Senin, 25 Januari 2016

Jodoh Itu Pilihan

Hari lalu suami saya menulis di halamannya bahwa hidup itu adalah juga persoalan memilih. Apa yang kita pilih di masa lalu menjadikan kita yang sekarang. Apa yang kita pilih sekarang menjadikan kita di masa depan. Allah telah menganugerahkan "freewill" kepada manusia untuk digunakan sebaik mungkin untuk meraih ridha-Nya. Freewill yang membuat manusia memiliki kesempatan menjadi khalifah di dunia, dan bahwa seorang khalifah adalah manusia yang mampu mengendalikan hawa-nafsunya. Dengan freewill ini, tidak serta merta bahwa Allah tidak turut campur atas apa yang terjadi pada makhluknya. Segala pilihan baik manusia dapat terjadi juga karena izin-Nya. Manusia yang memiliki niat baik dalam hidupnya, Allah memilihkan jalan terbaik bagi manusia yang terkadang tidak terduga-duga.

Atas izin Allah, hampir 2 tahun lalu saya menikah dengan suami saya. Saya percaya bahwa suami saya adalah memang jodoh saya sampai akhir hayat. Apabila Allah tidak mengizinkan, mungkin saja Dia dapat menggagalkan rencana saya untuk menikah dengan suami saya waktu itu dengan cara-cara yang tidak pernah saya bayangkan. Tetapi alhamdulillah, akhirnya kami pun menikah, dengan limpahan restu dari orang tua dan juga semua orang yang mengamini doa kami saat itu. Kami telah diizinkan untuk menyempurnakan setengah agama kami. Allah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan. Allah menjadikan manusia berpasang-pasangan. "Ja'ala" di Q.S An-Nahl:72 yang berarti "Allah menciptakan (bila manusia juga berikhtiar/berusaha)." Berarti bahwasannya jodoh harus diusahakan, harus di-ikhtiarkan. Manusia diizinkan untuk memilih dan mengusahakan siapa pasangannya. Manusia yang sudah menikah pun musti berusaha untuk menjaga ikatan pernikahan tersebut sampai akhir hayatnya, seberat apa pun cobaan yang diberikan-Nya.

Bagi kami, menikah adalah ibadah, bukan hanya persoalan sosial, bukan hanya persoalan cinta antara laki-laki dan perempuan, bukan hanya persoalan menghasilkan keturunan. Suami saya selalu meminta saya di akhir sholat kami, untuk selalu mendoakan agar kami berdua hidup bahagia, agar rumah tangga kami senantiasa dirahmati dan diridhoi oleh Allah SWT. Suami saya juga selalu berkata bahwa saya beruntung memilikinya. Saya pun selalu mengiyakan bahwa saya memang sangat beruntung telah diizinkan Allah untuk bisa memilikinya. Oleh karenanya saya sangat bersyukur atas apa yang Allah anugerahkan kepada saya, seorang pendamping hidup yang sangat baik. Apa yang menjadi kekurangannya tidak memiliki arti bagi saya, karena kelebihannya lebih melimpah dari semua kekurangannya. Output dari makhluk beragama adalah akhlaq yang baik. Sepenilaian saya, suami saya adalah makhluk Allah dengan akhlaq yang terpuji, hatinya pun sangat lembut. Saya tidak ragu bahwa memilikinya sebagai pendamping hidup saya dapat mempermudah kami beribadah dan berserah diri kepada Allah, mengantarkan kami bersama-sama ke surga-Nya.

Tidak ada komentar: