--- Obrolan kami bertiga sambil sarapan noodle dan pancake di suatu kamar berdinding tebal nan dingin di Muntweg ---
S : Gimana rasanya
jadi wanita mandiri? Kita merasa tidak butuh laki-laki lagikah di
dunia ini?
N : Tidak juga, kita
butuh tentu saja. Bagaimana pun juga ada banyak hal yang bisa
dilakukan laki-laki yang perempuan tidak bisa melakukannya, dan
sebaliknya. Ada juga banyak hal yang perempuan tidak bisa
melakukannya tanpa bantuan laki-laki, dan sebaliknya.
S : Lalu menurutmu,
menjadi mandiri itu bagaimana maksudnya?
N : Emm.. susah juga
dijawab. Karena tidak sepenuhnya manusia benar-benar bisa mandiri.
F : Jadi, menurutmu
sebenarnya tidak ada orang yang mandiri?
N : Menjadi mandiri
adalah karena tuntutan keadaan, bisa buatan bisa juga alami. Buatan
karena kita ingin belajar survive, alami karena tidak ada jalan lain
selain harus mandiri. Memiliki banyak kawan, pasangan hidup, dan
saudara adalah anugerah. Karena bagaimana pun sesuatu bila dikerjakan
bersama-sama lebih memberi berkah daripada dikerjakan sendirian
secara mandiri oleh diri kita sendiri.
F : ...couldn't
agree more.
S : ngomong-ngomong,
gimana menurutmu laki-laki di Indonesia? Apakah mereka cukup bisa
diandalkan dan bisa disebut laki-laki sejati?
N : Tidak terlalu,
menurutku.
F : setuju. Bila
dibandingkan dengan laki-laki di negara lain. Ketika aku berkunjung
ke sebuah negara di Asia yang bukan di Indonesia, aku dapati tipe
laki-laki yang berbeda dari di Indonesia.
N : gimana bedanya?
F : laki-laki di
belahan dunia sana lebih gentle daripada kebanyakan laki-laki di
Indonesia. Mereka tipe yang melindungi dan memberikan rasa aman
kepada para perempuan di sekitarnya. Kebanyakan, laki-laki di
Indonesia, sejauh aku memiliki teman laki-laki, mereka tidak gentle.
N : Gimana contohnya
gentle itu?
F : Mereka tidak
merendahkan dan tidak melecehkan kehormatan perempuan di sekitarnya.
Contoh, kalau kau memakai pakaian yang “kurang terhormat” mareka
akan mengingatkan dan menutupi aibmu, tidak memberikan pandangan
wajah yang seolah kau memang patut dinikmati dan dilecehkan. Mereka
paham norma, dan berbuat sesuai norma dan adab yang berlaku. Sebagus
apa tubuhmu, secantik apa parasmu, bahkan bila tubuhmu tidak indah
atau parasmu tidak cantik pun, mereka tahu bahwa kamu adalah wanita
yang patut dijaga dan dilindungi. Mereka tidak menjadikan bentuk
fisikmu sebagai bahan obrolan dan mainan bersama kawan-kawan mereka.
Mereka adalah tipe laki-laki gentle yang aku jumpai di sana, tidak di
Indonesia.
N : berbeda juga ya
dengan laki-laki di Eropa. Di sini, karena kesetaraan gender sudah
begitu tinggi levelnya, jadi laki-laki dan perempuan begitu
independen. Perempuan tidak dianggap sebagai makhluk yang perlu
dilindungi karena tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan perihal
keamanan mereka. Di sisi lain di sini, tidak ada tingkatan pakaian
terhormat atau tidak terhormat. Perempuan dengan pakaian minim pun
tidak dianggap sedang memakai pakaian “kurang terhormat” dan
sebaliknya. Beda budaya sih. Mereka juga menghormati perempuan yang
menutup seluruh tubuhnya. Intinya cara pandang antara Timur dan Barat
memang berbeda. Jadi gentle di Eropa menurutmu bagaimana?
F : Entahlah, aku
tidak begitu tertarik dengan laki-laki di Eropa. Karena kita berbeda
cara pandang.
S : Ah iya, perempuan
Asia menurutku adalah tipe perempuan yang ingin dilindungi oleh
laki-laki di sekitarnya. Mereka tidak se-independen perempuan di
Barat. Mereka menikah di usia muda, membutuhkan perlindungan
laki-laki sedari kecil, baik dari ayahnya maupun kelak dari suaminya.
Perempuan di Barat sama sekali tidak seperti itu pola pikirnya. Tidak
ada yang bisa disalahkan dalam hal ini, yang ada manusia di dalamnya
harus meyesuaikan keadaan dan budaya sekitar. Kalau berada di
lingkungan Timur, ya menjaga sopan santun. Memakai pakaian yang
terhormat, karena normanya demikian. Ketika berada di lingkungan
Barat, kita mungkin bebas memakai apa saja, namun tentunya kita
memiliki prinsip dan idealisme sebagai orang Timur bukan sih?
Tetaplah seharusnya kita menjadi orang Timur meskipun sedang hidup di
Barat.
F : Satu hal yang
aku sukai dari orang-orang di Eropa, mereka menghormati segala
pilihan manusia-manusia di sekitarnya. Meskipun kadang sangat
keterlaluan pembiarannya. Bahkan bila ada perempuan yang telanjang di
muka umum pun, mereka tidak pernah ambil pusing. Seharusnya ada batas
yang bisa ditoleransi dan tidak menurutku. Itu juga yang membuatku
tidak cocok hidup dengan orang-orang di sini.
N : sewaktu aku ke
Turki beda lagi tipe laki-lakinya meskipun agak sedikit mirip di
Timur. Mereka tipe laki-laki yang melindungi perempuan, bahkan
menurutku kelewat melindungi, cenderung patrialkal. Ketika aku ke
grand-bazar tidak satu pun kujumpai penjualnya seorang wanita. Semua
isinya laki-laki yang menjualkan barang dagangannya. Suatu kali iseng
aku tanya, “Why do I never see woman selling something in the
outlet. All I see are men everywhere. Where are the women?”. Si
penjual bilang “They stay at home with the kids, they do not go to
work especially in the market like this”. Mereka memperlakukan
wanita sebagai “sisters” yang musti dijaga dan dilindungi
kehormatannya, namun agak berlebihan karena tidak mau membiarkan
wanitanya keluar rumah. Kalaupun ke luar rumah harus bersama laki-lakinya, naik mobil pribadi yang aman, sebisa mungkin tidak memakai sepeda atau angkutan umum. Sehingga bila ada wacana bahwa wanita di
Timur Tengah kurang bebas, menurutku itu benar-benar terjadi. Hmm..
susah juga ya jadi wanita di sana. Namun aku agak kagum pada
laki-lakinya, karena suatu hari ada laki-laki yang berkata “Mohon
jangan berteriak-teriak di sini, saya menghormati anda sebagai wanita
muslim. Anda berjilbab dan saya berprasangka bahwa anda memiliki
sopan-santun.” sembari membungkuk dan menelungkupkan kedua tangan
ke dadanya.
S : jadi
kesimpulannya, laki-laki di Indonesia itu gimana?
F : mereka tidak
gentle, kebanyakan masih menjadikan fisik perempuan sebagai bahan
mainan dan obrolan, sungguh tidak beradab. Mereka tidak berusaha
melindungi dan menjaga kehormatan wanitanya. Sulit mencari laki-laki
yang gentle di Indonesia. Kita sebagai perempuan dan calon ibu, harus
bisa mendidik anak laki-laki kita bagaimana pun caranya, supaya
mereka berperadaban tinggi sebagai laki-laki yang menjaga dan
melindungi perempuan di sekitarnya.
N : I got it.