Jakarta – Kepala Badan Fiskal (BKF) Kementrian Keuangan Anggito Abimanyu kemarin (24/5) berpamitan kepada kolega-koleganya. Mulai Kamis lusa (27/5), Anggito menjadi dosen program Doktoral di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dalam pidato perpisahannya, Anggito berpesan agar kejadian yang mempermalukan dirinya tidak terulang. “Biarlah saya menjadi orang terakhir yang mengalami kejadian seperti ini, dipermalukan. Tidak ada orang yang boleh sewenang-wenang, siapa pun itu, (apalagi) termasuk para pemimpin. Jangan suka mempermalukan orang, “katanya dengan nada tinggi.
Anggito yang sudah menandatangani pakta integritas dan kontrak kerja sebagai wakil menteri keuangan pada Januari lalu gagal dilantik. Presiden SBY justru menunjuk DirJen Anggaran Anny Ratnawati sebagai wakil mentri keuangan.
Meski merasa dipermalukan, Anggito menyatakan tidak dendam. Karena itu, dia tidak pernah mengadakan konferensi pers atau membuat buku putih untuk menjelaskan posisinya. “Apa yang saya lakukan adalah pembelajaran yang sangat penting. Menjadi pemimpin itu hanya semntara, tapi harga diri dan suara hati itu yang abadi,” tuturnya.
Anggito menyatakan bangga karena pada hari pertamanya kembali menjadi dosen, dirinya akan disambut rektor dan jajaran guru besar UGM di kampus Bulaksumur. Kampusnya juga telah menugasi Anggito kembali mengampu mata kuliah metodologi penelitian untuk mahasiswa program doktoral UGM serta memimpin Research Center Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. “Saya terharu dan tersanjung. Saya merasa dihargai”, ujarnya.
Dengan kembali ke kampus, Anggito juga ingin melengkapi prestasi akademisnya dengan gelar professor. “Orang tua saya selalu nanya, kapan bisa jadi professor. Itu pertanyaan yang tidak pernah bisa saya jawab jika saya tidak kembali ke kampus”, kata doktor ilmu Ekonomi dari University of Pennsylvania itu.
Anggito juga merasa kepulangannya ke Jogja membawa hikmah karena dirinya bisa menjaga ayahnya yang sedang sakit. Apalagi adiknya yang selama ini mendampingi ayahnya justru akan pindah ke Jakarta karena diangkat sebagai staf ahli menteri pekerjaan umum.
Source : Radar Jogja, 250510
Positif thinking :
<> Bukan berarti pak Anggito gila penghargaan dari khalayak, akan tetapi dengan kembali ke kampus, dirinya sedang going with flow dengan sedikit maneuver agar dirinya bisa mengoptimalkan kemampuannya, kecerdasannya, dan mewariskan ilmu bermanfaat untuk generasi muda. Dan saya sangat setuju akan hal ini, bilamana jiwa ilmuwan di dalam diri adalah murni.
<> Ada orang yang tidak tahan cercaan sehabis dia menjadi pemimpin. Contohnya saja Bp. B. J. Habibie yang memilih untuk tinggal di Jerman. Saya kira ini adalah kasus yang sama. Dimana integritas sebagai ilmuwan lebih menonjol ketimbang harus bersinggungan bulat-bulat dengan urusan politik dan para pejabat yang tak ada habisnya. Dan itu adalah wajar. Lain halnya dengan manusia seperti Gus Dur yang tahan cercaan. Sikap maupun keputusan kedua tipe manusia ini sangat manusiawi dan patut dihargai. Masing-masing beralasan kuat dan masuk akal. Thumbs up! ^_^
<> Gelar Profesor, tadinya bukanlah sesuatu yang utama, karena menurutnya segala prestasi dunia dan akhirat bisa didapatkannya di luar kampus tanpa suatu gelar ‘Prof.’ di depan nama lengkapnya. Akan tetapi, ternyata nasib berkata lain. Karena orangtualah yang berharap, dan beliau merasa mendapat kesempatan untuk mewujudkan harapan orangtuanya, maka diambillah kesempatan itu untuk dapat menjadi Guru Besar di Universitas ternama di negeri ini. Menurut sudut pandang saya, ini tidak ada salahnya jikalau beliau benar-benar pantas menyandang gelar itu. Good Luck…!!! Welcome back Jogja, then PROVE IT…!!!
3 komentar:
Pendidikan TUHAN memang mendidik. Semoga ia tulus!
Posting Komentar