Jumat, 15 Januari 2016

Jendela

seketika kupandang jendela besar di samping tempat dudukku
aku dapati pemandangan yang tidak sama
seorang laki-laki berjaket tebal dan bersyal berjalan cepat
dua orang perempuan berambut pirang melaju dengan sepedanya
di sampingku terdengar ketikan cepat keyboard dengan komputer yang berderet-deret
di luar lonceng gereja kampus berdentang-dentang sesore ini

sepertinya baru beberapa detik lalu
aku menyaksikan dari jendela lebar di kamarku setelah subuh
ketika ada rombongan santri bersarung, berbaju koko, bersandal jepit, dan berpeci rapi
sesekali kucium bau minyak wangi dari luar yang sangat khas
mereka berjalan cepat ke arah pondok sambil membawa kitab
sambil melagukan nadzom-nadzom berbarengan dengan nada beraturan
di barisan paling belakang berjalanlah seorang kyai sambil melagukan shalawat dengan merdu

ah, ternyata aku barusan tertidur di perpustakaan
kampung halamanku yang syahdu, tak pernah sekali pun aku lupa padanya
tempat dimana aku tumbuh
di rumah bapak ibuku
tempat dimana aku mengukir mimpi untuk dapat terus berjalan dan berlajar
seperti santri-santri itu
sampai sepintar dan sealim kyai itu

Tuhan pun memperkenankan impian kecil itu
sehingga sekarang aku di sini
di ujung benua nun jauh yang tak terbayangkan oleh ayah-ibu
mencoba menggali, merenungi, menghayati setiap titik demi titik ayatNya
hingga begitu terasa betapa kecil dan takberdayanya aku
hingga begitu terasa betapa semakin Maha Besar Ia.

takhentinya aku haturkan terimakasih kepadaNya atas kesempatan ini
kesempatan untuk aku dapat membuka pikiran selebar-lebarnya
untuk mengasah saraf sensorik dan motorikku agar lebih tanggap terhadap setiap petunjukNya
untuk semakin mendekat kepadaNya, mengenaliNya lebih jauh, dan mendamba cintaNya.
Tuhan, hamba mohon bimbinganMu.


in Radboud Library
Erasmuslaan, Nijmegen

Tidak ada komentar: