Sabtu, 02 November 2013

Bumi Telah Ada di Lubuk Yogyakarta



Di sana, semuanya terjadi. Tempat itu, tak rela aku meninggalkannya. Entah kapan lagi aku dapat menghabiskan banyak hari kembali, di sana. Days and nights for 5 years. Semenjak bumi membawa hal itu, bumi selalu meliputi hari-hari di Yogya. Tak pernah absen. Bumi menitipkan banyak hal sebagai energi. Kugunakan ketika aku merasa hilang arah. Setiap malam aku isi energi dengan berada di dekat hal itu. Pagi sampai siang, terkadang sampai sore aku membawanya serta ke kampus, ke tempat-tempat aku bersama kawan-kawanku berada, kusimpan ia di lubuk hati terdalam yang tak kubiarkan orang lain mengoyaknya. Di ruang kecil itu, di rumah itu, di kota itu, dia hadir meski hanya dalam imajinasi dan rasa sampai pada kehadirannya kembali di tengah kota itu, di pemberhentian keretanya. Aku berangkat dari kamar itu, dari rumah itu, dari dekatnya menuju dekatnya yang mewujud di depan mata. Dari pemberangkatan keretanya, aku pulang ke dekatnya, di rumah itu, di kamar itu lagi. Selama 5 tahun ini, begitu dan begitu. Tak pernah bosan di rasa, malah semakin dalam tak terkoyak.

Di sana semua terjadi, seawal dia datang seperti telah siap mental untuk menjalin hidup bersama selamanya dengan segala angan dan janji. Sampai pertengahan dia terlihat lelah dan asik dengan dunianya, dengan pikiran barunya yang ternyata begitu menyukai kesendirian menyukai petualangan tanpaku yang terkesan tak suka kemana dan tak mau kemana karena Yogya yang sebegini nyaman. Sementara aku tak bergeming, terus mendambanya, tak peduli mulut orang. Sampai akhirnya nanti aku tak tahu, yang bukan di sana lagi semua akan terjadi, dan aku masih tak tahu.

Di sana semua terjadi, waktu-waktu aku merindu, waktu-waktu aku bertemu, waktu-waktu aku sakit hati karenanya, waktu-waktu aku makan dan minum dengan mengingatnya, waktu-waktu aku belajar sambil membayangkannya, waktu-waktu aku tidur memimpikannya. Semua rasa itu masih jelas di dalam sini. Semua rasa itu telah melagu dengan melodi yang abadi sampai mati tersimpan di otak dan hati. Mengkristal tak mau pecah.

Ketika kali ini harus meninggalkannya di kamar itu, di rumah itu, di kota itu, aku ingin membawanya serta namun tak bisa. Kapankah dia yang lain benar-benar di diriku setiap saat? Mengobati rindu yang menggelora.. Meskipun aku sanggup sendiri, aku benar-benar tak mau jauh darinya lagi :(

Tidak ada komentar: