (kalau misalkan kepaksa pakai obat sih, hehe). Apalagi yang pernah sakit asma tuh, selain compound Aminofilin, dkk pasti juga bakal dikasih CTM sama dokter. Sebaiknya ditrima aja deh jangan protes :D, walau efeknya menyebabkan ngantuk sih. Karena CTM ini berkhasiat sebagai antihistamin. Atau bahasa latinnya ’antialergi’. Mengapa harus dikasih antialergi? Karena zat aktif obat hanya diperlukan oleh jaringan tubuh yang sakit saja. Sedangkan jaringan tubuh lain, yang notabene ”sehat-sehat-saja”, bila terkena dampak negatif zat aktif obat akan mengakibatkan alergi. Sebenarnya, alergi itu adalah respon tubuh terhadap benda ’unwanted’ yang masuk ke dalam tubuh kita. Intinya, tubuh mengadakan proses keseimbangan agar metabolisme di dalam tubuh nggak error. Maka agar tidak menimbulkan ”sakit-balik” dikarenakan alergi, diberilah CTM. Ingat yah, di alam ini segala sesuatu harus seimbang!! Tak terkecuali tubuh manusia. Karena jasad dan ruh kita adalah salah satu substance alam semesta. Bagian dari sistem kosmos ini. Oiya, efek ngantuk (sedative) dari CTM, parasetamol, dll itu nggak usah dikhawatirkan. Itulah respon tubuh yang harus kita terima. Malah kalau nggak ngantuk itu bahaya, Hehehe. Penjelasannya mengapa bisa ngantuk? Panjang ah..... lain kesempatan saja.

2. Obat itu sifatnya moderat. Maksudnya apa sih? Hehehe. Itu hanyalah ungkapanku saja, untuk mendefinisikan salah satu sifat obat. Karena seringnya, obat itu terbuat dari bahan yang nggak terlalu ’ekstrim’ basa pun juga nggak terlalu ’ekstrim’ asam. Jadi, obat nggak pernah terkemas dalam bentuk asam kuat maupun basa kuat. Kalau sampai ada, si pasien bisa overdosis dan akhirnya wafatlah... Obat, kebanyakan berupa asam lemah dan basa lemah. Secara kan tubuh kita ini sangat amat lathif, lembut gitu lhoh. Jadi segala sesuatu yang menjadi input ke dalam jasad (dan ruh) kita ini tidak boleh berupa materi ”yang ekstrim-ekstrim”. Bahaya!

3. Seseorang yang mengalami mal-nutrisi, biasanya kalau sakit diberi obat berdosis rendah. Jadi cukup ke puskesmas sajalah, lagian disana murah, dapat subsidi dari pemerintah. Hehe (seimbang intinya). Mengapa? Karena orang yang terkena mal-nutrisi itu kekurangan protein dalam tubuhnya (plasma darahnya, exactly). Padahal agar tidak terjadi overdosis, obat membutuhkan protein pembawa yang cukup untuk membawanya ke jaringan yang sakit. Maka, dia harus sabar menahan sakit. Karena dosis obat hanya rendah. Agar tidak overdosis.


Duh, kok sudah panjang kali ya tulisanku. Sebenarnya banyak intermezzo-menarik-sangat lainnya yang aku dapatkan secara langsung maupun tak langsung selama perkuliahanku sepanjang semester-semester yang telah berlalu. Namun daripada bosen bacanya, disudahi dulu ajalah. Semoga bermanfaat.

See you in the next lecture! :-)

Kamis, 3 September 09

22.40

--Ngetiknya sambil lirak-lirik The Village di global sembari masih terheran-heran, ngapain Joaquin Phoenix mau main di film itu. Nggak ada tawaran film yg lebih horror po. Hmhmhm--

Tidak ada komentar: