Minggu, 08 Mei 2016

Be a Gentleman!


--- Obrolan kami bertiga sambil sarapan noodle dan pancake di suatu kamar berdinding tebal nan dingin di Muntweg ---

S : Gimana rasanya jadi wanita mandiri? Kita merasa tidak butuh laki-laki lagikah di dunia ini?
N : Tidak juga, kita butuh tentu saja. Bagaimana pun juga ada banyak hal yang bisa dilakukan laki-laki yang perempuan tidak bisa melakukannya, dan sebaliknya. Ada juga banyak hal yang perempuan tidak bisa melakukannya tanpa bantuan laki-laki, dan sebaliknya.
S : Lalu menurutmu, menjadi mandiri itu bagaimana maksudnya?
N : Emm.. susah juga dijawab. Karena tidak sepenuhnya manusia benar-benar bisa mandiri.
F : Jadi, menurutmu sebenarnya tidak ada orang yang mandiri?
N : Menjadi mandiri adalah karena tuntutan keadaan, bisa buatan bisa juga alami. Buatan karena kita ingin belajar survive, alami karena tidak ada jalan lain selain harus mandiri. Memiliki banyak kawan, pasangan hidup, dan saudara adalah anugerah. Karena bagaimana pun sesuatu bila dikerjakan bersama-sama lebih memberi berkah daripada dikerjakan sendirian secara mandiri oleh diri kita sendiri.
F : ...couldn't agree more.

S : ngomong-ngomong, gimana menurutmu laki-laki di Indonesia? Apakah mereka cukup bisa diandalkan dan bisa disebut laki-laki sejati?
N : Tidak terlalu, menurutku.
F : setuju. Bila dibandingkan dengan laki-laki di negara lain. Ketika aku berkunjung ke sebuah negara di Asia yang bukan di Indonesia, aku dapati tipe laki-laki yang berbeda dari di Indonesia.
N : gimana bedanya?
F : laki-laki di belahan dunia sana lebih gentle daripada kebanyakan laki-laki di Indonesia. Mereka tipe yang melindungi dan memberikan rasa aman kepada para perempuan di sekitarnya. Kebanyakan, laki-laki di Indonesia, sejauh aku memiliki teman laki-laki, mereka tidak gentle.
N : Gimana contohnya gentle itu?
F : Mereka tidak merendahkan dan tidak melecehkan kehormatan perempuan di sekitarnya. Contoh, kalau kau memakai pakaian yang “kurang terhormat” mareka akan mengingatkan dan menutupi aibmu, tidak memberikan pandangan wajah yang seolah kau memang patut dinikmati dan dilecehkan. Mereka paham norma, dan berbuat sesuai norma dan adab yang berlaku. Sebagus apa tubuhmu, secantik apa parasmu, bahkan bila tubuhmu tidak indah atau parasmu tidak cantik pun, mereka tahu bahwa kamu adalah wanita yang patut dijaga dan dilindungi. Mereka tidak menjadikan bentuk fisikmu sebagai bahan obrolan dan mainan bersama kawan-kawan mereka. Mereka adalah tipe laki-laki gentle yang aku jumpai di sana, tidak di Indonesia.

N : berbeda juga ya dengan laki-laki di Eropa. Di sini, karena kesetaraan gender sudah begitu tinggi levelnya, jadi laki-laki dan perempuan begitu independen. Perempuan tidak dianggap sebagai makhluk yang perlu dilindungi karena tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan perihal keamanan mereka. Di sisi lain di sini, tidak ada tingkatan pakaian terhormat atau tidak terhormat. Perempuan dengan pakaian minim pun tidak dianggap sedang memakai pakaian “kurang terhormat” dan sebaliknya. Beda budaya sih. Mereka juga menghormati perempuan yang menutup seluruh tubuhnya. Intinya cara pandang antara Timur dan Barat memang berbeda. Jadi gentle di Eropa menurutmu bagaimana?
F : Entahlah, aku tidak begitu tertarik dengan laki-laki di Eropa. Karena kita berbeda cara pandang.
S : Ah iya, perempuan Asia menurutku adalah tipe perempuan yang ingin dilindungi oleh laki-laki di sekitarnya. Mereka tidak se-independen perempuan di Barat. Mereka menikah di usia muda, membutuhkan perlindungan laki-laki sedari kecil, baik dari ayahnya maupun kelak dari suaminya. Perempuan di Barat sama sekali tidak seperti itu pola pikirnya. Tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini, yang ada manusia di dalamnya harus meyesuaikan keadaan dan budaya sekitar. Kalau berada di lingkungan Timur, ya menjaga sopan santun. Memakai pakaian yang terhormat, karena normanya demikian. Ketika berada di lingkungan Barat, kita mungkin bebas memakai apa saja, namun tentunya kita memiliki prinsip dan idealisme sebagai orang Timur bukan sih? Tetaplah seharusnya kita menjadi orang Timur meskipun sedang hidup di Barat.
F : Satu hal yang aku sukai dari orang-orang di Eropa, mereka menghormati segala pilihan manusia-manusia di sekitarnya. Meskipun kadang sangat keterlaluan pembiarannya. Bahkan bila ada perempuan yang telanjang di muka umum pun, mereka tidak pernah ambil pusing. Seharusnya ada batas yang bisa ditoleransi dan tidak menurutku. Itu juga yang membuatku tidak cocok hidup dengan orang-orang di sini.

N : sewaktu aku ke Turki beda lagi tipe laki-lakinya meskipun agak sedikit mirip di Timur. Mereka tipe laki-laki yang melindungi perempuan, bahkan menurutku kelewat melindungi, cenderung patrialkal. Ketika aku ke grand-bazar tidak satu pun kujumpai penjualnya seorang wanita. Semua isinya laki-laki yang menjualkan barang dagangannya. Suatu kali iseng aku tanya, “Why do I never see woman selling something in the outlet. All I see are men everywhere. Where are the women?”. Si penjual bilang “They stay at home with the kids, they do not go to work especially in the market like this”. Mereka memperlakukan wanita sebagai “sisters” yang musti dijaga dan dilindungi kehormatannya, namun agak berlebihan karena tidak mau membiarkan wanitanya keluar rumah. Kalaupun ke luar rumah harus bersama laki-lakinya, naik mobil pribadi yang aman, sebisa mungkin tidak memakai sepeda atau angkutan umum. Sehingga bila ada wacana bahwa wanita di Timur Tengah kurang bebas, menurutku itu benar-benar terjadi. Hmm.. susah juga ya jadi wanita di sana. Namun aku agak kagum pada laki-lakinya, karena suatu hari ada laki-laki yang berkata “Mohon jangan berteriak-teriak di sini, saya menghormati anda sebagai wanita muslim. Anda berjilbab dan saya berprasangka bahwa anda memiliki sopan-santun.” sembari membungkuk dan menelungkupkan kedua tangan ke dadanya.
S : jadi kesimpulannya, laki-laki di Indonesia itu gimana?
F : mereka tidak gentle, kebanyakan masih menjadikan fisik perempuan sebagai bahan mainan dan obrolan, sungguh tidak beradab. Mereka tidak berusaha melindungi dan menjaga kehormatan wanitanya. Sulit mencari laki-laki yang gentle di Indonesia. Kita sebagai perempuan dan calon ibu, harus bisa mendidik anak laki-laki kita bagaimana pun caranya, supaya mereka berperadaban tinggi sebagai laki-laki yang menjaga dan melindungi perempuan di sekitarnya.
N : I got it.

Tidak ada komentar: