Sejujurnya saya bingung... tiap hari bingung, bingung, dan bingung.
kalau orang bilang, sudah hadapi saja apa yang ada didepanmu dengan sebaik-baiknya, semaksimal mungkin karena Tuhan menilaimu bukan dari hasil, akan tetapi dari proses itu tadi.
tapi dan tapi, saya jadi teringat cerita seorang Kartini, bahwa secara fisik, Kartini gagal karena melakukan pilihan-pilihan yang salah. Kartini ditakdirkan gagal. Andai saja Kartini tidak menerima tawaran Abendanon untuk membatalkan niatnya belajar ke Eropa, andai saja Kartini tidak menerima lamaran Bupati Rembang, R.M. Adipati Joyoadiningrat... andai saja, andai saja.
Bimbang...
Hanya karena saya ingin mempunyai rencana. Hanya karena saya ingin membuat manajemen jangka panjang dalam hidup saya. Dan mengapakah saya mengharuskannya? hal ini membuat otak saya penuh dengan keinginan dan mimpi yang entah baik atau nggak bagi saya.
Orang bilang, pengalaman akan menempa mental dan mendewasakan manusia. Itulah, hanya karena saya ingin kuat mental, saya pun seolah mencari-cari masalah dan mencoba hendak menyelesaikannya. Namun sejujurnya saya bukanlah mencari masalah. Entah apa itu namanya. Bukan pula diri ini berniat untuk menjadi orang besar kelak, apa pula itu orang besar?
Hanya karena pula, saya ingin hidup saya ini tidak sia-sia.
Terlalu banyak formulasi, otak saya penuh dengan formulasi hidup, yang membuat badan ini capek dengan sendirinya. Karena tiap hari saya harus waspada akan keadaan internal diri, baik fisik maupun jiwa. Karena tiap hari saya merasa harus membaca pertanda dari Tuhan. Melakukan validasi dan kaliberasi diri setiap waktunya.
Oh, rumit sekali.
Andaikata saya tidak mempedulikan keinginan dan mimpi-mimpi itu, akan jadi apakah aku? Saya pikir saya pasti akan kalah, lebih kalah dari seorang Kartini (yang sebenarnya berhasil).
Saya pikir saya hanya sedang gagal dalam melakukan formulasi untuk diri saya sediri. Ada sesuatu yang dosisnya berlebihan dan secepatnya harus saya kurangi.
Tak bisalah saya tuliskan disini bagaimana detailnya, saya akan pusing dan membuat kerjaan saya malam ini tidak akan selesai kukira. Sudahlah, anak adopsi saya beberapa bulan lalu sedang menanti. Selamat malam.
kalau orang bilang, sudah hadapi saja apa yang ada didepanmu dengan sebaik-baiknya, semaksimal mungkin karena Tuhan menilaimu bukan dari hasil, akan tetapi dari proses itu tadi.
tapi dan tapi, saya jadi teringat cerita seorang Kartini, bahwa secara fisik, Kartini gagal karena melakukan pilihan-pilihan yang salah. Kartini ditakdirkan gagal. Andai saja Kartini tidak menerima tawaran Abendanon untuk membatalkan niatnya belajar ke Eropa, andai saja Kartini tidak menerima lamaran Bupati Rembang, R.M. Adipati Joyoadiningrat... andai saja, andai saja.
Bimbang...
Hanya karena saya ingin mempunyai rencana. Hanya karena saya ingin membuat manajemen jangka panjang dalam hidup saya. Dan mengapakah saya mengharuskannya? hal ini membuat otak saya penuh dengan keinginan dan mimpi yang entah baik atau nggak bagi saya.
Orang bilang, pengalaman akan menempa mental dan mendewasakan manusia. Itulah, hanya karena saya ingin kuat mental, saya pun seolah mencari-cari masalah dan mencoba hendak menyelesaikannya. Namun sejujurnya saya bukanlah mencari masalah. Entah apa itu namanya. Bukan pula diri ini berniat untuk menjadi orang besar kelak, apa pula itu orang besar?
Hanya karena pula, saya ingin hidup saya ini tidak sia-sia.
Terlalu banyak formulasi, otak saya penuh dengan formulasi hidup, yang membuat badan ini capek dengan sendirinya. Karena tiap hari saya harus waspada akan keadaan internal diri, baik fisik maupun jiwa. Karena tiap hari saya merasa harus membaca pertanda dari Tuhan. Melakukan validasi dan kaliberasi diri setiap waktunya.
Oh, rumit sekali.
Andaikata saya tidak mempedulikan keinginan dan mimpi-mimpi itu, akan jadi apakah aku? Saya pikir saya pasti akan kalah, lebih kalah dari seorang Kartini (yang sebenarnya berhasil).
Saya pikir saya hanya sedang gagal dalam melakukan formulasi untuk diri saya sediri. Ada sesuatu yang dosisnya berlebihan dan secepatnya harus saya kurangi.
Tak bisalah saya tuliskan disini bagaimana detailnya, saya akan pusing dan membuat kerjaan saya malam ini tidak akan selesai kukira. Sudahlah, anak adopsi saya beberapa bulan lalu sedang menanti. Selamat malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar