Senin, 12 Maret 2012

Maha Guru Bagiku (Lewat NDRA)


Ketika banyak orang berbicara tentang apa yang telah maha guru suguhkan lewat apa yang disebut #NDRA di Twitter. Memuja dan memujinya… mereka begitu mudahnya berkata-kata,mereview, berkomentar ini dan itu, berpuisi, dan suguhan lain tentang apa yang baru saja mereka saksikan, #NDRA dari sang maha guru… dengan berbagai niatan tentunya, ada yang karena ingin memahamkan karena dialog yang tingkat langit itu, ada yang hanya ingin lainnya. Sementara aku… hanya bisa terdiam.

Memang, maha guru sedang menelanjangi dirinya. Tak hanya dirinya, bagiku maha guru sedang pula mengambil resiko untuk menelanjangi segala keadaan dan manusia penghuni bumi ini. Resiko itu, aku merasakannya sendiri… bahwa betapa terdiamnya aku, betapa bisunya aku, setelah kumenyaksikannya. Tanpa bisa berbuat apa-apa yang seharusnya kuperbuat setelah aku menyaksikan #NDRA itu di panggung teater. (Meskipun paling tidak aku masih bisa manulis ini…). Bahkan tidak hanya melalui satu single teater ini, akan tetapi setiap apa yang dipaparkan oleh maha guru di setiap waktu aku mendengarkannya, apa yang kurasa sesungguhnya ia sedang menelanjangi segala sesuatu.

Mungkin memang karena maqamku yang tidak setingkat dengan maqam sang pemilik karya, meski aku berusaha naik namun tetap aku merangkak, atau bahkan hanya jalan di tempat. Solusi yang ditawarkan berdasarkan pesan yang disampaikan, belum bisa kutangkap lewat bagian mana saja dari diriku. Dan masih saja, aku tetap berusaha.

Sesalah-salahnya, jangan-jangan aku menganggap sang pemilik karya bukanlah makhuk bumi, ia bukan makhluk biasa, dan karenanya –meskipun banyak orang yang mengaguminya, banyak orang yang berreseptor ‘kethul’ ketika sang maha guru bercuap-cuap. Ya, mereka beda frekuensi. Mungkin termasuk diriku, namun aku telah mewanti-wanti sesuatu dalam diriku untuk selalu menyegarkan apa yang baru saja diperbincangkan dan disajikan dengan sangat sempurna oleh maha guru. Dengan begitu –seperti apa yang selalu diucapkan oleh maha guru, reseptorku selalu terbuka menerima cahaya, dan menghentikan apa-apa yang membuat hatiku berkarat. Itu harapku.

Namun –seperti apa yang maha guru berulangkali sampaikan, bahwasannya semua ini tidak bisa dipecahkan oleh manusia itu sendiri, selalu ada campur tangan dari langit meski hanya beberapa persen atau banyak persen (tergantung tingkat kebutuhan kita karena Langit selalu akan membantu manusia yang tersesat ini). Begitu pula dengan resiko yang telah diambil oleh maha guru –menelanjangi dirinya, keadaan dan manusia lainnya, semua resiko itu mungkin akan terhapus karena bantuan Langit seiring berjalannya waktu. (Tapi sampai kapankah?) Manusia memang diharuskan sabar untuk sampai pada parameter-Nya.

Akhirnya mungkin suatu saat kita akan menemukan apa-apa yang selama ini kita harapkan, apa yang dipersampaikan dalam #NDRA itu. Dan akhirnya pula, aku akan paham… tidak lagi terdiam dan membisu seperti ini. Suatu saat mungkin aku akan banyak mengoceh lagi tentang hidup yang dianugerahkan oleh-Nya ini. Berkehidupan dengan kualitas yang terbaik yang mampu aku jalankan.

Aamiin..

Rumah Sleman, 120312 20:44.

Tidak ada komentar: