Suatu kali di Vienna musim semi lalu ketika sedang berjalan sendirian
menyisiri jantung kota yang klasik itu, aku tiba di sebuah taman, Volksgarden
namanya. Rupanya di sekitar Hofburg Palace sedang ada pertunjukan orchestra, Philharmonic. Aku pun
menunggu untuk menyaksikan pertunjukan itu, sambil mengambil beberapa foto
taman dan orang-orang di sana. Tiba-tiba seorang wanita paruh baya
berkebangsaan Austria menyapa dan mengajakku ngobrol. Secara langsung dia memberi
pernyataan bahwa aku seorang muslim karena memakai jilbab. Aku pun nggak
terlalu terkejut, dan membenarkan penyataannya. Selanjutnya wanita itu bertanya
kepadaku tentang Islam, agama yang kuanut. Beberapa pertanyaannya adalah:
- Mengapa kamu beragama Islam? Tidakkah karena tradisi?
- Apakah kamu tidak mencoba membandingkan agamamu dengan agama lain lalu mencari kebenaran di antaranya? Apakah kamu pernah membaca Bible?
- Apakah kau menganggap Islam agama paling benar?
- Bisakah kau ceritakan kepadaku tentang Muhammad?
- Muhammad memiliki istri yang sangat banyak. Bukankah dia orang yang disucikan? Mengapa dia berpoligami? Tidakkah itu melanggar hak asasi? Apa pendapatmu tentang itu?
- Aku tidak paham tentang konsep bahwa Muhammad pernah diangkat ke langit lalu kembali lagi. Bisakah kau menceritakan detailnya bagaimana seorang manusia bisa sampai surga lalu kembali ke bumi?
- Mengapa orang Islam menyembah sesuatu yang tidak kelihatan? Bagaimana kamu mempercayai Tuhan yang tidak ada wujudnya? Ketika kamu sembahyang, apa yang kamu sembah?
- Tidakkah kau tertarik untuk mengetahui siapa Jesus? Jesus berinkarnasi menjadi manusia, hidup, lalu mati untuk menebus dosa manusia. Kalau kalau berdosa, siapa yang akan menjamin surga bagimu? Bukankah Jesus sangat pengasih sehingga mau turun menjadi manusia dan menebus dosa?
Kami mengobrol cukup lama hanya untuk aku menjawab pertanyaan
demi pertanyaan yang dilontarkan wanita itu, kira-kira hampir dua jam kami
berdiri sampai kakiku terasa mau copot. Bahkan ibu itu menawariku untuk duduk
di bangku taman, namun ternyata tidak ada yang kosong sehingga kami harus
berdiri. Jujur saja, aku tidak pernah membayangkan akan ditanya tentang
keyakinanku beragama Islam secara random oleh orang yang tidak aku kenal di
negeri antah berantah. Pertanyaan ibu itu sedikit banyak membuatku merombak
ulang tentang bagaimana aku berkeyakinan terhadap Allah Yang Maha Tunggal.
Sebenarnya tidak ada yang berubah dengan keyakinanku, malah semakin bertambah
karena pertanyaan wanita itu, hanya saja, aku perlu merapikan konsep ketuhanan
yang aku anut sehingga aku lebih paham bagaimana cara menjawab segala
pertanyaan random dari orang yang ingin mengetahui Islam lebih jauh seperti
wanita Vienna itu. Setelah aku tanya apa agamanya, dia menjawab bahwa dia
penganut Christian. Jawabanku kepada wanita itu, kira-kira begini:
- Aku memang beragama Islam karena orang tuaku beragama Islam. Sejak kecil aku belajar untuk mengetahui bahwa Tuhan itu tunggal, tidak ada Tuhan selain Allah. Sejak kecil aku belajar ilmu Tauhid, ayah memberi tahu bahwa belajar Tauhid itu wajib bagi setiap manusia. Setiap manusia wajib mengetahui bahwa Tuhan yang wajib disembah itu tunggal. Aku dan dunia seisinya ini diciptakan oleh Allah Yang Tunggal, yang Maha Kuasa, dan aku pikir itu masuk akal. Karena masuk akal, aku bersyukur sampai saat ini bahwa aku dilahirkan di tengah keluarga yang beragama Islam, agama yang dibawa Muhammad SAW, yang pernah bertemu dan berbicara sendiri dengan Allah Yang Tunggal. Jadi, memang awalnya aku beragama karena tradisi, tapi sekarang aku beragama karena keyakinanku sendiri. Aku sembahyang karena keinginan dan kebutuhanku sendiri, aku membaca Al Qur’an karena keinginan dan kesukaanku sendiri.
- Aku tidak tertarik mempelajari agama lain karena aku mempunyai konsep yang sempurna tentang Tuhan maupun semesta dan seisinya yang dijelaskan lewat Al-Qur’an. Aku pernah membaca Bible. Ayahku memiliki satu Bible di rumah, entah Bible Markus, Mathius, Lukas, atau yang lain aku tidak tahu. Aku tidak paham mengapa ada banyak versi injil dengan beberapa perbedaan, yang mana yang benar? Berbeda dengan Al Qur’an yang cuma ada satu versi di seluruh dunia ini, yang di dalamnya berisi kalimat-kalimat langsung dari Tuhan, bukan dari ucapan manusia. Seluruh isi Al Qur’an adalah perkataan Tuhan. Dari sejak zaman Muhammad sampai sekarang tidak ada yang berubah, satu huruf pun tidak ada. Isi di dalamnya pun sangat indah, estetis, dan masuk akal. Ketika saya baca Bible saat remaja dulu, isi di dalamnya tidak masuk akal. Aku menemui banyak kalimat-kalimat porno, bagaimana bisa yang namanya kitab suci terkandung kalimat yang tidak pantas dibaca oleh anak kecil maupun orang secara umum? Bible hampir mirip dengan Hadits yang isinya riwayat dari para manusia yang me-refer kepada Nabi, bukan dari Tuhan langsung, sehingga menurut saya validitasnya cukup meragukan. Banyak sekali kekurangan yang aku temukan ketika membaca Bible. Therefore, I cannot accept the-right-now-version of Bible as a Holy Book, but I accept Al Qur’an because I find it so true and beautiful. Whenever I recite Al Qur’an, it is like God is talking to me, and I think yes, God is really talking to me. That is why I find a whole concept of religion in Islam, because Islam provides a perfect Holy Book.
- Tentu saja aku menganggap Islam adalah agama yang paling benar, bila tidak maka aku sudah meninggalkannya. Namun perlu dicatat, meskipun aku menganggap Islam sebagai agama yang paling benar, aku tidak menganggap diriku lebih benar dari orang lain atau dari orang beragama lain. Ini perlu dibedakan. Dalam Islam, manusia itu tidak ada yang benar kecuali Muhammad SAW. Setiap sembahyang, aku masih selalu memohon kepada Tuhan agar ditunjukkan jalan yang benar. Thus, I will never support any kind of terrorism in the name of Islam. Terrorists think they are the most correct people, but they are wrong, they are definitely not the real Moslems.
- Muhammad adalah nabi terakhir yang diturunkan Tuhan untuk memberi peringatan kepada manusia yang melakukan kesalahan, untuk memberi kabar gembira bahwa Tuhan menurunkan Al Qur’an kepada seluruh umat manusia sebagai penerang dan pedoman yang mana AL Qur’an ini menyempurnakan kitab Taurat, Zabur, dan Injil yang dibawakan oleh Nabi sebelumnya. Muhammad adalah keturunan Nabi Ibrahim dari anaknya Ismail ‘alaihissalam, yang memiliki nasab orang-orang shaleh pada zamannya. Muhammad adalah nabi yang penuh kasih sayang dan dicintai oleh umat Muslim sedunia, yang berhasil menyampaikan risalah Allah dalam kurun waktu yang sangat singkat, yang kian hari pengikutnya kian bertambah banyak sampai saat ini. Muhammad adalah satu-satunya manusia suci yang pernah hidup di dunia, bebas dari kesalahan, yang Allah begitu mencintai dan menjaganya.
- Saya pikir anda memiliki konsep dan pemikiran yang kurang tepat mengenai poligami. Aku memakluminya, karena di Barat ini poligami dianggap sebagai sesuatu yang negative. Pada kenyataannya tidak demikian. Apabila anda mau mempelajarinya, poligami bisa jadi sesuatu yang positif karena meyelamatkan wanita dari fitnah, dari bahaya, dsb. Muhammad tidak berpoligami dengan alasan ingin menikahi gadis cantik, beliau tidak berpoligami dengan alasan ingin mendapatkan nafsu duniawi seperti anggapan orang-orang barat tentang laki-laki yang berpoligami. Muhammad bukan tipe manusia yang hidupnya dipenuhi dengan drama percintaan yang picisan. Bagaimana mungkin, padahal seluruh hidupnya beliau dedikasikan untuk menegakkan agama Islam, untuk mengajak manusia menyembah Allah SWT. Muhammad married with many women in order to spread his words as a Sunnah, in order to spread Islam to the foreign people and to the other people after him. You know, his words is really precious to know for every Moslem. He needed good people or good wives around him to memorize it and spread it. His life and his deeds become the perfect model for Moslem.
- Muhammad SAW memang memiliki keistimewaan, bahwa beliau diistimewakan Tuhan untuk diajak bertemu dan berbicara langsung dengan Allah melalui peristiwa Isra’ Mi’raj. Waktu itu, beliau sangat sedih karena dakwahnya di Tha’if tidak berhasil. Beliau dilempari batu hingga terluka. Istri dan paman beliau meninggal dalam waktu hampir bersamaan. Sekembalinya berdakwah dari Tha’if, beliau bersembunyi dan berlindung di rumah seorang Nasrani. Lalu, beliau didatangi oleh Malaikat Jibril, kau tahu Gabriel? In Christian, it is called The Holy Spirit, but in Islam we call it Jibril, and Jibril is not part of God. Jibril adalah makhluk yang diciptakan Allah dari cahaya, Jibril membawakan cahaya untuk dijadikan kendaraan bagi Muhammad. Anda tahu berapa kecepatan cahaya bukan? Sangat cepat, sehingga Muhammad hanya perlu waktu semalam untuk pergi dan pulang lagi. Dalam perjalanannya, beliau bertemu dengan para Nabi pendahulunya, termasuk Isa ‘alaihissalam (or Yesus). Aku paham, bahwa peristiwa ini tidak masuk akal, apalagi bagi orang-orang yang terlalu mendewakan science dan materi. Kebanyakan orang seperti itu berbalik arah menjadi atheis, karena mereka sulit memahami dan membuktikan ilmu metafisika yang sebenarnya ada. Manusia memang dipenuhi keterbatasan, untuk itulah manusia dilarang sombong. You know, being atheist means being arrogant.
- Ketika sembahyang, aku bukan menyembah sesuatu yang tidak terlihat. Tidakkah kita sadar bahwa dunia dan seisinya beserta seluruh kejadiannya ini adalah firman-Nya? Jadi, Allah bagiku sungguh nyata. Bukankah begitu? Adanya aku, itu karena adanya Allah, Tuhan Sang Pencipta. Tidak adanya aku pun juga karena Allah, Tuhan Yang Maha Berkehendak. Di dalam diriku ketika dalam penuh kesadaran, bersemayamlah Allah. Tuhanku bahkan lebih dekat daripada urat nadiku. Setiap muslim berusaha menghadirkan Allah di dalam dirinya 5 kali sehari lewat sholat. Kami tidak membutuhkan patung atau segala macam simbol buatan manusia untuk menyembah Tuhan, karena Allah tidak bisa disimbolkan. Bila seorang Muslim melakukannya, maka muslim itu telah mengingkari Tuhan dan telah mengucilkan Tuhan. Tuhan telah merepresentasikan keberadaanNya lewat segala ciptaanNya yang tiada bandingannya ini, yang bahkan terkadang kita menyebutnya keajaiban, sesuatu yang terjadi di luar penalaran kita. Aku pernah membaca dalam Bible bahwa Yesus adalah firman Tuhan, karena itulah Christian menyembah Yesus padahal Yesus tidak pernah mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan. Menurut pemahaman saya, semua kita ini dan segala ciptaan Allah ini adalah firman Allah. Allah menciptakan sesuatu tanpa susah payah, cukup berfirman “Jadilah”, maka jadilah ia ("Be", and it is). Tak terkecuali Yesus, anda, maupun saya. Kita semua adalah representasi dan bukti akan keberadaan Allah Yang Maha Tunggal.
- Saya tidak terlalu tertarik akan Yesus sebagai Tuhan yang berinkarnasi. Tapi mungkin saya tertarik akan cerita sejarah tentang bagaimana bisa Yesus dianggap sebagai Tuhan, karena saya mempercayai adanya Nabi Isa ‘alaihissalam sebagai Rasul yang diutus untuk bangsa Israil pada waktu itu. Peristiwa penyaliban cukup menarik bagi saya untuk diketahui sebagai cerita sejarah. Namun Al Qur’an sudah cukup menjelaskan peristiwa tersebut sehingga saya tahu kebenarannya karena saya percaya Al Qur’an sebagai kalam langsung dari Allah. Nabi Isa bukanlah Tuhan yang berinkarnasi karena beliau adalah manusia biasa ciptaan Allah. Menurut Al Qur’an, Nabi Isa tidak wafat di tiang salib. Nabi Isa tidak bisa menjadi penebus dosa bagi umat manusia. Masing-masing manusia harus bertanggungjawab akan setiap perbuatan yang dilakukannya. Apabila salah, harus meminta maaf. Apabila berbuat dosa, harus bertaubat yaitu menyadari dosa-dosanya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Taubat itu harus diniatkan sungguh-sungguh dengan menghadirkan Allah di dalam hatinya sebagai saksi, meminta maaf kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Allah pun berfirman di dalam Al Qur’an di surat At-Taubah, bila manusia benar-benar bertaubat maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Allah sungguh Maha Pengampun, seorang Muslim tidak boleh ragu bahwa Allah Maha Pengampun. Jadi, Tuhan tidak perlu menciptakan drama kehidupan dengan cara berinkarnasi menjadi manusia, menderita, lalu wafat di tiang salib hanya untuk menjadi penebus dosa manusia di dunia. Kalau begitu caranya, tuhan terkesan lemah sekali padahal yang namanya Tuhan sungguh mustahil selemah itu. Allah hanya cukup berfirman dan manusia tidak perlu meragukanNya, manusia hanya cukup mempercayaiNya saja. Allah sudah memberikan segala macam bukti akan keberadaanNya. Allah sendiri jugalah yang menjamin surga bagi para manusia yang mau bertaubat dan mengakui kesalahannya. If you know, there are 99 attributes of Allah that we call it Asma’ul Husna, there are also 20 mandatory nature of God, and there are 20 impossible nature of God.
Diskusi ini berlangsung interaktif. Ada beberapa
pertanyaan lain dari wanita Austria itu yang aku tidak ingat. Dia pun mengakui
juga bahwa orang Eropa sudah banyak yang atheis. Menurut mereka, kehadiran agama terutama agama Christian menghambat perkembangan science. Orang yang mengaku Christian
pun sudah banyak yang meninggalkan gereja, tidak pernah pergi ke gereja karena
mereka tidak menyukai dogma-dogma. Mereka sungguh orang-orang yang kritis. Aku pun menyaksikan bahwa gereja-gereja di
Eropa cukup sepi, hanya tinggal megahnya bangunan saja yang berdiri tinggi,
besar, dan menjulang. Selanjutnya, wanita Austria ini memberitahuku bahwa dia
adalah pegawai perpustakaan, bahwa dia banyak membaca buku tentang agama. Aku
menarik perhatiannya karena aku mengenakan jilbab dan jalan-jalan sendirian di
taman Volksgarden. Kemudian wanita Austria itu pamit bahwa dia ingin pulang.
Sebelumnya dia bertanya apa yang hendak kulakukan, aku menjawab bahwa aku ingin
menikmati beberapa nomor Beethoven dari Philharmonic yang akan dipentaskan sore
itu. Dia pun mempersilakan dengan sangat sopan. Aku berterimakasih atas segala
pertanyaan yang ia ajukan tentang Islam. Selanjutnya dia pergi, aku menunggu
pentas dimulai dengan duduk di bangku taman, sedikit merenungkan arti sebuah
keyakinan hingga saat ini.
Sampai saat ini dan insyaAllah sampai nanti, aku akan menganggap Islam sebagai agama paling benar. Tapi aku tak ingin menganggap diriku sebagai manusia yang paling benar dibandingkan orang lain. Dalam memperbandingkan agama, kita harus adil sejak dalam pikiran. Yaitu bagaimana kita bisa memposisikan diri kita pada mereka yang kuanggap memiliki keyakinan yang salah. Bukan orangnya yang salah, tapi keyakinannya yang salah. Adil dengan memposisikan diri kita bahwa mereka juga memiliki wilayah privasi, sebuah keyakinan yang kita tidak berhak menggugatnya. Let's discuss about religion objectively, without touching other's privacy. Kata guru saya, kamu boleh debat tapi hanya dalam rangka mencari titik temu. Kamu jangan berdebat bila kamu hanya ingin ngotot mempertahankan apa yang kamu percayai karena kamu menganggap pendapatmu paling benar. Tentu hal ini sulit sekali bila diterapkan dalam debat tentang agama karena sudah sewajarnya kita menganggap agama kita paling benar. Sehingga di sini, agama mungkin tidak untuk diperdebatkan. Lain halnya bila kamu berdiskusi, kamu harus memandang segala sesuatu secara obyektif. Jawab segala pertanyaan lawan bicaramu seadil-adilnya, sebaik-baiknya, setransparan mungkin. Diharapkan, di akhir diskusi nanti kamu akan mendapat hal baru, sebuah pencerahan tentang hal yang kamu anggap masih abstrak. Dengan keobyektifan, di sana akan tampak mana yang benar dan mana yang salah. Sehingga diskusimu tadi memberi guna, bukan malah memperkeruh suasana. Keyakinan, bagiku adalah misteri, seperti sebuah penjanjian rahasia antara tiap manusia dengan Penciptanya. Wallahua'lam.