Jumat, 14 November 2014

Late Autumn

Malam ini hujan turun lebih deras dari biasanya. Aku melaju di sepanjang Erasmuslaan dengan lampu belakang sepeda yang tidak menyala karena selalu lupa menyalakannya. Sudah 5 hari aku pulang malam, sebenarnya bukan malam, mungkin sore, karena pada musim panas lalu, jam 5 sore masih terang dengan matahari yang masih setia bersinar. Namun musim gugur memiliki kesannya sendiri, ia membuat malam lebih cepat datang, udara semakin dingin, angin tidak lagi bertiup dengan sepoi, orang tidak lagi bisa keluyuran tanpa membalut badannya dengan lapisan sweater dan jas hangat tidak pula tanpa sarung tangan atau sepatu boots.

Sekarang aku harus membiasakan diri untuk berangkat ke Geert Grooteplein-Zuid pukul 8.30 pagi dan pulang ke Vossendijk pukul 5 malam. Mungkin puncak dari ketidaknyamanan ini adalah pertengahan Desember hingga awal Januari dimana pukul 8.30 pagi masih gelap, dan pukul 5 sore sudah gelap. Aku mulai lupa panasnya Jakarta, Yogya, atau Semarang. Aku mulai lupa hangatnya matahari. Sudah sejak aku tiba di sini, segalanya dingin, dingin, dan dingin. Mungkin kamu bertanya-tanya, seperti apa dingin di sini. Uniknya, dingin di sini tidak sampai membuat badanku sakit, tidak sampai membuatku bersin-bersin, tidak sampai membuatku demam, tidak sampai membuat tulang-tulangku linu. Hanya saja ketika sedang di luar, dingin itu tetap menusuk tulangmu, dingin itu tetap membuat nafasmu mengeluarkan uap, dingin itu tetap membuatmu menyesal mengapa kau tidak memakai pakaian yang lebih tebal lagi.

Oh iya aku lupa, ini masih musim gugur, belum pula musim dingin. Mungkin aku akan memberitahukan seperti apa dingin musim dingin di sini, mungkin berbeda dengan dingin musim gugur.

Senin lalu, ketika pertama kalinya aku pulang malam setelah seharian berada di laboratorium, aku merasa terasing. Meskipun hampir 3 bulan di sini, saya adalah orang yang jarang pergi ketika hari sudah gelap. Aku akan mengalami sindrom keterasingan ketika aku harus menjumpai diriku berkeluyuran ketika hari sudah gelap. Diriku akan menjadi gelisah dan mulai merasa aneh seolah sedang di dunia lain. Aku berpikir "Kenapa aku bisa ada di sini sendirian? mereka yang ada di sini ini siapa? Bukankah aku sedang hilang? Ini dimana? Kenapa jalan pulang menjadi semakin jauh? Kenapa diriku tidak segera sampai rumah?", begitulah rasanya. Itulah rasanya hari Senin sore kemarin. Ketika aku harus mampir supermarket untuk membeli makanan, jalanan seperti perkampungan mati, sepi, terang dengan lampu jalan temaram, mobil satu dua di lampu merah, ada orang bersepeda kencang dengan mantel hitam tebal dan penutup kepala. Sampai kamar aku memutar film-film musim gugur di Eropa, dan begitulah kondisinya, seperti yang aku alami. Membuatku semakin sadar kalau aku ada, tidak hilang, tidak di dunia lain, hanya di Eropa, hanya sejauh 13 jam kecepatan pesawat terbang dari rumahku di timur jauh.

Hari ini aku memberhentikan pekerjaanku terkait protein data base pukul 5.15 sore, berpamitan dengan Profesor Vriend untuk pulang. Keluar Labortorium seperti biasa, hari sudah gelap. Aku berjalan dari Grooteplein ke Huygens karena aku memarkir sepedaku di sana. Aku ada janji dengan pihak KBRI di Thomas van Aquinostraat pukul 6 sore, maka aku memutuskan untuk minum segelas coklat panas dulu di Huygens. Entah kenapa aku sekarang memiliki hobi baru di musim gugur ini. Setiap pagi aku selalu minum Espresso, siang aku minum Cappucino, sore minum coklat panas. Espresso, Cappucino, dan Coklat di sini benar-benar sangat memanjakan lidahku, enak sekali bila dikombinasikan dengan udara dingin yang menusuk tulang. Gaya dalam meminumnya pun unik, aku selalu memegang cup dengan kedua tangan, meniup minumannya, dan mulai menyeruputnya dengan lidahku. Mungkin ini adalah sensasi yang hanya bisa kujumpai di negara empat musim. Terima kasih kepada teman-teman dari Italy yang mengajarkan bagaimana menikmati kopi dengan sebenar-benarnya nikmat.

Malam ini aku benar-benar menikmati hidup. Aku mengobrol dengan kawan-kawan di TvA sampai pukul 8.30 malam, pulang sendiri ke flat menikmati hujan yang mengguyur lumayan deras, sungguh tak peduli pada tubuhku yang kedinginan atau jaket dan sepatuku yang basah, tak peduli pada ketidaklengkapan suasana. Mungkin ini adalah waktu diriku menerima segala kondisi yang sedang terjadi, tidak merasa terasing lagi. Segalanya terasa indah dan membahagiakan. Musim gugur akan menjadi satu musim yang aku rindukan seumur hidupku nanti.

Vossendijk
Pukul 22.58

Tidak ada komentar: