Hai,
Sudah setahun saya resmi meninggalkan Jogja dengan segala kenangannya. Meskipun selama 5 tahun Jogja tidak sepenuhnya lengkap karena kekasih saya tidak tinggal di Jogja, tetapi segala sudut-sudut kotanya terasa lengkap hanya dengan sekilas pandang dan kebersamaan dengan mereka yang pernah saya temui di Jogja.
Dimulai dari Mbak Lika, Shima, Mas Roni, Mbak Yun, Budhe Latip, tetangga rumah, para asisten rumah tangga mbak Lika, teman-teman dari berbagai kampus, teman-teman KKN, teman-teman magang, teman-teman di laboratorium, teman-teman organisasi, teman dolan (Ipah), teman dolan lain ke pantai dan ke desa-desa, para dosen, para mahasiswa, penjaja makanan di warung langganan, teman ngobrol di cafe dan di mall, teman-teman nonton film di bioskop, teman kursus, dan sebagainya yang menyaksikan aku berkembang di Jogja.
Rasanya sungguh klasik bila mengingat semua mereka di sana. Bila aku tak melalui kehidupan di Jogja, mungkin aku tak akan melalui kehidupan di tempatku sekarang.
Sudahlah.
Apakah ada kesempatan aku bisa kembali ke Jogja? Mungkin ketika aku datang, tempat itu sudah lebih baik lagi dari sebelum aku pergi.
Sekarang aku tengah bersiap untuk mengukir kenangan di sini, Nijmegen yang tua dan mungil.
Oiya, saya kangen sama keponakan saya yang masih lugu, Shima, anak umur 9 tahun. Aku bersamanya semenjak dia berumur 3 tahun, menyaksikan dia berkembang sebagai balita dan anak-anak. Sungguh menimbulkan haru bila mengingat keluguannya sebagai anak kecil tak berdosa. Segalanya indah. Baik-baik kamu di sana, Shima. Apakah 2 tahun lagi kamu masih selugu terakhir aku mencubit pipimu? :')
Vossendijk 219, Nijmegen
Pukul 21.37
Sudah setahun saya resmi meninggalkan Jogja dengan segala kenangannya. Meskipun selama 5 tahun Jogja tidak sepenuhnya lengkap karena kekasih saya tidak tinggal di Jogja, tetapi segala sudut-sudut kotanya terasa lengkap hanya dengan sekilas pandang dan kebersamaan dengan mereka yang pernah saya temui di Jogja.
Dimulai dari Mbak Lika, Shima, Mas Roni, Mbak Yun, Budhe Latip, tetangga rumah, para asisten rumah tangga mbak Lika, teman-teman dari berbagai kampus, teman-teman KKN, teman-teman magang, teman-teman di laboratorium, teman-teman organisasi, teman dolan (Ipah), teman dolan lain ke pantai dan ke desa-desa, para dosen, para mahasiswa, penjaja makanan di warung langganan, teman ngobrol di cafe dan di mall, teman-teman nonton film di bioskop, teman kursus, dan sebagainya yang menyaksikan aku berkembang di Jogja.
Rasanya sungguh klasik bila mengingat semua mereka di sana. Bila aku tak melalui kehidupan di Jogja, mungkin aku tak akan melalui kehidupan di tempatku sekarang.
Sudahlah.
Apakah ada kesempatan aku bisa kembali ke Jogja? Mungkin ketika aku datang, tempat itu sudah lebih baik lagi dari sebelum aku pergi.
Sekarang aku tengah bersiap untuk mengukir kenangan di sini, Nijmegen yang tua dan mungil.
Oiya, saya kangen sama keponakan saya yang masih lugu, Shima, anak umur 9 tahun. Aku bersamanya semenjak dia berumur 3 tahun, menyaksikan dia berkembang sebagai balita dan anak-anak. Sungguh menimbulkan haru bila mengingat keluguannya sebagai anak kecil tak berdosa. Segalanya indah. Baik-baik kamu di sana, Shima. Apakah 2 tahun lagi kamu masih selugu terakhir aku mencubit pipimu? :')
Vossendijk 219, Nijmegen
Pukul 21.37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar