Selasa, 08 April 2014

Intersection

Okay, konsentrasi saya terpecah. Malam ini ada beberapa hal yang memenuhi otak saya:

1. Malam ini saya membaca paper ini, yang khusus saya persiapkan untuk aplikasi ke Kyoto (sudah 2 kali saya ditolak profesor dari Kyushu dan akhirnya memilih Kyoto karena tempatnya historis banget), kau tau, GPCR selalu menarik pikiran saya. Tak pernah lepas sama jurnal-jurnal yang membahasnya. Seakan ada magnet yang membuat saya ingin tahu lebih dan lebih lagi. Ini semua gara-gara Mas Dep dan Pak En, tentu saja. Thank to them. Konsentrasi saya kerahkan untuk memahaminya. Mahasiswa lulusan S1 Farmasi nggak akan banyak tau apa itu Ubiquitin dan Arrestin, kan? Nggak tau pentingnya mempelajari itu untuk mencari target aksi obat dan kandidat obat yang tepat untuk macem-macem penyakit, kan? Demikianlah saya membaca paper ini.


2. Sesuai rencana untuk menjamah Kyoto dan memiliki iklim belajar GPCR dengan tenang, saya harus melengkapi data ini sebelum di-submit. Sungguh tidak mudah karena saya harus mencari literatur yang ngga biasa saya baca sebelumnya. Harus menyamakan frekuensi otak saya minimal setara dengan si pembuat literatur, yang benar-benar baru. Kau tau, pembuka tabir cahaya hanyalah Dia. Tanpa restu-Nya, saya tak akan bisa paham apa yang sedang saya baca untuk dimengerti.



 3. Malam ini juga saya iseng mencari pengumuman eLPeDePe, dan menemukan nama saya di lampiran PDF nya. Itu berarti saya harus bersiap pada fase selanjutnya yang nggak kalah menegangkan. Adrenalin saya akan segera beraksi habis-habisan. Asal saya bisa mngontrolnya saja ketika hari H. Doakan saya!











4. Bulan April ini saya diharuskan mengikuti banyak pelatihan di kantor. Bulan Mei nanti, akan ada kunjungan dari WHO untuk memastikan produksi Levofloxacin berjalan lancar untuk supply ke luar negeri. Sebagai staff pemastian mutu, tau kan gimana tanggung jawab saya? mutu obatnya harus benar-benar baguuuusss.

Kerja keraaasssss, berdo'a.... and
These too shall pass.......

Sabtu, 05 April 2014

Frame



Yang namanya Kerja Keras itu ya berarti bekerja dengan keras. Sudah aturan umum. Dan aku malas membuat aturan sendiri. Kalau bekerja dengan santai ya Kerja Santai. Jangan dibolak-balik. Kamu bilang kamu sedang bekerja dengan senang hati, berarti ya bukan Kerja Keras namanya. Kamu bilang kamu sedang bekerja dengan penuh ‘rasa’ pengorbanan dan kesulitan tinggi, berarti memang kamu sedang Kerja Keras. Mengapa di dunia ini Kerja Keras lebih populer daripada Kerja Santai atau Kerja Bahagia? Ya karena manusia diciptakan dengan  segala keterbatasan, karena yang namanya ‘kerja’ itu nggak mudah dan harus dengan cara. Cara ada dengan dipikirkan dan diciptakan oleh manusia dengan tidak instan. Berapa kali kutuliskan hal seperti ini di sini? Ada orang tak paham-paham juga.

Meskipun, ini tentang hal yang relatif. Jadi bila kamu tak merasa dan tak sependapat denganku, terserah. Ini pemikiranku. Bagiku, hanya orang yang sedang merasa sukses yang bisa berkata dengan sungguh-sungguh berlandaskan fakta bahwa “kamu hanya perlu percaya saja bahwa kamu mampu meraihnya”. Ketika kamu masih berada di tengah jalan, sesungguhnya, ketidakpastian adalah hal yang merajai dirimu, karena tak ada fakta dalam dirimu. Tidak mungkin tidak. Orang bilang, ketidakpastian memang sengaja diciptakan Tuhan untuk manusia. Rasa khawatir memang sengaja diciptakan Tuhan untuk manusia atas dasar kasih sayangNya. Tak mungkinlah aku mengingkari hal itu, mengingkari bahwa aku juga ada rasa khawatir, setiap saat, setiap waktu ketika sedang hidup di dunia, tentu saja.

Aku memberi tanda kutip dan garis bawah pada kalimat salah seorang kawanku suatu kali bahwa: "Aku baru sempat mengusahakan satu saja selama 6 bulan terakhir ini. Satu saja sungguh menyita pikiran, tenaga, dan finansialku. Apalagi dua atau tiga. Aku belum sanggup. Sekarang aku masih harus fokus pada yang satu ini. Karena mulai saat ini pekerjaan sampinganku juga membutuhkan tenaga dan pikiran juga. Aku tak ingin mengecewakan orang-orang di sekitarku". Aku tidak menginterupsi sama sekali pernyataan kawanku itu. I had no objection. Karena aku bukan dia, aku tak merasakan jadi dia. Aku hanya mengangguk dan berusaha paham pada pilihannya. Meskipun dalam perspektifku, dia orang yang hebat. Dalam perspektifku, dia bisa mengusahakan 2-3 buah dalam sekali waktu, bukan cuma satu. Betapa tidak? aku yang memiliki spesifikasi lebih rendah darinya saja bisa mengusahakan dua sekaligus. Namun dia memilih satu saja.

Jadi kalau ada yang memaksamu dengan kasar bahwa kamu seharusnya sekarang sudah  ini dan itu, tinggalkan saja. Ia tak mengerti dan tak paham pada proses. Orang itu tidak pernah berjalan atau berlari dengan sepatumu, kan? Dia tak mengerti rasanya jadi kamu, tak mengerti apa yang kamu pikirkan dan lakukan setiap detik, tak mengerti kamu sudah dan sedang sampai mana, tak mengerti jiwamu sedang butuh apa. Tinggalkan saja.

Adagio



Di saat tempoku mengakselerasi putar rotasiku, di saat tak bisa merasakan suka apa-apa, di saat mencoba menjalari rasa nikmat dari keresahan dan kesulitan akan kerja keras ini, ada orang datang marah-marah tak bertanggungjawab dan tak berperasaan

discouraged me suddenly, my half heart felt like flying off no where.

Di saat pandangan-pandangan buram berbulan-bulan yang entah sampai kapan ini. Pernah berkali-kali selayang pikirku, terdeskripsi bahwa aku tak ingin menyesal dengan tak menikmati ini semua. Ini semua ketika aku tak bisa bersenang-senang pergi kemana, bertemu teman, bertandang keluarga, membaca cerita, menonton drama, membeli semua disuka seperti  kebiasaan sebelum awal tahun ini. Ada orang tiba-tiba datang menghancurkan kaca bayangan. Bayangan, satu-satunya hal yang menguatkan. Bahkan itu pun turut ia hancurkan. Ternyata ada manusia sejahat itu di sekitarku dan bahkan di pikiranku. Dunia sungguh kejam.
Alangkah bahagia menjadi Marcello, dapat mengungkapkan rasa tanpa seorang pun paham bahwa itu rasa yang sedang dirasakannya. Orang lain hanya tinggal menikmati dan turut hanyut dalam nadanya. Tak sepertiku yang hanya bisa menulis ini yang terlalu jelas terbaca.

Kamu, sedang tak berarti sama sekali di sini.

Kamis, 03 April 2014



He is number one of a man who can think positively. To mention a few: he never got angry back if I was indifferent to him for long-long hours of days, he will say a lot of commands in order to motivate me when I began to say “I can’t” either explicitly or implicitly, he‘s kind of a man who won’t worry too much about what happens in the future and always do the best with a lot of efforts at the time being. I don’t know, maybe he is also a man who can make risk assessment beforehand of every decision he makes. As simple as those, I’m relieved to be with him.

Kamis, 06 Maret 2014

Iceberg Phenomenon



It’s something like pharmacist giving some drugs to a patient as many as physician’s diagnoses. The diagnoses are based on how many symptoms may appear. In fact, the disease of which the patient suffers from isn’t as simple as the appeared symptoms. Disease occurs not only because of physical defects but also because of psychological defects (sometimes). Sometimes, psychological defects lead to physiological defects. The natural history of disease is actually a complexity. Physician cannot see deeper than what he often diagnoses and gives treatments. In addition, pharmacist can only counsels the patient well as long as the patient are cooperative. The patient himself knows better because he is the one who can feel the abnormality inside his body. So, we often hear news says that despite the patient has come to physician or psychologist, the patient hardly recovers from his disease. Moreover, the professionals have come along with their best treatments ever.

For example, after doing check up to patient’s body through assessing the blood sugar, blood pressure, and so others, physician said that the patient has high blood sugar concentration and low blood pressure, physician will recipe drugs as the diagnoses result. Physician isn’t further responsible for what really triggers the disease, e.g. life pattern or emotional condition. What professionals do services for clients cannot cover all the problems. The problems which are not recognized by them are still great over there. Professionals cannot reach or see it to be fixed all along.

But, why must be Iceberg? Here’s how the image says it all.


OK guys, find me with another chapter of medical/pharmaceutical science! Bubye :*

Senin, 24 Februari 2014

Unfinished Thought

Kamu tentu nggak boleh menyalahkan anakmu yang mendapat nilai jelek di ujian matematikanya selagi kamu menyaksikan usaha kerasnya sebelum ujian kemarin. Kamu pasti nggak habis pikir kok anakmu  sulit sekali memahami matematika padahal kamu dulu sewaktu masih sekolah, matematika bisa dengan mudah ditaklukkan dengan banyak latihan persoalan. Kamu lihat, anakmu telah juga latihan sekeras kamu. Dulu kamu pikir, temanmu yang tidak jago matematika karena ia malas. Namun kamu tidak berpikir bahwa ada faktor lain yang membuatnya terlihat bodoh di pelajaran matematika. Sekarang kamu tau kan rasanya dapat nilai jelek? Ini nilai jelek pertamamu dan untuk selanjut-lanjutnya. Rasakan.
Kata mas Ubay, Porsi Tuhan pada nasibmu itu total, menyeluruh, dan ngukupi. Hanya letaknya yang argumentatif dengan kamu masih harus berusaha, bekerjakeras dan berencana.

Ayah, bahkan barusan bilang. Boleh saja kau merencanakan menikah di Bulan Besar yang menurut kitab mujarrobat itu bisa membuatmu menjalani kehidupan rumah tangga yang harmonis dan penuh kebahagiaan. Tapi bila ternyata hidupmu tidak bahagia padahal kamu telah dengan rela menunda pernikahan sampai datangnya Bulan Besar, berarti memang bukan rizki kamu untuk bahagia sekarang. Kenapa kamu bisa nggak bahagia? Ya karena faktor lain.
Atau kamu sudah bekerja keras mencari nafkah, bahkan kamu sudah berhijrah kemana-mana mengadu nasib, namun kamu tidak lekas kaya pula. Karena memang belum rizki kamu. Kamu bisa berspekulasi apa pun terhadapNya, namun jangan pernah berhal negatif karena jiwamu selalu ada ditanganNya. Itu hanya akan membuat dirimu terlempar ke kiri dan semakin ke kiri. Kurangkah oksigen yang kamu hirup?

Kamu memang harus terus berjalan tanpa peduli batu kerikil jurang maupun samudra. Tapi kamu nggak boleh lupa bahwa bahagia itu sesederhana kamu menikmati secangkir teh setelah kegagalan ujianmu, atau mendapati dirimu membantu orang kesusahan yang kamu temui di jalan padahal kamu juga sedang susah. Kamu puas kan?
Oh ya.. Kamu jalan dan menaklukkan tantangan kan memang buat mencari kepuasan. Buat apa yang lain coba? Nggak ada yang lain kan? Hey. Memang pula kamu nggak ingin cepat punya anak dan menikmati gelak tawanya? Kamu terlalu berencana memikirkan hidupmu agar nggak terlalu mainstream. Mengapa tak sekalian kamu bercita-cita menjadikan dirimu Titanium?

Dan aku masih nggak paham kenapa..

Minggu, 23 Februari 2014

Woman

It is hard to be woman. Particularly for my sister. It is the second time she experience bleeding when she begins to pregnant. Her life is hard because sometimes she can hardly see her life beyond the imperfection. I find sometimes she is grateful to have her only daughter. But she desires a lot to have another baby, likewise the other moms do. She must realize that the happiest moment in her life is the moment when her only daughter was born safely in the early years of her marriage. As I want to have four kids someday who will be born naturally from my uterus, I understand how hard her condition is right now. She must against her disappointment towards her destiny and try harder to have another chance. I remember that I gave her a bouquet of flowers after she did curette safely, it is because I felt empathy loosing the baby and encourage her to have another try that someday she will surely pregnant again. What matters is that I worry so much towards the condition of her uterus and the tissues around. I hope there will no complication at this time and the next next time as I often read the articles mention that uterus, servics, ovarium can be very sensitive if it is not well taken care. Who can guarantee those safety? God can. Dear all men in the world, treat your lady with love, care, respect, value, and good protection. Treat her as equal and never do violence as you will never know how deep woman's feeling that can make your world stays warm, happy, and beautiful.