Kamis, 24 Desember 2015

Selametan di 25 Desember



Akhirnya nulis bab macam ini juga. Mungkin bagi sebagian orang saya sedang nyampah, jadi yang menganggap demikian boleh skip baca tulisan ini. Hanya ingin berbagi pendapat saja. Wah.. hidup sebagai orang Indonesia emang banyak kurang kerjaannya ya. Suami saya sangat peaceful bekerja, tidak pernah banyak nyampah, tidak seperti saya ini. Oleh karenanya, ia menjadi suami saya. I love him so much!

Anyway,

Entah ini berasal darimana dan sejak kapan saya tidak tahu, bahwa orang pada ribut soal haram atau halal mengucapkan “selamat Natal”, yang pada dasarnya keributan seperti ini harusnya tidak perlu. Lantas, keributan ini menguji logika para manusia Indonesia yang plural. Opini mereka bisa menimbulkan penilaian seberapa tinggi tingkat logika atau intelegensi atau pengetahuan orang tersebut. Saya kadang tertawa sendiri dengan pendapat para manusia ini. Ucapan “Selamat Natal” haram karena bla bla bla. Ucapan “selamat Natal” boleh karena bla bla bla. 

Ada yang berpendapat kalau mengucapkan “selamat Natal” itu boleh karena hanya dengan mengucapkan selamat natal saja, itu tidak lantas membuat orang beragama Kristen. Logikanya, mengucapkan selamat ulang tahun ke 50 misalnya, tidak lantas membuat orang yang mengucapkan berumur 50 tahun juga. Itu benar. Hmm.. Tapi kok logikanya kurang pas juga ya. Kan tergantung niatnya juga. Kalau niatnya “pengakuan”? Misalnya, “selamat berumur 50 tahun” diartikan sebagai “aku mengakui dan menyaksikan kamu berumur 50 tahun sekarang”. Lantas “selamat Natal” diartikan “Aku mengakui Tuhan kamu telah lahir tanggal 25 Desember” (Tuhan orang Kristen lho ya), begh.. oh no! Big NO! Umat Islam tidak mungkin mempercayai ada Tuhan yang “dilahirkan” manusia. Gawat juga yak. Tahu sendiri kan, manusia itu melakukan sesuatu kadang tanpa sadar, kadang tidak peduli dia sedang ngapain atau dengan berniat ngapain, telat sadar, dsb. Trus apa jadinya kalau ada seorang Kristen atau non-Muslim lain mengucapkan “Selamat Maulud Nabi Muhammad SAW” yang mungkin diartikan “selamat ya, aku mengakui Nabi Muhammad telah lahir dan pernah hadir sebagai utusan Allah”. Kan umat non-Muslim nggak mengakui Nabi Muhammad SAW toh.. Jadi ya buat umat Kristen, mohon dimaklumi kalau sebagian orang Muslim mengharamkan kami mengucapkan “selamat Natal”. Mereka memiliki alasan dan privasinya sendiri. Bukan berarti Muslim seperti ini intoleran atau tidak simpati terhadap kalian umat Kristen. OK!

Ulama yang membolehkan pengucapan “selamat Natal” itu karena udah sangat percaya pada umat Islam bahwa mereka cukup pintar untuk tidak berniat mengakui adanya Tuhan yang dilahirkan ke dunia a.k.a Yesus Kristus, (karena aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tuhan tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.). That’s fine. Sedangkan Ulama yang mengharamkan pengucapan “selamat natal” itu semata-mata ingin menjaga akidah umat Islam agar mereka tahu batasannya. Jadi, mohon dimaklumi.

Eh tapi, biasanya orang itu saling memberi selamat satu sama lain ketika dihujani kebahagiaan bahkan dalam hal sekecil apa pun. Ucapan selamat adalah bentuk kewajaran lambang simpati dan sosialisasi kepada sesama. Wajar kalau orang ribut-ribut ketika ada ulama mengharamkan sebuah “ucapan selamat”. Bisa dianggap keterlaluan juga. Selamat doank getoh… gitu aja haram, apaan sik.
Kalau saya, turut berbahagia saja kalau ada orang-orang yang sedang berbahagia dan bersuka cita terlepas entah karena apa pun itu. Saya juga turut berbahagia kalau ada orang yang sedang berkasih-sayang, menyebarkan cinta kasih ke segala makhluk. Saya tidak ikutan untuk menganggap bahwa ucapan “selamat natal” itu halal atau haram. Semua tergantung pilihan dan niat individu masing-masing yang aku nggak ada urusan dengan privasi mereka.

Saya pribadi tidak mengucapkan selamat Natal. Awalnya dulu saya mengucapkan “selamat Natal” ke teman-teman Kristen karena saya pikir 25 Desember adalah tanggal kelahiran Nabi Isa ‘alaihissalam utusan Allah SAW untuk bani Israel (saja). Jadi saat itu anggapan saya adalah “Selamat hari kelahiran Nabi Isa ‘alaihissalam”. Setelah baca-baca sejarah, ternyata kok tanggal kelahiran Nabi Isa tidak diketahui pasti ya, bukan 25 Desember. Tidak ada catatan sejarah mengenai kapan Nabi Isa lahir, Al Qur’an hanya menyebutkan kalau Nabi Isa lahir di bawah pohon kurma di dekat sungai. Catatan sejarah juga tidak valid kalau 25 Desember itu hari kelahiran Nabi Isa ‘alaihissalam. Kalaupun injil mengatakan demikian, saya tidak mempercayai kitab injil yang beredar saat ini dan saya hanya mempercayai injilnya Isa Al Masih yang notabene berbeda dengan injil yang ada saat ini. Jadi, 25 Desember bukan lagi hari spesial bagi saya. Kalau umat Nasrani menganggap itu adalah hari kelahiran tuhan mereka ke dunia, ya silakan saja. Kalau mereka sedang bergembira dan berkasihsayang, saya ikut senang menyaksikan ada para manusia yang bergembira dan tidak bersedih. Demikian.

Tidak ada komentar: