Dunia ini ada
dengan segala kerumitannya, hal ini tidak dapat dipungkiri. Apalagi bagi
manusia yang memiliki akal untuk berfikir. Kita hidup selalu saja menemui
kesulitan-kesulitan, jalan manusia memang tidaklah mudah.
Ketika kita
dihadapkan pada kerumitan, untuk masuk ke dalam kerumitan saja susah. Oleh karenanya,
kita sering memilih jalan yang mudah-mudah saja. Keluar dari kerumitan pun sama
susahnya dengan saat kita memasukinya. Saat masuk, kita dihadapkan pada
kebingungan-kebingungan karena otak kita belum pernah menjangkaunya. Namun,
banyak juga orang yang berhasil memasuki kerumitan itu karena mereka berani
gagal dan tidak mau menyerah. Hingga pada akhirnya, seolah ada yang membuka
tabir dari kebuntuan-kebuntuan, orang menamakannya Hidayah. Kemudian, mengapa
pula kita harus keluar dari kerumitan? Sudah capek-capek masuk, penuh
pengorbanan pula. Jadilah pertanyaan baru, apa nggak capek kita hidup dalam
kerumitan terus menerus? Apakah yang kita cari benar-benar ada di dalam
kerumitan-kerumitan itu?
Adakalanya kita
perlu merenung, sebenarnya apa tujuan kita memasuki kerumitan-kerumitan itu? Bagi
saya, kerumitan-kerumitan itu perlu kita lewati. Darinya kita dapat merasakan
kedalaman hidup, hidup ini seperti apakah… kita akan memiliki alasan, mengapa
kita harus mensyukuri hidup ini dan memperjuangkannya, dengan begitu kita akan
menjadi lebih ikhlas.
Dengan memasuki
kerumitan, kita seperti menggali lubang dalam tanah tandus untuk mempersiapkan
misalkan apabila ada hujan maka tak akan dilanda banjir karena kita telah
membuat lubang peresap air. Analogi lain, kerumitan itu seperti dasar samudra. Semakin
kedalam laut, tekanan semakin besar, juga semakin gelap karena minimalnya
cahaya matahari. Seorang penyelam untuk mencapai dasar laut pun harus berani
dengan tantangan itu, belum bila harus berhadapan dengan ikan-ikan buas atau makhluk-makhluk
beracun di dalam air. Diperlukan strategi untuk mencapai kedalaman lautan,
karena jika tidak, kita tak akan dapat kembali ke permukaan. Mengapa kita harus
kembali ke permukaan? Karena habitat kita di sana, hakikat kita di sana. Kita tak
bisa selamanya tinggal di kedalaman air. kita harus kembali ke permukaan untuk
menjangkau cahaya dan segala yang sebenarnya kita butuhkan.
Begitulah, kerumitan
mengajari kita banyak hal, namun juga dapat menjerumuskan kita karena membuat
kita lupa jalan pulang. Mungkin demikianlah yang disebut orang pintar, mampu
mencapai kedalaman. Namun orang pintar belum tentu paham kesejatian, karena
tidak sedikit dari mereka yang lupa jalan pulang, terjebak dengan ambisi-ambisi
absurd-nya. Mereka terlalu asyik dengan kedalaman, hingga tak terjangkau oleh
cahaya. Kitalah yang harus berusaha menjangkau permukaan kembali, setelah puas dan
lihai menyelam di kedalaman samudera, untuk berjumpa dengan cahaya dan
kesejatian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar