Such a contrary and real, sure.
Today, if you saw me in my campus you’d get me with a deathly pale face sticked out. That was all about the hectic administration. Fancy this,
1. PKM, aku terlanjur berkelompok sama orang-orang yang berkepentingan NGGAK SENADA sama kepentinganku. So, aku amat sangat terepotkan mengurus ini itu, dan akhirnya banyak yang kukerjakan sendiri. Yah, mo gimana, mo nyalahin siapa, tak panteslah aku mengeluh berat-berat soal ini.
2. Mengenai proses penulisan betapa aku teribetkan dengan administrasi PKM tahun 2010 ini, sungguh peraturan yang amat-sangat membingungkan. Kuanggap ini adalah keluhan bersama-sama. Jadi seluruh mahasiswa memang kesulitan dan hobi nanya ini itu ke yang lain, yang lain ke yang lainnya dan seterusnya. Akibat : PEMBOROSAN KERTAS!!! Oooh aku sangat benci bila kertas dibuang-buang. Apalagi hanya karena kesalahan SEHURUF aja harus ganti kertas 8 lembar dan PKM jadi nggak diterima DIKTI. Hoooah really unduly!!!
3. Well, seharian tadi taukah apa yang kukerjakan? Kukira malam ini aku bisa tidur nyenyak karena part time-ku bisa selesai senja. The fact was all out outline. Jadi sehari tadi kerjaanku adalah menunggu kesibukan dosen pembimbingku menyisakan sedikit celah untukku yang anak didiknya ini. Empat setengah jam, chuy! Dan itu bukan penantian yang berasa ‘piquant’ gitu yaa, itu tuh penugguan yang melelahkan dan berdampak out of control. Tiap setengah jam aku cek ruangannya apakah sang bapak sudah kelar. Soalnya apa? Kutelfonin malah masuk mailbox, disms kaga nyampe gara-gara si lambreta indosat waktu itu. Oh teramat menyebalkaaaannnhh. Mengapa ini melelahkan? Kantor sang bapak itu dua bijis, dan berada di gedung yang antaranya juauuuh kalo dipake buat jalan kaki. Belum lagi posisinya di lantai 3!! Dan yang lebih parah lagi, aku mondar-mandirnya sendirian tanpa seorang kawan. What to be done yaa, miseryiiiii ToT’,, semuanya juga lagi pada sibuk tak mau terganggu. Udah kubilang kan, kelompok PKM-ku nggak senada kepentingan maupun jadwalnya denganku. Huuuuffh, bener-bener capek pikiran dan perasaan. …………kata menyerah pun menggelayut manja, kulihat matahari di atas kampus membakar pemandangan, suram sejenak…….. hmhm tinggal dua-tiga langkah lagi sebenarnya semua akan beres. Tapi mengapa begitu sulit???
And, today if you saw me on this scence you’d get me with a lovely face because of unsaturated smiles.
Setelah hamper putus asa gara-gara belum dapat pengesahan dari dosen *hari terakhir pengumpulan jewh!*, dalam kemondar-mandiranku antara unit 1 dan unit 3 dengan melintasi kantin gara-gara pingin jus melon, dapatlah undangan suara untuk bercengkrama dengan abang napong berkawan abang adit di gazebo kantin. Ngobrol ngalooor ngiduuuul, lumayan mengobati ‘kesendirian’. Karena saat itu kampus sepi dengan aku yang suram sangat bersinergi mensintesis kesenduan. Bener-bener lonaaaa….!!!! Si abang napong itu, kemana dia pergi selalu membawa wajah rame yang tak dimiliki wajah rame lainnya. Thanks so…!
Untuk yang terakhir kalinya aku cek keberadaan pak dosen di unit 1, nggak ada… hmmmh udah pingin balik ke rumah aja ini rasa, nguantuknya minta ampuuunn. Kuputuskan nggak menelefon tapi sms saja, “Bapak sedang ada dimana?di mana pun saya akan kesana.” Hahaha mekso sekali yah.
Tak lama kemudian dibales, “hehehe jangan putus asa ya mbak mencari saya. Silakan ketemu saya di Fak. Filsafat, auditorium lantai 3. Saya lagi ada meeting. Nanti saya luangkan waktu.” Oooooowwwh you break my desparate bapaaaaaaak!!! My clear sky is so much cloudless anew.
Di Filsafat,tak susah kucari gedung yang kutuju, tepat di depan kampus Psikologi, tepat di atas masjid psiko-filsafat. Saat menyambut kedatanganku, face pak dosen aneh deh, sembari bertanya “mana temenmu yang lain?sendiri kesini?”, kujawab deh “eh, sedang pada praktikum pak, ngga bisa ikut”, hmmmhhhh *nggak tau kan pak, kalu dari tadi saya tuh mondar-mandir sendirian geje hanya untuk menanti tangan bapak menandatangi paper saya… hiks*.
Beliau baca-baca sebentar dan mengangguk-angguk, “sudah nggak salah lagi formatnya?awas lho jangan kalah sebelum bertanding”
“ow, sudah pak, sudah saya pastikan sesuai dengan SOP.” Setelah semuanya tertandatangani, lega.
Kata-kata terakhir bapaknya, “yaa semuanya memang nggak semudah membalikkan telapak tangan, kau harus belajar untuk mau susah. Saya kira judulnya sudah bombastis karena sangat up to date. Daftar pustakanya pun juga terbit baru-baru ini kan, saya nggak tahu gimana final gagasan yang kamu tulis, karena nggak sempat melanjutkan memeriksa. Lain kali kalau buat karya tulis dan saya jadi the choose one buat mbimbing, hubungi saya lebih awal ya! nah, mau ke pak Edy kan?, hati-hati di jalan, semoga nggak hujan”.
Uwaaaaaaooooh kata-kata itu adalah mata air, snow ball pun bergulir, konayuki!! Hmhmhm senangku tak berujung. Pas di kampus, menemui Pak Edy, Wakil Dekan Kemahasiswaan kami, sebagai pengesahan terakhir dari pihak fakultas akhirnya tertandatangani juga. Tapi masak ya, beliau bilang gini deh “Ooo kamu angkatan 2008?? Masih kecil ya… kecil-kecil udah buat PKM, independence lagi. Bisa ya?” hiiih ngledek bapak ya… tentu aja bisa, lha ini sudah jadi. “kalau Cuma buat bisalah Pak, hasilnya wallahu a’lam. Karena saya pribadi nggak bisa memparameteri nilainya.”
Kemudian aku ke rektorat jalan kaki nyeberang jakal, rektorat sore bener-bener horror. Apalagi saat itu awan kelabu menyelimuti kampus. Berjalan aku sendirian menyusuri lorong-lorong kastil. Suasana kastil bener-bener muram durja. Sewaktu melintasi balairung, gerimis pun merebah. Haduuh hujan, jangan dulu donk, tinggal selangkah lagi urusanku selesai please! Akhirnya sampai juga di bagian kemahasiswaan. Antreeeeenyaaaa…. I got into line. Kuserahkan hard-saftcopy GT-ku. Masuk entri. YESS!!! Akhirnya.
Alhamdulillah, Begini saja aku sudah senang, gimana nanti kalau menang :)
Sekarang, kutuliskan hikmahnya ya :
Aku sadar nih ya, saat kita merasa putus asa dan sangat kesusahan, saat merasa tak ada lagi harapan untuk terus berjuang, maka janganlah dirasakan kesusahan itu. Jangan biarkan kesusahan itu menjadi penghambat karena akan dapat merusak segalanya, meluruhkan cita-cita yang udah terbangun setinggi langit. Pikirkan saja, bahwa setelah nanti kita mendapat kesenangan, kita pasti lupa dengan segala kesusahan yang tengah menimpa kita itu. Saat kita mendapat kesenangan, kita kan merasa bahwa kita senang, nggak susah dan semuanya mudah dirasa… nah, pikirkan saja hal itu.
Jangan berpikir kalau kita teraniaya kemudian balas dendam dengan melakukan refreshing sebelum semuanya terlaksana sampai titik darah penghabisan, itu berarti kita menyerah. Walaupun dengan refreshing kita dapat senang bahagia dan mudah, tapi itulah kebahagiaan semu. Kita tak akan mendapatkan apa-apa, tak mengecap betapa manisnya perjuangan itu. Yang seperti itu namanya pecundang. Kita tak mendapatkan kepuasan dari jerih payah kita. Maka saat kita susah, pikirkan kita bisa melewati kesusahan itu sampai akhir dan pasti akan ada kesenangan yang rasanya nikmat sekali. Yang membuat susah ini tak berasa susah lagi, yang membuat susah ini bukan apa-apa lagi.
Dan apabila nanti gagal dalam hasilnya, maka belajarlah menerima. Gagal bukanlah apa-apa melainkan pelajaran yang menempamu menjadi seorang manusia yang besar, yang mulia di mata Tuhan. Bersyukur saja, karena semakin banyak kegagalan, semakin banyaklah ilmu kita. Kegagalan menunjukkan bahwa kita memang belum diizinkan berhasil, kita belum pantas berhasil. Bila kita sadar, kita sebenarnya diharuskan untuk menjadi seorang yang pantas menerima keberhasilan. Karena kita hidup mempunyai hak yang sama, mempunyai jatah anugerah yang sama dengan yang lain. Tinggal usaha dan proseslah yang membedakan kita dengan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar