Dear readers, especially you who want to be part of Gadjah Mada University Academia but having many problems about fearness that you can’t go through your undergraduate degree because of financial problem. Here I want to tell you one thing that is really important for you to know, that is about scholarships for undergraduate degree in Gadjah Mada University.
Saya tulis dalam bahasa Indonesia saja ya biar lebih mengena.
Wahai calon mahasiswa baru, kalian jangan pernah takut untuk bisa kuliah di UGM sampai selesai hanya karena masalah bahwa kuliah di UGM itu mahal. Saya beri tahu, biaya untuk membayar SPP+BOP+asuransi kesehatan di GMC kalau ditotal pun tidak sampai semahal biaya membayar keseluruhan SPP (plus biaya gedung) di SMA-SMA tenar di kota-kota kalian untuk satu semester. Kalau pun lebih mahal mungkin hanya selisih sedikit, tidak sampai jutaan.
Saya sendiri, dari fakultas eksakta (yang mana biaya satu sks-nya lebih mahal Rp 15.000,- dari fakultas non-eksakta), satu semester paling pol hanya mengeluarkan Rp 2.190.000,- (untuk 22 sks, terbanyak yang saya ambil, yaitu di semester 2) untuk biaya kuliah keseluruhan plus asuransi kesehatan dari GMC.
Lalu rumor tentang mahalnya kuliah di UGM selama ini bagaimana?
Memang, awal masuk UGM sebagian besar membayarkan biaya SPMA setelah mereka dinyatakan diterima di UGM sesuai perjanjian sewaktu mendaftar UGM sebelumnya. Dan sekarang minimal SPMA sepertinya sekitar 10 juta rupiah. Tentu itu suatu hal yang memberatkan bagi mereka yang tidak mampu. Namun bagi yang sewaktu di SMA berprestasi, mereka dapat masuk UGM melalui jalur khusus dimana mereka tidak diwajibkan membayarkan SPMA.
Lalu bagaimana bagi mereka yang tidak berprestasi? Tentu UGM memikirkan hal itu. Dengan berlandaskan bahwa UGM masih berstatus sebagai kampus rakyat, mereka yang tidak mampu namun tidak mempunyai prestasi khusus sewaktu di SMA atau Aliyah, mereka dapat menjalani tes khusus, wawancara khusus, dan istimewanya, mereka pun diistimewakan bahwa banyak dari mereka yang tidak mampu, diharapkan nantinya dapat berprestasi selama perjalanan akademisnya di UGM. Malahan, mereka dapat secara langsung mendapatkan beasiswa yang dapat meng-cover seluruh biaya selama proses perkuliahan sampai selesai. Begitulah UGM yang saya tahu selama ini. Karena banyak bukti, beberapa dari teman saya yang tidak mampu mengalami hal itu.
Selanjutnya mengenai beasiswa…
Sebelum kalian semua benar-benar resmi menjadi mahasiswa UGM, pastikan bahwa niat kalian untuk kuliah di kampus ini adalah sebagai berikut :
- Niat untuk selalu menjaga “attitude”, yaitu selalu akan berbuat baik demi kebaikan pribadi dan bersama untuk kemajuan kampus, bangsa, dan negara yang lebih baik..
- Niat selalu menjaga “hati”, yaitu untuk selalu jujur mulai dari diri sendiri sampai akhir menjadi alumni.
- Niat untuk berani untuk terus maju, mengembangkan diri, dan percaya diri dalam mengahadapi segala tantangan. Karena apa, kalian akan menjadi mahasiswa di kampus yang memiliki iklim kompetitif yang kuat. Kalau tidak dapat “survive” maka kalian bukanlah mahasiswa yang sebenarnya.
- Terakhir, niatkan dalam menuntut ilmu, bahwa kalian tidak meminta ilmu yang banyak kepada Tuhan, melainkan niat untuk memperoleh ilmu yang berkah, yaitu yang bermanfaat untuk orang lain dan selalu dapat mendekatkan kepada Yang Maha Memiliki Ilmu.
Setelah kalian resmi menjadi mahasiswa dan telah meluruskan niat (seperti di atas tadi), saya jamin, kalian tidak akan memiliki kesulitan yang berarti untuk menggapai tujuan kalian melewati kiprah pembelajaran selama di kampus. Terutama bagi kalian yang kurang mampu. Dengan sendirinya kalian akan menjadi orang yang diharapkan oleh kampus, masyarakat, bangsa, dan negara. Uang untuk membayar kuliah pun akan mengalir dengan sendirinya, tidak perlu kalian cari dengan susah-susah. Karena UGM selalu menyediakan beasiswa untuk mahasiswa-mahasiswa yang terkualifikasi, semuanya, tanpa terkecuali dari bermacam-macam kualifikasi.
Sekelumit cerita dari saya :
Saya bukanlah tergolong mahasiswa yang memiliki orang tua kaya raya namun bukan tergolong mahasiswa yang memiliki orang tua miskin. Dan satu hal, saya adalah orang yang pemalu untuk meminta uang banyak kepada orang tua untuk keperluan sekolah. Sehingga saya selalu diam sebelum akhirnya orang tua saya yang menawari uang untuk keperluan saya. Tentu saja, dengan begitu, keuangan saya selama kuliah tersendat-sendat.
Akhirnya saya memutuskan untuk mencari uang dengan keringat sendiri, namun terkadang karena kesibukan kampus, saya pun tak mampu melewatinya sepenuhnya sampai akhir. Setelah saya putus asa, saya pun pernah melamar beasiswa Grafika Publishing dengan bermodalkan prestasi selama SMA. Saya juga pernah melamar beasiswa dari DIKTI berupa beasiswa PPA, dan keterima. Selama tahun 2009, keuangan saya banyak di-support oleh beasiswa PPA dari DIKTI. Prinsip saya, daripada uang-uang itu dikorupsi oleh pejabat, mendingan saya ambil saja untuk mengalirkan pahala bagi mereka yang membayar pajak. Hwahaha… (aneh kan? Begitulah kenyataan niat saya, saya jujur lho!)
Kemudian karena keterbatasan IP, saya pun gagal memperoleh beasiswa PPA untuk periode berikutnya, kalah saing dengan mahasiswa lain yang jauh lebih pintar dalam bidang akademis dibanding saya. Maklum, saya mendedikasikan diri saya tidak hanya untuk keperluan akademis, namun juga peningkatan spiritual, peningkatan kemampuan bahasa asing, dan dunia lainnya yang dimata saya sangat membantu menemukan jati diri saya. Sehingga waktu saya untuk belajar tentang materi kuliah tidak berhasil saya manfaatkan secara maksimal. Namun demikian, saya mempunyai semangat untuk terus maju, dapat membanggakan orang tua melalui transkrip nilai saya, lulus dengan predikat cumlaude. Dengan semangat tinggi tersebut, mulai semester 6, IPK saya naik dan tidak lagi stagnan seperti sepanjang semester 1-5. Saya pun mencoba melamar beasiswa Tanoto Foundation, berharap mendapat kesempatan menyerap ilmu Leadership versi Tanoto. Namun, apalah dikata saya lagi-lagi gagal di tahap wawancara. Memang bukan rejeki saya. Saya pun kembali melamar beasiswa PPA, dari sana entah kenapa pihak Direktorat Kemahasiswaan UGM yang mengurusi masalah beasiswa malah memberi tahu saya via sms bahwa saya disuruh tanda tangan untuk penerimaan beasiswa CSR selama setahun. Saya pun kaget. Bahkan beasiswa CSR secara nominal jauh lebih besar daripada beasiswa PPA DIKTI. Prosesnya pun lebih mudah. Karena DitMaWa UGM memberitahukan langsung segala perkembangan beasiswa tersebut via sms, bukan via website. Memang inilah rezeki saya dari Tuhan yang patut saya syukuri dan saya pergunakan semaksmal mungkin.
Tidak hanya berhenti di situ, semester 7 IP saya naik menjadi yang paling tinggi selama 7 semester terakhir. Sehingga niat untuk lulus dengan predikat cumlaude pun bukan hal yang mustahil bagi saya. Inilah buah perjuangan selama ini. Bahkan, siang tadi, pihak fakultas pun menawari beasiswa lain via sms yang isinya begini : “Diharap agar Saudara untuk mengambil formulir mahasiswa berprestasi tahun 2012 di sekretariat Dekan (Bp. Sutopo). –WD III, Prof. X, M.Si., Apt.-“ … nah lhoh! Saya pun terbengong-bengong. Ternyata UGM kampus yang begitu peduli dengan mahasiswa-mahasiswanya. Dan saya pun sangat semangat menulis tulisan ini pada sore harinya. Hanya untuk memberitahukan kepada kalian wahai teman-teman, wahai adik-adik… bahwa beban finansial untuk kuliah di UGM jangan sampai memberatkan kalian, karena kalian adalah orang-orang yang memang terpilih! Fokus saja untuk terus berprestasi dan melakukan hal sesuai prinsip dan tujuan mulia kalian untuk benar-benar membawa kejayaan pada kampus, masyarakat, bangsa, dan negara… niscaya semuanya akan berjalan baik-baik saja sampai akhir tugas kalian nanti.
Satu hal yang harus diingat, bahwa (hanya) dengan modal pas-pasan dibumbui dengan niat dan keyakinan yang kuat hampir tidak ada cerita gagal dalam hidup ini.
If you believe in yourself, if you stick to things, and if you always pray, there is very little that is really impossible. (Prof. Dr. Sudjadi, Pharmaceutical Analyst and Biochemist in Pharmacy UGM)