Rabu, 24 Mei 2017

Pregnancy Story: The Second Trimester

Kalau hampir semua ibu-ibu bilang bahwa trimester II adalah masa kehamilan paling nyaman, buat saya ya kurang lebih sama, meskipun trimester I pun juga sama nyamannya bagi saya karena saya tidak mengalami morning sickness. Oiya, di akhir trimester 2 ini berat badaku Cuma naik 8 kg dari sebelum waktu hamil, tidak terlalu naik drastis dari BB di trimester I karena aku menjaga pola makan ;) Namun di trimester ini, meskipun dari luar saya terlihat fit, namun ternyata saya diminta dokter untuk menjalani infus intravena venofer. Hal ini karena menurut dokter, hemoglobin saya terlalu rendah dan memerlukan kenaikan kadar ferritin secepatnya. Sebab, bila hanya lewat oral dan makanan, kenaikan hemoglobin memerlukan waktu berbulan-bulan. Sedangkan ibu hamil membutuhkan hemoglobin yang cukup untuk mencukupi nutrisi janin setiap waktu lewat plasenta. 

Dengan keadaan Hb yang rendah ini, pantas saja wajah saya tidak pernah merona merah, tangan saya selalu pucat, nafas saya terengah-engah, tidak mampu jalan dan lari dengan cepat, tidak pernah bisa ikut donor darah, sering pusing dan ngantuk mulu. Namun, dokter saya cukup senang karena setiap kali periksa berat badan janin saya tidak pernah di bawah normal seperti janin para ibu yang mengalami kekurangan Hb. Sebaliknya, BB janin saya sedikit lebih tinggi dari normal. Itu artinya bahwa janin saya tidak kekurangan nutrisi. Segala nutrisi yang saya makan dapat tersalurkan dengan optimal. Saya pun senang. Namun tetap ada kekhawatiran saya bila Hb saya terus-menerus di bawah normal, yaitu saya tidak bisa melakukan lahiran normal. Takut harus menerima intervensi medis untuk mencegah pendarahan yang banyak ketika lahiran nanti. Tapi ya apa boleh buat. Sekarang tetap harus berusaha agar kondisi saya bisa seoptimal mungkin sampai akhir menyusui nanti. Well, aku sangat ingin bayiku lahir dengan berat badan yang optimal yaitu antara 2,9 kg – 3.3 kg. Karena bila kekurangan, tumbuh kembangnya tidak akan bagus ketika balita dan dewasa nanti. Bila berlebihan, resiko obesitas tinggi. Aku sudah membaca Barker Hypothesis tentang pentingnya berat badan optimal bagi bayi baru lahir.

Untuk suplemen, saya masih mengkonsumsi folamil genio dan maltofer, namun ditambah oleh dokter Cavit D3. Cavit D3 berisi kalsium non-aktif dan vitamin D3. Vitamin D3 penting untuk penyerapan kalsium ke dalam darah dan mengoptimalkan fungsi kalsium untuk pembentukan tulang. Saya cukup puas dengan resep dokter karena memang di trimester II, janin saya sedang dalam tahap pembentukan dan penyempurnaan struktur tulang sehingga saya memerlukan kalsium lebih banyak. Saya juga minum susu high calcium low fat setiap hari, membeli UHT kotak yang bisa saya bawa kemana-mana.

Oiya, akhirnya di minggu ke-19 saya bisa merasakan pergerakan janin saya di dalam perut. Oh senangnya! Akhirnya saya mendapati bahwa janin saya ternyata sangat aktif sekali. Setiap hari tak kurang dari 10x dia seperti ngajak saya ngobrol dengan berbagai gerakannya yang menakjubkan, terkadang bikin saya senyum dan tertawa sendiri. “Oh Nak, kamu sekecil dan semungil itu kok bisa ngajak ngobrol ibuk siiy.. Gemmesh!” :)) terkadang aku yang ngetok-ngetok dia, dan dia bangun dari tidurnya lalu ngajak ngobrol beberapa menit sebelum capek dan tertidur lagi. Kalau saya sedang ngajar atau meeting, dia pun tidak bisa diam di dalam, bikin saya kehilangan konsentrasi, namun membahagiakan. You are just too good to be true, Nak! Ibuk wanna see you soon.



1 komentar:

Retry Ratna Wulandari mengatakan...

assalamu'alaikum, mbak. aku Retry, mahasiswa UGM angkatan 2015.
happy to find your blog. bikin semangat jiwa yg hampir pudar..
gimana kabar mbak dan bayi nya mbak? semoga Allah memberi yang terbaik untuk mbak dan keluarga..
Terima kasih mbak ^^