Selasa, 19 Juli 2016

Surreal

Tiba-tiba dunia ini terasa aneh sekali. Aku merasa sangat surreal, aku tak bisa membedakan mana fakta mana ilusi. Bulan lalu aku sendirian, lalu suamiku datang dan memberiku kasih sayang yang begitu besar. Saat-saat tidak adanya suamiku, aku merasa itu adalah kenyataan seperti biasanya. Ketika suamiku datang, itu juga kenyataan seperti biasanya dulu, meskipun kondisinya sama sekali lain. Ketika suamiku ada dan menyayangi sepenuh hati secara nyata, aku anggap itu nyata. Adanya dia adalah biasa bagiku. Namun kini suamiku pergi lagi. Kasih sayang nyata darinya tiba-tiba lenyap, ia tidak ada di sini dan itu nyata. Namun anehnya aku menjadi tidak terbiasa, aku sangat sedih dan mengira bahwa ini adalah ilusi. Padahal aku yakin ini kenyataan.

Kemarin dia bertanya, "apa yang kamu rasakan andaikan kamu melihatku menikah dengan orang lain?". Aku menjawab "Tentu saja rasanya aneh, tapi sepertinya aku tidak akan berlama-lama sedih karena itu adalah takdir. Aku pasti akan juga menikah dengan orang lain dan menumbuhkan rasa cinta bersama. Memulai hidup baru. Kan aku realistis". Lalu kamu bilang, "kok kamu sebegitu enteng menjawabnya.."

Sekarang, aku pun berubah pikiran. Aku pun menjawab "Aku sangat sedih. Aku tak tahu bagaimana meneruskan hidupku bila melihatmu dengan orang lain".

Jadi, aku sedang sangat surreal hari ini.

Dua minggu lalu aku bertanya padanya "Ketika aku mati dan meninggalkanmu sendirian, apa kamu akan menangis?". Dia menjawab "Aku tidak tahu. Mungkin aku menangis. Kenapa? Kalau kamu gimana?". Aku menjawab "Aku tidak akan menangis karena orang yang kusayangi berpindah ke dimensi yang lebih baik". Dia bilang "Bagaimana kamu bisa memprediksi bahwa kamu tidak akan menangis? Menangis itu bahasa mata. Bahasa mata tidak pernah berbohong. Kalau kamu sedih dan menangis, itu wajar. Bila aku sedih ketika kamu tidak ada lalu menangis, itu bukan sesuatu hal yang buruk. Kamu tidak tahu apakah kamu akan sedih atau tidak."

Hari ini aku pun menjawab "Ya, aku sungguh sangat sedih kamu tidak ada di sini dan aku menangis. Aku tidak bisa berbohong. Mataku tidak bisa menutupi kalau aku tidak sedih. Aku belum siap kehilangan. Maafkan hamba yang lemah ini, Ya Allah."

Jadi, aku merasa sangat surreal. Aku tidak tahu aku sedang dalam realita atau ilusi.
Mungkin kenyataannya adalah bahwa aku masih harus berjuang sendirian, suamiku pun begitu.