Selasa, 23 September 2014

Obrolan dengan Teman Belanda

Hari aku ada kuliah dari jam 9.30 sampai jam 12. Di kelas aku duduk semeja dengan mahasiswi asal Belanda. Kalian tahu, berteman dengan orang Belanda harus berani membuka diri. You can not just stay silent, speak up. That's it. At least, give them your beautiful smile, sincere smile. It makes they want to talk all many things you want to know from them, as what I experienced today. Most of all my friends in the class are Dutches, the rest are Germans, Mexicans, Iranians, Turkish, and many others including me, Indonesian. If we can not just smile and give them warm greeting, we'll get nothing to live here because they won't care enough with what you are doing as if they say "Okay, just live here but don't make any chaos".
Kalau dibilang mereka ini orang yang sadar, mereka sadar. Mereka sadar pada keindahan, kerapian, kedisiplinan, semangat berilmu, keingintahuan, kehidupan sosial, dll namun tidak pernah berlebihan. Sebatas apa yang menjadi budaya mereka selama ini.

Jadi, hari ini selama kuliah jam 9.30-12.00, aku duduk bersama seorang perempuan Belanda. Aku memberinya sapaan Hello. Dia langsung bilang "Hi" dengan senyum sangat lebar. Sewaktu break, dia mengajakku bicara
Dia : "actually I wonder where you come from, Are you Indonesian?"
Aku : "Yes exactly, I am Indonesian. Well, have you ever gone to my country?"
Dia : "Of course I have, with my boyfriend. Such a beautiful country"
Aku : "..Ow, and hot, right? haha.. was that Bali, the place you visited?"
Dia : "Yap. Bali. But I went to Yogyakarta as well. Where is your home? in what Island? Do you live in Jakarta, the capital town? I didn't go to Jakarta and just went to Java and Bali."
Aku :" But, you must have had transit in Soekarno-Hatta airport close to Jakarta. Great! My home is in Klaten, the town next to Yogyakarta."
Dia : Really? I think Yogyakarta is more beautiful than Bali, Java is more graceful. Gorgeous. Well, I met Borobudur after Yogya.. what a big architecture! Then I came to Bromo with the car. I don't know how I could get that car, but it was so trembling to get on that kind of car. I was so restless from Borobudur to Bromo while everybody got sleep. Huuuffhhh... finally, I ended up with Bali. Bromo ".

.......Trus aku musti ngomong apa.. aku bahkan belum pernah ke Bromo atau Bali..... (Dear netizen, please understand about tourism of your country very well before you talk to foreign traveler. It will increase your country's GDP!)

Aku : "You must make a plan to go to another place in Indonesia. If only you know, we have some spots in which people call it heaven. Do you ever hear Raja Ampat, Senggigi, Derawan, Karimun Jawa, Baduy, and many others I can not mention it all? Take a look around there. You'll love it."
Dia : "Ya. Someday, I will send you email before going there again and make the lists. Actually, if you know, I even never go to travel around The Netherlands. Trust me, I never visit Groningen. But, If you want, I will recommend you some places. Let me write it, where?"

Aku menyodorkan buku tulis ku, "Alsjeblieft.."
Dia pun mulai menuliskan beberapa tempat seperti: Gliethoorn, den Bosch, Madurodam, Museeum in Nijmegen, Middelburg, Maastricht, Utrecht, dan Burgers Zoo Arnhem. Dia juga menuliskan website yang bisa aku subscribe untuk mendapatkan diskon-diskon, seperti: Social deal Nijmegen.
"Bedankt!" kataku. "Thank you for the good information".

Lalu kami membicarakan tentang kuliah master dan prospek setelah master. "I will take my Ph.D. and apply for some jobs in my field of interest, this is my second year and I have to contemplate before doing my thesis research because it will influence the research field in Ph.D., you know.."
"Well, me too.. I have a plan to continue my study until Ph.D. I hope everything will be going well".

Tidak cuma sekali, setiap aku duduk bersebelahan sama mahasiswi Belanda, dia selalu bilang kalau dia pernah ke Bali. Jadi kemungkinan, turis-turis di Bali kebanyakan orang Belanda. Orang Belanda memiliki ciri khas berperawakan tinggi. Mereka adalah bangsa dengan postur tubuh paling tinggi dibanding penduduk Eropa lainnya. Tidak percaya? coba buktikan sendiri ke Eropa sini. Ketika saya kesini naik pesawat Garuda pun, kebanyakan penumpang adalah orang Belanda. Mereka adalah orang yang suka traveling. Tentu saja bersama "boyfriend". Orang indonesia menyebut orang Belanda adalah manusia yang pelit, penuh perhitungan, dan irit. Mereka bilang, mereka suka traveling ke belahan dunia lain. Mereka mengumpulkan uang untuk pergi naik pesawat terbang berlibur kemana mereka suka bersama pasangannya. Di sini mereka suka makan nasi goreng dengan lauk sate. Bagi kita tentu aneh. Orang Belanda, selepas usia 18 tahun mereka hidup bersama pasangan mereka. Entah menikah atau tidak, mereka tinggal serumah dengan pasangannya. Kembali ke rumah hanya setahun sekali, sewaktu natal. Sehingga banyak orang Belanda yang memilih untuk memelihara anjing daripada memelihara anak. Anjing sudah pasti setia dari lahir sampai mati, kalau anak, umur 18 tahun sudah cabut dari rumah. Haha..

Kau akan mendapati, mereka sangat perhatian dengan kesehatan. Mereka makan sayuran dan buah, menjaga pola makan, melakukan penelitian (tidak sedikit dari mereka adalah peneliti). Tapi di saat yang sama mereka pun merokok, mengkonsumsi ganja, dan minum alkohol. Aneh kan.. Hidup di sini tidak perlu banyak memikirkan hal-hal aneh kalau tidak ingin mengalami culture shock. Just live with your own way, and they won't think over about you. They respect as well as help you to have a pleasant life here.

....
Hari ini, setelah kuliah sampai jam 12 siang, aku melanjutkan diskusi dengan 5 orang Belanda di ruang diskusi di Faculteit der Natuurwetenschappen, Wiskuende en Informatica Bibliotheek. Jam 13.30 ada kelas presentasi sampai jam 5. Hari yang melelahkan..


Minggu, 14 September 2014

EROPA


“Kimia Organik ini asik banget deh. Mereka belajar darimana sih? Eh ada Pentagamavunon, dibuat sama Pak Jim dkk. Gimana bisa? Pak Jim ke Belanda, Pak Parjan ke Belanda, Bu Hilda ke Belanda. Oiya, dosen Mikrobiologi (A.k.a. Bu Silvy) kemarin ke Leeds yah.. (buka FB, ternyata ke Leiden)”. Satu semester pendidikan Sarjana berlalu.. Muncullah Bu Ritma. Kimia Organik juga.. Beliau ke Bristol, England. Beuh.. Langsung deh buka-buka website universitas di England. Suatu pemutusan sepihak saat itu bahwasannya aku memutuskan untuk ke Liverpool, negerinya The Beatles. Langsung aku kabari si Kincrut bahwa aku mau ke Liverpool. Dia mendukungku. Itu saja. Mungkin saat itu Kincrut berpikir “ini anak lagi ngimpi, tidur, kok bisa sms aku sih.” haha..
Trus di tahun 2013 (sudah hampir 5 tahun sejak saat itu) bertemulah saya dengan tokoh idola saya di Kimia Komputasi (tema riset skripsiku), Pak Enade. Beliau ke Belanda juga. Jreng jreng.. Muncul deh angan-angan setinggi langit “Mungkin nggak ya suatu saat nanti bisa seperti mereka, ke Luar Negeri kuliah Master dan Doktor.”

