Jumat, 20 Januari 2012

Respon Imun Ketika Stress

Tepat setelah ujian terakhir di minggu ini selesai, setelah sampai rumah pukul 19.30 di hari Kamis kemaren, aku merasakan tenggorokanku tidak nyaman, suhu badan terasa naik. Waduh! Ada respon piretik masuk otak nih, pikirku tiba-tiba (tepatnya di Hipotalamus). Langsung deh jadi teringat mekanisme reaksi antigen-antibodi di ujian Rekayasa Antibodi tadi sore. Haha.. lantas semalaman aku mecoba nonton serial komedi, dan akhirnya tertidur nyenyak. Cukup menolong. Tak lupa di hari Jumat pagi aku minum vitamin B compleks dan vitamin E. Yah, vitamin E karena aku nggak mau  sel-selku cepet teroksidasi –cepet tua, red. Haha.. seharian beraktivitas di sekitar kampus, sore hari panas lagi ini badan, tenggorokan mulai tidak enak lagi. Kupake istirahat deh, lalu malamnya nge-date sama temen-temen KKN makan macam-macam masakan Italy di Nanamia Pizzeria dekat Sanata Dharma. Eh, ini udah nggak panas lagi nih badan, udah enak aja bawaannya. Manjalah badanku ini, haha..

Bisa sedikit kuceritakan di sini ya tentang stress psikologis yang mempengaruhi mekanisme respon seluler-molekulernya.. semoga pada berkenan membaca. (Eh, sebenernya seru lho kalau kalian juga bisa paham) :D

Kondisi stress itu kondisi yang tidak baik. Selain jiwa capek, raga pun juga capek. Akibatnya bisa buruk. Karena pada kondisi stress kelenjar Hipotalamus yang ada di atas Hipofisa kita di otak akan menginduksi keluarnya hormon steroid oleh kelenjar adrenalin kita yang berada di atas bagian ginjal kita, yaitu Glukokortikoid. Selain itu dalam kondisi stress, kelenjar hipotalamus juga menginduksi keluarnya hormon non-steroid oleh kelenjar adrenal, yaitu hormon Katekolamin. Glukokortikoid yang dilepaskan tadi akan terikat di reseptornya. Pada keadaan stress, sekresi Glukokortikoid sangat tinggi sehingga kadarnya tinggi di dalam sistemik. Biasanya pada kadar rendah glukokortikoid lebih senang untuk berikatan dengan reseptor Mineralokortikoid (MR) di sel. Tetapi pada kadar tinggi, Glukokortikoid akan berikatan dengan reseptornya sendiri, yaitu Glococorticoid Reseptor (GR). Dengan terikatnya Glukokortikoid pada reseptornya, maka peristiwa ini akan membuat IkBa menahan NF-kappaB (suatu faktor transkripsi gen) di sitoplasma. Jadinya ya si NF-kB ini tertahan dan nggak bisa transmigrasi ke nukleus, padahal kan dia tugasnya membantu transkripsi gen-gen penyandi sitokin-sitokin. Sebenarnya sitokin itu mempunyai arti yang bermacam-macam karena fungsinya yang mempengaruhi ini dan itu, banyak. Tapi secara umum, sitokin itu mediator utama respon imun terhadap mikroorganisme, tumor dan antigen.  Dengan tertahannya NF-kb di sitoplasma, maka ekspresi sitokin ditekan secara simultan. Bila sitokin ditekan, sistem imun kita melemah. Sehingga apabila ada mikroba transit ke tubuh kita, pasukan penahannya berkurang. Tubuh kita jadi mudah diinvasi mikroba, sakit deh… gejalanya bisa macam-macam, tapi yang paling sering adalah panas diikuti peradangan (inflamasi).

Mekanisme lainnya adalah diperantarai hormon Katekolamin, seperti yang sudah saya bilang di atas. Katekolamin ini (secara alami) ditugasi secara teknis oleh Hipotalamus untuk menghomeostasiskan keadaan. Akan tetapi pemberian Katekolamin dari luar akan berefek immunosupresan karena dia akan menekan sintesis IL-12 dan menginduksi sintesis IL-10. Padahal, IL-10 ini dapat menghambat diferensiasi sel T CD4+ menjadi sel Th1. Akibatnya diferensiasi sel T CD4+ akan lebih ke arah selTh2. Dengan banyaknya produksi IL-10, jumlah sel Th2 akan meningkat. Padahal, sel Th1 sangat berperan dalam menahan infeksi. Bila dominan hanya sel Th2 dan sedikit sel Th1 di sistemik, siapa yang akan melawan infeksi? Hanya bisa bergantung sama sel T CD8+ (sel sitolitik) doank donk… akibatnya sistem imun kita melemah. Gawat kan! Kita jadi nggak bisa ngapa-ngapain, aktivitas kita terhambat gara-gara tubuh kita diinvasi mikroba.

Jadi sekarang sudah diteliti kan mengapa kalau stress tubuh kita jadi mudah sakit, lemes, panas, meradang, dll. Secara umum, begitulah mekanismenya dua senyawa immunosupresant itu. Di dalamnya masih ada keribetan macam-macam yang tidak bisa kuceritakan di sini. Saya sudah berusaha memaparkannya seumum dan sebiasa mungkin loh… hehe maaf kalau seandainya membosankan. Tentang mekanisme psikologis mengapa stress bisa memacu Hipotalamus memerintahkan macam-macam kepada anak buahnya, sebaiknya hal ini ditanyakan ke pakar Psikologi Faal deh ya. Saya sendiri  kurang mendalaminya. Mungkin suatu saat nanti, kalau saya lebih rajin mencari tahu, bakal tahu sendiri. Oke deh… sampai jumpa di postingan berikutnya.  :)

Tidak ada komentar: