Akhirnya nulis bab macam ini juga. Mungkin bagi sebagian
orang saya sedang nyampah, jadi yang menganggap demikian boleh skip baca
tulisan ini. Hanya ingin berbagi pendapat saja. Wah.. hidup sebagai orang
Indonesia emang banyak kurang kerjaannya ya. Suami saya sangat peaceful
bekerja, tidak pernah banyak nyampah, tidak seperti saya ini. Oleh karenanya,
ia menjadi suami saya. I love him so much!
Anyway,
Entah ini berasal darimana dan sejak kapan saya tidak tahu,
bahwa orang pada ribut soal haram atau halal mengucapkan “selamat Natal”, yang
pada dasarnya keributan seperti ini harusnya tidak perlu. Lantas, keributan ini
menguji logika para manusia Indonesia yang plural. Opini mereka bisa
menimbulkan penilaian seberapa tinggi tingkat logika atau intelegensi atau
pengetahuan orang tersebut. Saya kadang tertawa sendiri dengan pendapat para
manusia ini. Ucapan “Selamat Natal” haram karena bla bla bla. Ucapan “selamat
Natal” boleh karena bla bla bla.
Ada yang berpendapat kalau mengucapkan “selamat Natal” itu
boleh karena hanya dengan mengucapkan selamat natal saja, itu tidak lantas membuat
orang beragama Kristen. Logikanya, mengucapkan selamat ulang tahun ke 50
misalnya, tidak lantas membuat orang yang mengucapkan berumur 50 tahun juga. Itu
benar. Hmm.. Tapi kok logikanya kurang pas juga ya. Kan tergantung niatnya
juga. Kalau niatnya “pengakuan”? Misalnya, “selamat berumur 50 tahun” diartikan
sebagai “aku mengakui dan menyaksikan kamu berumur 50 tahun sekarang”. Lantas “selamat
Natal” diartikan “Aku mengakui Tuhan kamu telah lahir tanggal 25 Desember”
(Tuhan orang Kristen lho ya), begh.. oh no! Big NO! Umat Islam tidak mungkin
mempercayai ada Tuhan yang “dilahirkan” manusia. Gawat juga yak. Tahu sendiri
kan, manusia itu melakukan sesuatu kadang tanpa sadar, kadang tidak peduli dia
sedang ngapain atau dengan berniat ngapain, telat sadar, dsb. Trus apa jadinya
kalau ada seorang Kristen atau non-Muslim lain mengucapkan “Selamat Maulud Nabi
Muhammad SAW” yang mungkin diartikan “selamat ya, aku mengakui Nabi Muhammad telah
lahir dan pernah hadir sebagai utusan Allah”. Kan umat non-Muslim nggak mengakui
Nabi Muhammad SAW toh.. Jadi ya buat umat Kristen, mohon dimaklumi kalau
sebagian orang Muslim mengharamkan kami mengucapkan “selamat Natal”. Mereka
memiliki alasan dan privasinya sendiri. Bukan berarti Muslim seperti ini
intoleran atau tidak simpati terhadap kalian umat Kristen. OK!
Ulama yang membolehkan pengucapan “selamat Natal” itu karena
udah sangat percaya pada umat Islam bahwa mereka cukup pintar untuk tidak
berniat mengakui adanya Tuhan yang dilahirkan ke dunia a.k.a Yesus Kristus, (karena aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tuhan tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.). That’s
fine. Sedangkan Ulama yang mengharamkan pengucapan “selamat natal” itu
semata-mata ingin menjaga akidah umat Islam agar mereka tahu batasannya. Jadi,
mohon dimaklumi.
Eh tapi, biasanya orang itu saling memberi selamat satu sama
lain ketika dihujani kebahagiaan bahkan dalam hal sekecil apa pun. Ucapan
selamat adalah bentuk kewajaran lambang simpati dan sosialisasi kepada sesama.
Wajar kalau orang ribut-ribut ketika ada ulama mengharamkan sebuah “ucapan
selamat”. Bisa dianggap keterlaluan juga. Selamat doank getoh… gitu aja haram,
apaan sik.
Kalau saya, turut berbahagia saja kalau ada orang-orang yang
sedang berbahagia dan bersuka cita terlepas entah karena apa pun itu. Saya juga
turut berbahagia kalau ada orang yang sedang berkasih-sayang, menyebarkan cinta
kasih ke segala makhluk. Saya tidak ikutan untuk menganggap bahwa ucapan “selamat
natal” itu halal atau haram. Semua tergantung pilihan dan niat individu
masing-masing yang aku nggak ada urusan dengan privasi mereka.
Saya pribadi tidak mengucapkan selamat Natal. Awalnya dulu
saya mengucapkan “selamat Natal” ke teman-teman Kristen karena saya pikir 25
Desember adalah tanggal kelahiran Nabi Isa ‘alaihissalam utusan Allah SAW untuk
bani Israel (saja). Jadi saat itu anggapan saya adalah “Selamat hari kelahiran
Nabi Isa ‘alaihissalam”. Setelah baca-baca sejarah, ternyata kok tanggal
kelahiran Nabi Isa tidak diketahui pasti ya, bukan 25 Desember. Tidak ada
catatan sejarah mengenai kapan Nabi Isa lahir, Al Qur’an hanya menyebutkan
kalau Nabi Isa lahir di bawah pohon kurma di dekat sungai. Catatan sejarah juga
tidak valid kalau 25 Desember itu hari kelahiran Nabi Isa ‘alaihissalam. Kalaupun
injil mengatakan demikian, saya tidak mempercayai kitab injil yang beredar saat
ini dan saya hanya mempercayai injilnya Isa Al Masih yang notabene berbeda
dengan injil yang ada saat ini. Jadi, 25 Desember bukan lagi hari spesial bagi
saya. Kalau umat Nasrani menganggap itu adalah hari kelahiran tuhan mereka ke
dunia, ya silakan saja. Kalau mereka sedang bergembira dan berkasihsayang, saya
ikut senang menyaksikan ada para manusia yang bergembira dan tidak bersedih.
Demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar