Jumat, 29 Oktober 2010

Scientist - Pharmacist, an Honourable Dedication


Who doesn’t want to be good scientist? If there were some people graduated from Faculty of Pharmacy UGM, may be someone like me now or someday, you can count on me that countable people don’t want to be a scientist. We are actually scientists. If we aren’t, you will find us fail to be a pharmacist. So, what the parameters are to be pharmacist? Many things, may you not need to know much. Especially for me, pharmacist and scientist are two kinds of profession called dedication. It is an honor how to be able to help others. Let’s go to read this true story :
Tragedi Thalidomide  -------------- Integritas ilmuwan
Awal 1950-an, Perusahaan Farmasi Jerman mengeluarkan produk obat tidur (sedative-hypnotics) baru: Thade. Klaim untuk Thalidomide, non adiktif, no hangover, aman bagi wanita hamil, toksisitasnya rendah (relatif erhadap Barbiturat). Tahun 1957, Thalidomide dijual bebas di seluruh Jerman. Tahun 1960, Thalidomide dipasarkan di seluruh Eropa, Amerika Latin, dan Kanada. September 1960, Richardson-Merrell Pharmaceutical Company mengajukan permohonan kepada FDA untuk menjual thalidomide di AS, dengan nama dagang Kedavon. Dr Frances O. Kelsey (in this reality story, she plays a main role here) diminta oleh FDA untuk memeriksa/meneliti Thalidomide (Kedavon). Berdasarkan penelitian dan temuan Dr. Frances O. Kelsey :

  • Thalidomide tidak mempunyai efek menidurkan (sedative) terhadap tikus percobaan.
  • Thalidomide mempunyai efek mengganggu saraf perifer binatang percobaan. Dengan demikian, menurut perasaan Kelsay, thalidomide akan mempunyai efek yang tidak baik terhadap janin. 
Sehingga REKOMENDASI KELSEY: Thalidomide tidak boleh masuk pasar AS.


Atas desakan Richardson-Merrell, Boss FDA meminta Dr. Frances Kelsey untuk mengubah Rekomendasinya, dengan memberikan peringatan: ‘tidak boleh diminum oleh wanita hamil’, dan segera menyetujui thalidomide untuk masuk pasar AS. Dr. Kelsey menolak usulan Boss FDA, dengan alasan: Thalidomide tidak mempunyai efek menidurkan, membahayakan janin, dan pernyataan bahwa toksisitasnya rendah sangat keliru. Pernyataan itu berdasarkan indikasi kurang larutnya obat tsb., sehingga apabila thalidomide dpt dibuat larut, maka ‘ia yakin’ toksisitasnya tentu tinggi.
Dr. Joseph Murry dari Richardson-Merrell menjadi sangat kesal dengan sikap over hari-hati Dr. Kelsey. Dr.Murry melakukan tekanan kepada Dr. Kelsey dengan cara mendatangi dia secara langsung atau dengan melalui tangan-tangan atasan-nya di FDA. Boss FDA pun akhirnya memberikan tekanan kepada Dr. Kelsey, bahwa sebelum Natal Desember 1960, rekomendasi tentang thalidomide harus sudah diubah untuk merilis obat tsb di pasar AS.
Dr. Frances Kelsey tetap merekomendasikan untuk tidak memasukkan thalidomide ke pasar AS. Dia kemudian mendapatkan julukan stubborn lady. Bulan Desember 1960, sebelum Natal, British Medical Journal melaporkan, bahwa ibu-ibu hamil di seluruh Eropa,yang minum obat thalidomide melahirkan bayi-bayi yang cacat. 10.000 bayi-bayi yang lahir di 46 negara (Eropa, Kanada, dan Amerika Latin) mengalami cacat fisik, karena ibunya minum thalidomide. Amerika Serikat selamat dari tragedi itu, karena integritas yang tinggi dari seorang ilmuwati-nya: Dr. Frances Oldham Kelsey.
Agustus 7, 1962, di White House, Presiden JF Kennedy menganugerahkan kehormatan teringgi: The Medal for Distinguish Federal Civilian Service kepada Dr. Frances O. Kelsey. Hampir 40 tahun kemudian, Oktober 7, 2000, Dr. Kelsey diangkat menjadi anggota National Women’s Hall of Fame di Seneca Falls, New York.

I got to hear the story from my lecturer, Prof. Dr. Umar Anggara Jennie, who has come back to campus after assignment for years being a chief of LIPPI center, Jakarta. I remember, we all were clapping with the hands for giving applause in the end of the story. Prof. Umar was very attractive giving the story telling. We all, who hear, were dazzled.

How could we be anxious to be a truly scientist? Just do our best. Just face the real reality in front of us NOW. We do our deeds, it may like a piece of philosophy from Peter Singer, “We have to take the first step. We must reinstate the idea of living an ethical life as a realistic and viable alternative to the present dominance of materialist self-interest”.

Tidak ada komentar: