Misal ada 1000
senyawa. 10 dari 1000 senyawa adalah senyawa aktif dan 990 lainnya adalah
inaktif dan disebut decoy atau pengecoh. Hasil dari simulasi, top 10 senyawa
aktif yang masuk berapa? Misal 6 senyawa aktif yang masuk top 10, berarti 6
dari 10 senyawa atau 60%. Berarti EF1% nya adalah 60. CMIIW
Senin, 21 April 2014
Rabu, 16 April 2014
Antara Palapa dan Karangayu
Hari ini saya kerja berangkat naik angkot dari depan gang Palapa Jalan Majapahit menuju Karangayu. Kebetulan saya naik angkot yang bodi angkotnya masih baru dan terlihat segar. Sopirnya adalah bapak-bapak yang aku mengira umurnya sudah lebih dari 60 tahun. Gayanya nyentrik memakai topi flat cap atau newsboy cap yang membuatnya terlihat santai. Dari sejak saya naik sampai saya turun angkot tersebut hanya berisi 4 orang termasuk pak supir, satu orang naik dari perempatan MT. Haryono dan turun di depan Citraland. Ketika berjumpa dengan kawan sesama sopir angkot di jalan, si Bapak menyapa dan teriak tertawa mengabarkan berapa penumpang yang ada di mobilnya. Pak supir pun nggak terlalu stress dengan sedikitnya penumpang naik angkotnya kala itu, dan tidak pernah ngetem lama di pinggir jalan mencari penumpang. Santai sekali. Tidak seperti supir angkot yang dulu pernah saya tumpangi angkotnya, saya diturunkan di tengah jalan karena hanya berisi 3 penumpang angkotnya, terlihat menyerah sekali dan temperamennya pun marah-marah. Sudah gitu saya disuruh membayar lebih banyak dari yang seharusnya.. Cuma bisa geleng-geleng kepalalah saya. Beda sekali dengan supir angkot saya tadi. Saat saya turun di depan LP. Bulu saya menyodorkan uang 5 ribu, pak supir mengembalikan 2 ribu. Saya pun protes, karena biasanya dengan uang 5 ribu saya mendapat kembalian seribu saja. Saya bilang "Biasanya 4 ribu kok Pak". Pak supir pun terlihat bingung lalu pergi. Haaa... selama ini dengan jarak sejauh itu pak supir cuma minta bayaran 3 ribu aja?
Saya jadi berpikir, jangan-jangan pak supir sebenarnya adalah orang kaya yang hanya ingin mencari kesibukan di usia senja dan merasakan susahnya hidup menjadi supir angkot.
Kalau aku berencana mengelola perkebunan sih nanti. Bahahaha... kebon siapa pula. Ya, pengen banget punya kebun dan hidup tentram di desa seperti Hobbiton Village, Middle Earth.
Saya jadi berpikir, jangan-jangan pak supir sebenarnya adalah orang kaya yang hanya ingin mencari kesibukan di usia senja dan merasakan susahnya hidup menjadi supir angkot.
Kalau aku berencana mengelola perkebunan sih nanti. Bahahaha... kebon siapa pula. Ya, pengen banget punya kebun dan hidup tentram di desa seperti Hobbiton Village, Middle Earth.
Selasa, 08 April 2014
Intersection
Okay, konsentrasi saya terpecah. Malam ini ada beberapa hal yang memenuhi otak saya:
1. Malam ini saya membaca paper ini, yang khusus saya persiapkan untuk aplikasi ke Kyoto (sudah 2 kali saya ditolak profesor dari Kyushu dan akhirnya memilih Kyoto karena tempatnya historis banget), kau tau, GPCR selalu menarik pikiran saya. Tak pernah lepas sama jurnal-jurnal yang membahasnya. Seakan ada magnet yang membuat saya ingin tahu lebih dan lebih lagi. Ini semua gara-gara Mas Dep dan Pak En, tentu saja. Thank to them. Konsentrasi saya kerahkan untuk memahaminya. Mahasiswa lulusan S1 Farmasi nggak akan banyak tau apa itu Ubiquitin dan Arrestin, kan? Nggak tau pentingnya mempelajari itu untuk mencari target aksi obat dan kandidat obat yang tepat untuk macem-macem penyakit, kan? Demikianlah saya membaca paper ini.
2. Sesuai rencana untuk menjamah Kyoto dan memiliki iklim belajar GPCR dengan tenang, saya harus melengkapi data ini sebelum di-submit. Sungguh tidak mudah karena saya harus mencari literatur yang ngga biasa saya baca sebelumnya. Harus menyamakan frekuensi otak saya minimal setara dengan si pembuat literatur, yang benar-benar baru. Kau tau, pembuka tabir cahaya hanyalah Dia. Tanpa restu-Nya, saya tak akan bisa paham apa yang sedang saya baca untuk dimengerti.
3. Malam ini juga saya iseng mencari pengumuman eLPeDePe, dan menemukan nama saya di lampiran PDF nya. Itu berarti saya harus bersiap pada fase selanjutnya yang nggak kalah menegangkan. Adrenalin saya akan segera beraksi habis-habisan. Asal saya bisa mngontrolnya saja ketika hari H. Doakan saya!
4. Bulan April ini saya diharuskan mengikuti banyak pelatihan di kantor. Bulan Mei nanti, akan ada kunjungan dari WHO untuk memastikan produksi Levofloxacin berjalan lancar untuk supply ke luar negeri. Sebagai staff pemastian mutu, tau kan gimana tanggung jawab saya? mutu obatnya harus benar-benar baguuuusss.
Kerja keraaasssss, berdo'a.... and
These too shall pass.......
1. Malam ini saya membaca paper ini, yang khusus saya persiapkan untuk aplikasi ke Kyoto (sudah 2 kali saya ditolak profesor dari Kyushu dan akhirnya memilih Kyoto karena tempatnya historis banget), kau tau, GPCR selalu menarik pikiran saya. Tak pernah lepas sama jurnal-jurnal yang membahasnya. Seakan ada magnet yang membuat saya ingin tahu lebih dan lebih lagi. Ini semua gara-gara Mas Dep dan Pak En, tentu saja. Thank to them. Konsentrasi saya kerahkan untuk memahaminya. Mahasiswa lulusan S1 Farmasi nggak akan banyak tau apa itu Ubiquitin dan Arrestin, kan? Nggak tau pentingnya mempelajari itu untuk mencari target aksi obat dan kandidat obat yang tepat untuk macem-macem penyakit, kan? Demikianlah saya membaca paper ini.
2. Sesuai rencana untuk menjamah Kyoto dan memiliki iklim belajar GPCR dengan tenang, saya harus melengkapi data ini sebelum di-submit. Sungguh tidak mudah karena saya harus mencari literatur yang ngga biasa saya baca sebelumnya. Harus menyamakan frekuensi otak saya minimal setara dengan si pembuat literatur, yang benar-benar baru. Kau tau, pembuka tabir cahaya hanyalah Dia. Tanpa restu-Nya, saya tak akan bisa paham apa yang sedang saya baca untuk dimengerti.
3. Malam ini juga saya iseng mencari pengumuman eLPeDePe, dan menemukan nama saya di lampiran PDF nya. Itu berarti saya harus bersiap pada fase selanjutnya yang nggak kalah menegangkan. Adrenalin saya akan segera beraksi habis-habisan. Asal saya bisa mngontrolnya saja ketika hari H. Doakan saya!
4. Bulan April ini saya diharuskan mengikuti banyak pelatihan di kantor. Bulan Mei nanti, akan ada kunjungan dari WHO untuk memastikan produksi Levofloxacin berjalan lancar untuk supply ke luar negeri. Sebagai staff pemastian mutu, tau kan gimana tanggung jawab saya? mutu obatnya harus benar-benar baguuuusss.
Kerja keraaasssss, berdo'a.... and
These too shall pass.......
Sabtu, 05 April 2014
Frame
Yang namanya Kerja
Keras itu ya berarti bekerja dengan keras. Sudah aturan umum. Dan aku malas
membuat aturan sendiri. Kalau bekerja dengan santai ya Kerja Santai. Jangan dibolak-balik.
Kamu bilang kamu sedang bekerja dengan senang hati, berarti ya bukan Kerja
Keras namanya. Kamu bilang kamu sedang bekerja dengan penuh ‘rasa’ pengorbanan
dan kesulitan tinggi, berarti memang kamu sedang Kerja Keras. Mengapa di dunia
ini Kerja Keras lebih populer daripada Kerja Santai atau Kerja Bahagia? Ya karena
manusia diciptakan dengan segala
keterbatasan, karena yang namanya ‘kerja’ itu nggak mudah dan harus dengan
cara. Cara ada dengan dipikirkan dan diciptakan oleh manusia dengan tidak
instan. Berapa kali kutuliskan hal seperti ini di sini? Ada orang tak
paham-paham juga.
Meskipun, ini
tentang hal yang relatif. Jadi bila kamu tak merasa dan tak sependapat
denganku, terserah. Ini pemikiranku. Bagiku, hanya orang yang sedang merasa
sukses yang bisa berkata dengan sungguh-sungguh berlandaskan fakta bahwa “kamu
hanya perlu percaya saja bahwa kamu mampu meraihnya”. Ketika kamu masih berada
di tengah jalan, sesungguhnya, ketidakpastian adalah hal yang merajai dirimu,
karena tak ada fakta dalam dirimu. Tidak mungkin tidak. Orang bilang,
ketidakpastian memang sengaja diciptakan Tuhan untuk manusia. Rasa khawatir
memang sengaja diciptakan Tuhan untuk manusia atas dasar kasih sayangNya. Tak mungkinlah
aku mengingkari hal itu, mengingkari bahwa aku juga ada rasa khawatir, setiap
saat, setiap waktu ketika sedang hidup di dunia, tentu saja.
Aku memberi tanda kutip dan garis bawah pada kalimat salah seorang kawanku suatu kali bahwa: "Aku baru sempat mengusahakan satu saja selama 6 bulan terakhir ini. Satu saja sungguh menyita pikiran, tenaga, dan finansialku. Apalagi dua atau tiga. Aku belum sanggup. Sekarang aku masih harus fokus pada yang satu ini. Karena mulai saat ini pekerjaan sampinganku juga membutuhkan tenaga dan pikiran juga. Aku tak ingin mengecewakan orang-orang di sekitarku". Aku tidak menginterupsi sama sekali pernyataan kawanku itu. I had no objection. Karena aku bukan dia, aku tak merasakan jadi dia. Aku hanya mengangguk dan berusaha paham pada pilihannya. Meskipun dalam perspektifku, dia orang yang hebat. Dalam perspektifku, dia bisa mengusahakan 2-3 buah dalam sekali waktu, bukan cuma satu. Betapa tidak? aku yang memiliki spesifikasi lebih rendah darinya saja bisa mengusahakan dua sekaligus. Namun dia memilih satu saja.
Adagio
Di saat tempoku
mengakselerasi putar rotasiku, di saat tak bisa merasakan suka apa-apa, di saat
mencoba menjalari rasa nikmat dari keresahan dan kesulitan akan kerja keras
ini, ada orang datang marah-marah tak bertanggungjawab dan tak berperasaan
discouraged me suddenly, my half heart
felt like flying off no where.
Di saat
pandangan-pandangan buram berbulan-bulan yang entah sampai kapan ini. Pernah
berkali-kali selayang pikirku, terdeskripsi bahwa aku tak ingin menyesal dengan
tak menikmati ini semua. Ini semua ketika aku tak bisa bersenang-senang pergi
kemana, bertemu teman, bertandang keluarga, membaca cerita, menonton drama,
membeli semua disuka seperti kebiasaan
sebelum awal tahun ini. Ada orang tiba-tiba datang menghancurkan kaca bayangan.
Bayangan, satu-satunya hal yang menguatkan. Bahkan itu pun turut ia hancurkan. Ternyata
ada manusia sejahat itu di sekitarku dan bahkan di pikiranku. Dunia sungguh
kejam.
Alangkah bahagia
menjadi Marcello, dapat mengungkapkan rasa tanpa seorang pun paham bahwa itu
rasa yang sedang dirasakannya. Orang lain hanya tinggal menikmati dan turut hanyut
dalam nadanya. Tak sepertiku yang hanya bisa menulis ini yang terlalu
jelas terbaca.
Kamu, sedang
tak berarti sama sekali di sini.
Kamis, 03 April 2014
He is number one of a man who can think positively. To mention
a few: he never got angry back if I was indifferent to him for long-long hours
of days, he will say a lot of commands in order to motivate me when I began to
say “I can’t” either explicitly or implicitly, he‘s kind of a man who won’t
worry too much about what happens in the future and always do the best with a
lot of efforts at the time being. I don’t know, maybe he is also a man who can
make risk assessment beforehand of every decision he makes. As simple as those,
I’m relieved to be with him.
Langganan:
Postingan (Atom)