Senin, 18 Agustus 2014

Companion

"Masak iya aku harus selalu menemanimu?"

I realize that human can never be depent on. That isn't absolute. How lucky those who have someone to lean on for the rest of their life, not just become a single fighter. I realize that I'm often lost, can not remember that God is in me.. deep inside me. That is why I often come back to my father and my mother. Two people who always be there everytime I need, everytime I need to be closer to God. I think God will be happy if I can win my ego for Him.

Sabtu, 19 Juli 2014

Accident

So shocking.. I didn't have a chance to meet my father to say salam before going to my husband's house and this evening I found my father had a car crash while he drove his car after visiting Solo. What I am worrying about is that my father is not physically young anymore. Although there was no wound, how he shocked is something I have to take it as a deep attention. So sad and sorry that I can not see him, his face especially, right now. My father is someone who always provides everything I need in my whole life, even in this marriage life of mine. He gives, even though I do not tell or say a word. Hope everything is going well. :'(

Rabu, 16 Juli 2014

Suatu Siang di BSD

Hai semuaa.. lama sekali tidak menulis. Ada banyak moment yang terlewatkan dan berharga untuk ditulis kisahnya di sini. Tapi, kemarin-kemarin tidak ada sepercik keinginan untuk menulis. Sekarang sedang memulai untuk mengembalikan semangat bercerita. Mari dimulai. Hmm..

Saat ini, saya sedang di BSD di Serpong. Tadinya hari ini saya bermaksud untuk belanja ke Tanah Abang nyari baju koko buat suami. (Oh iya, Hey! aku udah punya suami! Hahaha.. nanti deh ceritanya) Di rumah sudah punya satu sih.. Tetapi tentu saja harus punya ganti. Mengapa memiliki baju koko penting? karena di desa kampung halamanku, radisi ketika sholat di masjid itu harus menggunakan baju koko, sarung, dan peci. Lengkap. Tidak ada jemaah yang sholat di masjid hanya menggunakan kaos dan sarung saja. Karena, budaya santri tidak memperbolehkannya. Menghadap Tuhan harus dengan pakaian bersih dan rapi, kalau bisa wangi juga. Oke, jadilah belanja ke Tanah Abang tertunda sampai besok. Oiya, hari ini saya di BSD karena ikut suami yang sedang tugas kerja di sini selama dua hari. Ndak enak banget buka dan sahur sendirian di Jakarta tanpa suami, saya kan lumayan urban. Baru 1,5 bulan di sini dan tak tahu medan. Sebenarnya ini hari kedua suami saya bertugas di sini. Cuma kemarin dia pulang dulu jemput saya. Kasian sih, nyampe rumah sudah hampir tengah malam dan kehujanan, jam 7 pagi sudah harus berangkat lagi. Dia pulang dulu karena katanya nggak tega membiarkan saya sahur sendirian. (Untunglah dia nggak tega.. jadi saya punya teman sahur, hahaha) Tadi ketika berangkat kami naik bajaj dari kantor suami. Sopir bajaj-nya berasal dari Kebumen, trus diajak ngobrol gitu sama suami pakai bahasa ngapak. Kami berhenti di dekat stasiun Tanah Abang. Eh, nggak dekat dink, pemberhentian kami masih jauh dari stasiun. Kami harus berjalan kaki dengan langkah panjang dan cepat agar tidak ketinggalan kereta. Olahraga pas puasa! Suami saya orangnya lumayan tinggi, sedangkan saya ini orangnya pendek. Jadi harus mengeluarkan tenaga lebih untuk bisa menyamai irama jalan suami. Akhirnya kami sampai BSD pukul 9 pagi, trus ditinggal suami bertugas, saya nunggu sampai dia selesai sambil tdur sambil internetan, sambil istirahat. Nanti sore kami bisa buka puasa bareng. Horeee... Besok pagi seusai sahur kami harus bergegas kembali ke Jakarta biar tidak ketemu kerumuman orang 'tumumplak' di kereta.

Sedikit cerita, suami saya ini seorang "Yes man" kepada atasan di kantornya. Jadi atasannya minta apa, selalu dia sanggupi. Diminta kemana ngerjain apa selalu bilang oke. Hingga sampai rumah itu selalu tepar. Hal yang tidak dimiliki oleh teman lain seangkatannya. Untung saja dia mempunyai atasan yang cukup baik hati dan membiarkannya bisa berkembang sesuai kesempatannya. Sehingga, dibanding teman lain seangkatannya, suami saya tergolong orang yang cukup berkembang. Meskipun saya tidak tahu menahu apa yang dikerjakannya, tapi saya memahami bahwa apa yang dikerjakannya tersebut bisa bermanfaat buat orang banyak dan membuatnya sanggup mengembangkan dirinya. Dia sudah bekerja cukup keras sebagai abdi negara. Jadi bila ada yang menganggap abdi negara semacam suami saya itu kerjaannya santai, enak, dan nyaman, maka saya kurang setuju. Bahkan saat akhir pekan pun terkadang dia masih bekerja, meskipun di rumah. Katanya belum sempat mengerjakan inilah itulah, gara-gara saking banyak apa yang harus dikerjakannya. "Gas poll" deh pokoknya! Belum ada seminggu setelah pernikahan kami pun, dia harus tugas ke luar kota dan meninggalkan saya, setelah itu masih ada tugas lagi, lagi, dan lagi. Namun saya tetap bersyukur suami saya menjadi seperti itu, untuk sekarang ini. Sebenarnya, keinginan utamanya adalah dia bisa sekolah lagi, mengejar saya sampai Nijmegen. Namun saat ini memang baru bisa sabar saja sambil berproses. Saya pun juga memastikan diri saya untuk tetap selalu berproses juga, hingga memutuskan untuk engharuskan diri ke luar negeri, mencari apa yang tidak saya jumpai di sini. Saya pun tidak ingin menjadi orang yang stagnan.

Hari ini saya download beberapa OST film Departures gara-gara suatu waktu kemarin, suami saya sebelum pergi muter lagu berjudul "Memory", dan... bagus juga. Kata dia, nanti lagu itu akan menjadi Theme Song dia pas aku departing dari Terminal 2 Soekarno-Hatta untuk 2 tahun ke depan. Haduuu... ingat itu malah bikin sedih. Sudah ah, sampai di sini dulu cerita dari saya. Tot ziens!

Selasa, 01 Juli 2014

Scream in Loud

Ternyata dunia ini penuh teriakan
Oleh hati orang-orang yang mengharu-biru
Oleh perasaan yang belum terselesaikan
Riuh dan gaduh
Tak terjamah orang lain
Dunia yang demikian seperti terkotak-kotak tebal
Kotakmu hening buatku
Namun demikian, aku yakin ada perasaanmu yang belum selesai sampai klimaks
Tangan mencakar dinding, aku tak tahu
Teriakmu menggelegar, aku tak dengar
Seperti juga aku, demikian juga aku.

Senin, 09 Juni 2014

LoS

Semakin nyata saja kalau saya harus pergi *menyiapkan hati*


Kamis, 01 Mei 2014

Teologi dan Teknologi

Ternyata ia rajin membaca blog-blog empunya motivator dan guru meditasi. Nampaknya ia tak familiar dengan cara kontlemplasi Nabinya sendiri. Tak paham bagaimana membuat dzikir merasuk sampai jiwanya hingga transenden. Adakah sufi Jawa? Memang sebuah tarekat tak diajarkan secara online, yang ada hanya wacana tak masuk akalnya. Teknologi dan teologi juga ternyata hanya bisa berdiri sendiri-sendiri. Teknologi hanya bisa menyajikan permukaan teologi. Sungguh kasihan anak sekarang. Bapak, tolong ajarkan. Demikian, aku perlu merenung sebelum mempunyai anak, bagaimana aku bisa membuatnya menghubungkan jiwanya dengan Sang Pemilik Jiwanya. Aku tak boleh melepas anak panah yang tumpul bukan? Ia tak akan bisa menancap tajam pada sasarannya. Bisa terlempar dan pecah berkeping-keping. Dan aku tak bisa melepaskan anak panah tanpa ilmu memanah bukan? Anak panahku hanya akan melesat tanpa arah dan tujuan.

Cinta Sebenarnya

Sebuah cinta antara laki-laki dan perempuan tidak diukur oleh seberapa besar komitmennya. Cinta yang sebenarnya cinta akan tetap ada kendati tidak diimbuhi apa-apa. Cinta ada dengan sendirinya, dengan apa adanya.

(Sebentar, kamu tahu cinta di sana itu apa? Kamu pernah benar-benar mengalaminya? Kamu nggak salah menyebutnya cinta? Atau ia sebenarnya hanya sebuah hubungan? Tapi memang benar demikian kan?  Masa bodoh, itu definisiku.)