Beri tau aku mengapa aku harus ragu,
Kalau sudah aku melihat betapa indahnya kamu,
Kalau sudah aku membuat segala burukmu tak dirasa ada.
Lalu aku pikir, tidak cukupkah rasa itu mensemayami hati?
Rasa apalagi yang lebih aku inginkan,
bila itu adalah tingkatan rasa mahabbah tertinggi seorang manusia?
Tahukah kau, nurani dan akal-ku menjawab :
bahwa ini anugerah yang tercipta sama di tiap jiwa.
Tak ada gunanya aku mengais rasa pada jiwa yang lain…
karena hanya kamu yang akan mampu membalasnya.
Karena sungguh, fitrah keburukan hanyalah ciptaan yang kelak fana.
Dan keindahan adalah sebuah keabadian.
Maka aku memilih yang abadi.
Dan menikmatinya sebagai kebahagiaan sejati.
-Terimakasih telah mengajariku-
3 komentar:
Apakah sajak-sajak cinta yang tak menyebut namaku itu?
aku sering tersesat di sana
terkejut pada kata yang tak pernah aku tahu, padaku mereka ingin mengucap apa
aku kerap terjerembab di sana,
berjalan pada bait-bait yang rumit, yang aku tahu tak hendak mengantarku kemana.
tapi aku betah di sana
seakan sembunyi dari banyak bunyi,
yang bertahun-tahun memaksa aku memekakkan telinga sendiri.
ah, alangkah kamusnya engkau,
sebetapa sempit lidahku.
aku ingin tahu, apakah sajak-sajak itu kau tulis untuk aku?
saya sedang menikmati... :)
@ Bumi : it's just for my lifetime partner who comes from heaven and from a pure heart :)
Posting Komentar