Rabu, 16 April 2014

Antara Palapa dan Karangayu

Hari ini saya kerja berangkat naik angkot dari depan gang Palapa Jalan Majapahit menuju Karangayu. Kebetulan saya naik angkot yang bodi angkotnya masih baru dan terlihat segar. Sopirnya adalah bapak-bapak yang aku mengira umurnya sudah lebih dari 60 tahun. Gayanya nyentrik memakai topi flat cap atau newsboy cap yang membuatnya terlihat santai. Dari sejak saya naik sampai saya turun angkot tersebut hanya berisi 4 orang termasuk pak supir, satu orang naik dari perempatan MT. Haryono dan turun di depan Citraland.  Ketika berjumpa dengan kawan sesama sopir angkot di jalan, si Bapak menyapa dan teriak tertawa mengabarkan berapa penumpang yang ada di mobilnya. Pak supir pun nggak terlalu stress dengan sedikitnya penumpang naik angkotnya kala itu, dan tidak pernah ngetem lama di pinggir jalan mencari penumpang. Santai sekali. Tidak seperti supir angkot yang dulu pernah saya tumpangi angkotnya, saya diturunkan di tengah jalan karena hanya berisi 3 penumpang angkotnya, terlihat menyerah sekali dan temperamennya pun marah-marah. Sudah gitu saya disuruh membayar lebih banyak dari yang seharusnya.. Cuma bisa geleng-geleng kepalalah saya. Beda sekali dengan supir angkot saya tadi. Saat saya turun di depan LP. Bulu saya menyodorkan uang 5 ribu, pak supir mengembalikan 2 ribu. Saya pun protes, karena biasanya dengan uang 5 ribu saya mendapat kembalian seribu saja. Saya bilang "Biasanya 4 ribu kok Pak". Pak supir pun terlihat bingung lalu pergi. Haaa... selama ini dengan jarak sejauh itu pak supir cuma minta bayaran 3 ribu aja?

Saya jadi berpikir, jangan-jangan pak supir sebenarnya adalah orang kaya yang hanya ingin mencari kesibukan di usia senja dan merasakan susahnya hidup menjadi supir angkot.
Kalau aku berencana mengelola perkebunan sih nanti. Bahahaha... kebon siapa pula. Ya, pengen banget punya kebun dan hidup tentram di desa seperti Hobbiton Village, Middle Earth.


Tidak ada komentar: