Senin, 05 Juli 2010

Yang Tak Ada Habisnya

Dear netters,
tanggal 4 Juli jam 12.30 malam kemaren aku dapat sms.
kupikir kata-katanya bagus, jadi kuputuskan kutulis di sini.
siapa tau dari kalian ada yang setuju.


cinta yang luar biasa adalah saat kamu menangis, kamu masih merindukannya
saat dia melupakanmu, kamu masih peduli padanya
saat dia mencintai orang lain, kamu masih bisa tersenyum dan berkata "aku turut berbahagia untukmu"

karena mencintai bukan dari apa yang kamu lihat tapi apa yang kamu rasakan
bukan apa yang kamu dapatkan tapi apa yang kamu beri
bukan bagaimana cara melupakannya tapi sejauh mana kamu bisa bertahan

Rabu, 30 Juni 2010

My Thanksgiving


I’D LIKE TO THANK MOM AND DAD, FOR GENEROSITY AND HOSPITALITY...

Akhirnya usai sudah ujian akhir semester IV ini, walau dilalui dengan langkah-langkah yang tidak gampang, sangat gontai, sampai akhirlah juga.
Dan kali ini giliran saya menghabiskan waktu di rumah, my hometown at home sweet home, rumah Bapak Hanafi dan Ibu Alfiah (baca : AlfiHan). Seneeeeeeeng banget rasanya bisa kembali ke rumah, apalagi suasana rumah waktu itu rasanya sungguh nyaman, bagai surga dunia (saya). Sudah 2 minggu saya nggak pulang. Inilah surga dunia pertamaku,  sewaktu memasuki rumah, disambutlah dengan sebuah senyuman yang sangat berharga bagi saya, itu adalah senyuman ibu.  Senyuman tanda bahagia yang sangat kukenal. Tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat ibu tersenyum. Lalu, sewaktu bapak datang entah darimana dan kemudian melihat saya, beliau menyapa “mulih tho nduk? Prei?”. “Nggih, Pak.” Jawabku singkat.
Hari pertama di rumah (kaya cerita lagi liburan di kota besar di luar negeri aja ya! Haha), saya tidur, lamaaaa. Sorenya bangun, dan bicaralah ibu, “mumpung prei ayo nyang mesjid, kae mukenane wis tak siapke nduk”. Bagiku… tak masalah sholat di masjid, orang kalau liburan aku suka sholat petang di masjid. Yeah, salah satu mukena warisan ibu yang dipakainya sewaktu mengunjungi tanah suci dulu, masih wangi kupakai, kuambil beserta sajadah warna emas kegedean yang sudah disiapkan ibu di tempat sholat. Di rumah aku sangat tertib, sholatku selalu tepat waktu. Tak lain dan tak bukan karena pengawasan dari bapak sangat ketat. Kalau terlambat sedikit saja, aku bisa kena sindiran maut. Sindiran yang lebih menyakitkan daripada cambukan tali malaikat penyiksa kubur. Dan aku nggak mau bapak menyindirku. Makanya aku selalu tertib kalau urusan ibadah di rumah. Sangaaat disiplin. Bahkan waktu mengaji pun selalu tak pernah absen. Karena bapak menghendaki, rumahnya selalu terdengarkan senandung Al Qur’an. Jadi tiap ba’da maghrib dan shubuh, aku dan ibu selalu mengaji. Trus tiap pagi bapak juga tak pernah absen menyalakan hapenya yang dihubungkan dengan speaker eksternal untuk menyetel marawis2 kesukaannya. Berasa hidup di pondok adjah!:D
Nah, kini kuceritakan sewaktu aku pergi ke masjid ya. Selama aku di rumah, tiap aku ke masjid, aku heran sama orang-orang. Mereka melihatku bagai melihat artis ibukota datang. Yeah! Nggak bohong dah! You count on me! Sampai-sampai sehabis salam aku ditanya oleh orang-orang sekitarku, “Meniki putrine sinten nggih??”. Kujawab saja, “Hanafi ingkang ragil, name kulo Niha”. “owalaaaahhh Hanafi tho”. Dan mereka menatapku dengan tatapan tak percaya. Dan pertanyaan seperti itu, selalu menyambutku tiap habis salam tiap aku sholat di masjid. Oh Tuhan… apa wajahku ini tiap hari berganti rupa yha?? Kok mereka sulit sekali mengenalku. Hhggghh… yeah maklum, aku memang jarang keluar rumah kalau sedang di rumah. Dikiranya, pak Hanafi itu Cuma punya 4 anak doank. Gimana lagi, di luar rumah itu panas, polusi, suara bising, dan sepi orang. Kan jadi males… bwkakaka!
Yang aku suka kalau aku pergi ke masjid adalah, aku bisa melihat-lihat rumahnya mas Afif dan nduk Fani, mantan teman masa kecilku dulu. Rumah yang selalu terlihat horror. Kemudian sesaat mengenang apa-apa yang ada di masa kecilku dulu, bersama mereka tentu saja. Jalan yang aku lewati adalah jalan dimana aku bermain-main dengan mereka seharian, bahkan sampai malam menjelang sampai dimarahi ibu nggak boleh masuk rumah. Kenangan kenangan kenangan, sudahlah.
*kembali ke laptop*
Kemudian sewaktu di rumah, aku mempunyai kantor baru. Yak! Kantor saya adalah di loteng deket genteng. Di sana aku membawa serta karpet dan peralatan kantor (baca: entertainment utilities) dan bermain-main dengannya. Saya sering ditemani seekor kucing lucu. Biasanya saya ngantor sehabis Isya sepulang dari masjid. Apa yang saya kerjakan? Karena di rumah nggak ada kerjaan dan berhubung sedang libur juga saya Cuma main-main dengan beberapa web baru hasil temuan saya dan beberapa teman-teman. Eeeiiitt rahasia web apa. Dikira promosi ntar. Pokoknya sibuk dengan dunia mayalah. Saat saya ngantor, selain kucing, saya juga sering ditemani  hamparan langit  yang sempurna dengan hiasaan bulan purnamanya, dengan gemerlap bintangnya, mencoba bermain mata, dan menemukan segalanya yang indah dan berguna dari sana. Alhamdulillah selama saya di rumah hujan tak pernah turun saat malam. Thanks God for those perfect circumstances. Don’t you know, I’m a Stars and Planets lover. Betapa saat itu saya ingin mempunyai teleskop. Saya berencana akan membuat teleskop suatu hari nanti agar dapat melihat komet-komet maupun Pluto. Atau… adakah yang mau memberi atau membuatkan saya?? Dengan senang hati lhow yeaa \(^,^)
Betapa saya di rumah merasa sangat dimanja bapak dan ibu. Gimana enggak! Setiba di rumah langsung dibuatkan teh anget kesukaan saya, dibelikan makanan enak, baksonya lek Tarno. Dimulai dari sinilah sel beta pankreas saya bekerja keras memproduksi insulin besar-besaran. Gen-gen yang mengekspresikan insulin di tubuh saya pastilah memerlukan sebuah enhancer dengan kekuatan super. Untunglah pancreas saya masih terasa baik-baik saja dan tak kurang suatu apa. Selama 3 hari di rumah, ibu tak pernah surut semangat membuatkanku aneka macam makanan-minuman berkadar gula tinggi. Saya tak pernah sempat melakukan pengenceran dengan banyak-banyak minum air putih soalnya tanpa minum air putih saja lambungku sudah sangat kembung. Hadewh!
Tetapi alhamdulillah, aku menikmatinya…
Di rumah, tiap aku mau nonton bola, nggak pernah bisa. Tivi jadul kesayangan bapak selalu dipakainya buat nonton berita. Jadilah aku selalu balik ke kamar tiap habis ngantor. Kemudian menunggu waktu sampai aku tertidur. Dan jadilah aku selalu tidur tepat waktu. Betapa disiplin dan teraturnya kan hidupku di rumah.
Aku menikmatinya…
Sewaktu aku memberitahu ibu kalau senin aku mau balik lagi ke kota Jogja, ibu bertanya “Mbak Niha? Arep bali? Jarene prei nduk?”, kujawablah “Inggih bu’, badhe ngurus surat-surat beasiswa wonten kampus”. Sebenarnya Bapak Ibu menyuruhku untuk liburan ke Pare, Kediri lagi agar bisa berbahasa asing dengan lancar. Tapi kuberitahukan kalau aku harus ikut remedi dan nggak bisa libur dengan leluasa, karena nilaiku yang kupikir kurang memuaskan.
Aku balik Jogja sewaktu Bapak Ibu pergi ke acara resepsi pernikahan di gedung Al-Mabrur RSI Klaten sana. Jadilah rumahku yang sepi sendiri kutinggalkan.

Minggu, 27 Juni 2010

For You


Jamie Elizabeth Sullivan
-A Walk to Remember-

Sabtu, 19 Juni 2010

Review “Sintesis Biomimetika”


….apa itu?
Sintesis laboratories yang prosesnya meniru proses-proses di dalam sistem biologis (Biosintesis) is called sintesis biomimetika. Tujuan dari sintesis ini adalah untuk menghasilkan produk biomimetika, yaitu, suatu molekul organik yang didesain sedemikian rupa, sehingga mempunyai sifat-sifat/aktivitas yang identik/sama dengan molekul-molekul yang ada di dalam makhluk hidup.
Biosintesis sendiri merupakan proses sintesis yang terjadi dalam sistem biologis dengan cirri khas dikatalisis oleh suatu bioaktif (enzim).
Perbedaan antara biosintesis dengan sintesis laboratories adalah :
Di dalam tubuh
Di laboratorium
·         Melibatkan enzim (reaksi enzimatik)
·         Semua reaksi berlangsung pada suhu 37°C
·         Berlangsung dalam media berair
·         Reaksi umumnya berlangsung pada suhu tinggi (>60°C)
·         Berlangsung dalam media solven organik

Enzim yang digunakan dalam biosintesis merupakan suatu biokatalis. Dapat berupa makromolekul protein yang besar, yang dalam bekerjanya dibantu oleh koenzim dan kofaktor (berupa logam-logam). Hal ini mengakibatkan proses biosintesis dapat berjalan efektif, efisien, berlangsung pada suhu tubuh, dan bersifat stereospesifik. Biosintesis bersifat stereospesifik karena enzim yang mengakatalisis proses dapat terlipat (folded) dalam pola-pola tertentu, sehingga produk yang dihasilkan dapat stereospesifik.
Biosintesis dapat berlangsung pada suhu tubuh (37°C) karena
Sintesis laboratories berlangsung pada suhu tinggi (>60°C) karena
Enzim yang mengkatalisis dibantu oleh koenzim, yang mana struktur koenzim melibatkan atom-atom sulfur dan fosfor dan beberapa logam-logam transisi yang dalam tabel Mendeleyef berada pada baris kedua (2nd row element).
Jika:
Jari-jari atomnya makin panjang
maka :
Jangkauan (awan) elektron makin jauh
 
dan, Makin reaktif sebagai nukleofil
Melibatkan senyawa dengan atom-atom pada baris pertama dalam sistem Mendeleyef (1st row  element).
Jika:
Jari-jari atomnya pendek
maka :
 
Jangkauan (awan) elektron sempit
 
dan, Kurang reaktif sebagai nukleofil
Contoh: Asetil Ko-A dan Malonil Ko-A yang merupakan tioester (mempunyai atom Sulfur yang merupakan 2nd row element)
Contoh: Etil Asetat dan Etil Malonat yang merupakan suatu ester (mempunyai atom Oksigen yang merupakan 1st row  element)

Kita dapat mengambil contoh sintesis biomimetik:
1.       Sintesis Hemoglobin yang mana 4 pirolik ring system-nya (Porfirin) dibuat menjadi berpagar. Kita tahu, hemoglobin asli dapat mengikat O2 secara reversibel dan mengikat CO2 secara irreversibel (membahayakan tubuh). Dengan membuat porfirin berpagar, diharapkan bisa membuat hemoglobin tiruan dengan aktivitas sama atau bahkan  bisa reversibel dalam mengikat CO2. Namun pada kenyataannya, porfirin berpagar ini larut dalam cairan tubuh. Dalam mengambil dan melepaskan O2 belum bisa seefektif hemoglobin (jumlah O2 yang bisa diambil belum sebanyak yang diambil hemoglobin). Jadi, hal ini masih dikembangkan.

2.       Sintesis biomimetika progesterone, yang mana merupakan follow up dari eksperimen Johnson. Sebelumnya Johnson telah mensintesis cincin bisiklik dan cincin trisiklik dari suatu ester berpolien. Akan tetapi produk yang dihasilkan mempunyai rendemen rendah dan terbentuk banyak pengotor. Sehingga dicarilah solusinya, yaitu : harus ada factor yang mampu menstabilkan konformasi dari polien tersebut, harus ada gugus yang memacu siklisasi yang berupa nukleofil kuat, dan asam yang digunakan harus selunak mungkin dan cukup selektif (mampu memberikan proton dan tidak mengoksidasi).

Sehingga pada biomimetika progesterone, dilibatkan:
a.       Gugus asetilena, sebagai nukleofil kuat untuk memacu proses siklisasi, dan juga menghentikan siklisasi.
b.      Cincin siklopentanoid, untuk menstabilkan  konformasi dari triena dan sebagai cincin A pada progesterone. Karena struktur siklopentanoid yang rigid dapat digunakan sebagai pengganti enzim yang akan menurunkan derajat kebebasan sehingga bisa menstabilkan konformasi poliena. Hal ini sesuai solusi Johnson di atas.

Source : Kuliah Sintesis Organik, 31052010

Selasa, 01 Juni 2010

Hujan Bulan Juni - SDD



performed by Ari - Reda
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
I say :
It smells like rain, filling the air before the first drops break in quiet splashes on the river.
Rain…
Rain…
And Rain…
I often make my words off.
And let all be certain such silent.
Perhaps, dialogue between rain and SDD was representing my voice to him.

Kamis, 27 Mei 2010

Self-Reliant


Mandiri itu tidak perlu belajar dan diajari,

Cukup dilepas,

Dan kau akan bisa mandiri dengan sendirinya.

Laksana bayi penyu yang “dibuang” induknya,

Mereka akan selalu kembali ke lautan…

Where their hearts belong

-naraperdana-


Selasa, 25 Mei 2010

Anggito Kejar Gelar Profesor

Saya sangat menghormati orang-orang yang menghargai ilmu, yang hidupnya didedikasikannya untuk menuntut ilmu, dan semua yang haus akan ilmu serta yang mendedikasikan hasil jerih payahnya untuk kebaikan hidup umat manusia.


Jakarta – Kepala Badan Fiskal (BKF) Kementrian Keuangan Anggito Abimanyu kemarin (24/5) berpamitan kepada kolega-koleganya. Mulai Kamis lusa (27/5), Anggito menjadi dosen program Doktoral di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dalam pidato perpisahannya, Anggito berpesan agar kejadian yang mempermalukan dirinya tidak terulang. “Biarlah saya menjadi orang terakhir yang mengalami kejadian seperti ini, dipermalukan. Tidak ada orang yang boleh sewenang-wenang, siapa pun itu, (apalagi) termasuk para pemimpin. Jangan suka mempermalukan orang, “katanya dengan nada tinggi.

Anggito yang sudah menandatangani pakta integritas dan kontrak kerja sebagai wakil menteri keuangan pada Januari lalu gagal dilantik. Presiden SBY justru menunjuk DirJen Anggaran Anny Ratnawati sebagai wakil mentri keuangan.

Meski merasa dipermalukan, Anggito menyatakan tidak dendam. Karena itu, dia tidak pernah mengadakan konferensi pers atau membuat buku putih untuk menjelaskan posisinya. “Apa yang saya lakukan adalah pembelajaran yang sangat penting. Menjadi pemimpin itu hanya semntara, tapi harga diri dan suara hati itu yang abadi,” tuturnya.

Anggito menyatakan bangga karena pada hari pertamanya kembali menjadi dosen, dirinya akan disambut rektor dan jajaran guru besar UGM di kampus Bulaksumur. Kampusnya juga telah menugasi Anggito kembali mengampu mata kuliah metodologi penelitian untuk mahasiswa program doktoral UGM serta memimpin Research Center Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. “Saya terharu dan tersanjung. Saya merasa dihargai”, ujarnya.

Dengan kembali ke kampus, Anggito juga ingin melengkapi prestasi akademisnya dengan gelar professor. “Orang tua saya selalu nanya, kapan bisa jadi professor. Itu pertanyaan yang tidak pernah bisa saya jawab jika saya tidak kembali ke kampus”, kata doktor ilmu Ekonomi dari University of Pennsylvania itu.

Anggito juga merasa kepulangannya ke Jogja membawa hikmah karena dirinya bisa menjaga ayahnya yang sedang sakit. Apalagi adiknya yang selama ini mendampingi ayahnya justru akan pindah ke Jakarta karena diangkat sebagai staf ahli menteri pekerjaan umum.

Source : Radar Jogja, 250510

Positif thinking :

<> Bukan berarti pak Anggito gila penghargaan dari khalayak, akan tetapi dengan kembali ke kampus, dirinya sedang going with flow dengan sedikit maneuver agar dirinya bisa mengoptimalkan kemampuannya, kecerdasannya, dan mewariskan ilmu bermanfaat untuk generasi muda. Dan saya sangat setuju akan hal ini, bilamana jiwa ilmuwan di dalam diri adalah murni.

<> Ada orang yang tidak tahan cercaan sehabis dia menjadi pemimpin. Contohnya saja Bp. B. J. Habibie yang memilih untuk tinggal di Jerman. Saya kira ini adalah kasus yang sama. Dimana integritas sebagai ilmuwan lebih menonjol ketimbang harus bersinggungan bulat-bulat dengan urusan politik dan para pejabat yang tak ada habisnya. Dan itu adalah wajar. Lain halnya dengan manusia seperti Gus Dur yang tahan cercaan. Sikap maupun keputusan kedua tipe manusia ini sangat manusiawi dan patut dihargai. Masing-masing beralasan kuat dan masuk akal. Thumbs up! ^_^

<> Gelar Profesor, tadinya bukanlah sesuatu yang utama, karena menurutnya segala prestasi dunia dan akhirat bisa didapatkannya di luar kampus tanpa suatu gelar ‘Prof.’ di depan nama lengkapnya. Akan tetapi, ternyata nasib berkata lain. Karena orangtualah yang berharap, dan beliau merasa mendapat kesempatan untuk mewujudkan harapan orangtuanya, maka diambillah kesempatan itu untuk dapat menjadi Guru Besar di Universitas ternama di negeri ini. Menurut sudut pandang saya, ini tidak ada salahnya jikalau beliau benar-benar pantas menyandang gelar itu. Good Luck…!!! Welcome back Jogja, then PROVE IT…!!!