Sejak saat itu aku rajin browsing bagaimana caranya biar bisa lanjut kuliah ke Eropa. Ya. EROPA! Pramoedya Ananta Toer memang nggak terlalu salah untuk mengatakan lewat dialog Nyai Ontosoroh, bahwa “Kau sendiri ikut mengalami. Utara sendiri selalu jadi mata angin keramat bagi bangsamu, sampai-sampai dalam impian. Kan mimpi berlayar ke utara selalu dianggap oleh bangsamu sebagai firasat bakal mati. Kan sejak jaman-jaman tak dikenal bangsamu menguburkan mayatnya ke utara bujur? Kan ideal rumah kalian adalah menghadap ke utara? Kata Papa, karena dari utaralah datang kaki segala bangsa, meninggalkan kalian  setelah jadi buncit, dan sampah-sampahnya yang kalian dapatkan? Dan penyakitnya? Dan hanya sedikit dari ilmunya?”. Tapi zaman sudah sedikit berubah Mr. Pram. Bagaimana pun, banyak hati anak bangsamu yang mati-matian berniat dan berlaku bagaimana supaya Bangsa Indonesia ini tidak hanya tinggal buncit, sampah, dan penyakitnya saja. Melainkan mencuri ilmu sebanyak-banyaknya. Di Eropa. Kau tau Bung, aku mendapati Papa kurang lihai dalam menempatkan kami di negeri sendiri. Terkadang kami berpikir, biarlah Papa tidak memikirkan nasib kami, namun kami akan tetap mencari celah bagaimana supaya kami masih sanggup berguna untuk Anak Segala Bangsa lainnya. Hopefully.

Saat kuliah sarjana, aku bilang ke calon suami: Aku mau kuliah ke luar negeri lho buat belajar Kimia Organik. Dia menanggapi simpel saja: Ya kejar donk, tapi sebelum kamu ke sana, harus nikah dulu sama aku. Lalu aku bilang: Ya lihat saja nanti berhasil nggak. (Dalam hati: gawat kalau beneran, aku bakal nikah muda nih). Tidak banyak orang yang tahu kecuali segelintir orang bahwa aku memiliki mimpi untuk kuliah di Belanda. Segelintir orang itu pun tidak banyak berkomentar. Sehingga perjalanan anganku berlajut dalam diam, dalam hati, dalam pikiran, dan dalam doa saja. Tidak banyak kata. Pokoknya jalan terus, awas terhadap setiap kekurangan dan kesempatan yang ada. Sebenarya tidak cuma ke Belanda sih anganku, namun ke belahan dunia lainnya juga, pokoknya yang mau menerimaku, yang cukup berkualitas, dan tidak terlalu membebani. Saat itu ada banyak sekali pihan dengan banyak pertimbangan. Sampai-sampai, aku hafal banyak universitas baik nama, tempat, persyaratan masuk, dll. Teman-temanku ternyata banyak juga yang ingin ke luar negeri. Andai mereka tahu, mereka bisa menanyakan padaku segala hal tentang universitas dan beasiswa di luar negeri.

Aku ini orangnya penuh pertimbangan. Aku memikirkan saat yang tepat dan meramalkan sendiri kapan aku harus berangkat, menikah, punya anak, dsb. Sehingga aku harus persiapan apa saja dan sejak kapan. Bila dipetakan, maka anganku bisa menjadi peta selebar kertas ukuran A5 skala 1: 2 juta. Haghag.. *becanda. Namun jujur, aku berharap banget alam semesta berkonspirasi untuk mewujudkan impianku lewat bisikan Tuhan. Allah SWT nggak pernah mengingkari nikmat-Nya kepada hambaNya. Aku dilewatkan jalan yang penuh tantangan. Sepanjang jalan aku penasaran dan bertanya-tanya: mengapa ini terjadi padaku? Apa lagi nanti yang akan terjadi padaku? Bisakah aku melaluinya?

Kau tahu, banyak sekali rumus yang Dia pergunakan untuk mengatur hidupku yang menakjubkan ini hingga aku tak paham dan menganggapnya keajaiban. Percayakah kalian, bahwa semua anganku tersebut teraih dengan mulus. Tanah Eropa sudah aku injak-injak selama 3 minggu ini. Ya. Aku di Belanda.. EROPA yang menakjubkan untuk 2 tahun ke depan. Kuliah Master di salah satu universitas riset terkemuka. Yang publikasi risetnya sampai berkali-kali menjamah jurnal paling bergengsi di dunia: NATURE.




Namun tahukah kalian, perjalanan anganku belum berhenti. Sampai sekarang aku masih bertanya-tanya, apa yang akan terjadi padaku nanti? Bilakah semua anganku tidak akan pernah sia-sia? Bisakah aku menikmati seluruh rangkaian perjalanan ini? Aku masih terus bergantung padaNya. Eropa ternyata hanya sekecil ini, dan aku tak ingin membiarkan kaki-kakinya mengangkangi Tanah Air Ibu Pertiwi tempat surga berada.