Hai, apa kabar? Kenapa ya aku selalu bertanya “Apa kabar?” saat mulai menulis? Mungkin karena ingin tahu apakah yang baca tulisan ini hidupnya juga sedang sepenat hidupku. Hahaha.. Kalau pun tidak, oh then.. you are such a tough one! Bila iya, mari bersalaman dan bergandengan tangan secara virtual.
Kini aku menulis lagi untuk.. curhat. Kata orang, menulis dapat menumpahkan emosi dan mengurangi beban hidup, maka jadinya aku menulis. Sejujurnya aku hendak mengurai beban apa saja yang sedang kutanggung. Sejujurnya juga aku sebenarnya tidak ingin menulis tulisan yang berisi curhatan, melainkan tulisan yang cukup saintifik atau mungkin review skin care usia 30-an, atau hal lainnya yang berguna bagi para pembaca sekalian. Tapi Tulisan-tulisan seperti itu butuh pikiran yang lapang, itu juga sudah jadi pekerjaan sehari-hariku dari Senin sampai Jumat kalau hanya sekedar menulis tulisan yang cukup saintifik. Di weekend ini, aku hanya ingin bercerita menumpahkan pikiran tanpa repot berpikir rumit sajalah.
Kemarin aku sudah menyelesaikan pembuatan CV untuk nanti kukirim dalam lamaran PhD. Hari ini rencananya aku ingin membuat cover letter yang bagus. Aku ingin bisa tembus PhD dan mendapatkan unconditional LoA dalam sekali tembak supaya hidupku tidak terlalu rumit. Jadi segalanya harus kupastikan kalau langkahku nanti tidak banyak kesalahan. Jadi aku ingin sedikit ada ‘break’ dalam proses ini sambil mereview langkah-langkah yang sudah kuambil sebelumnya dalam perjalananku lanjut ke PhD ini. Kalau dipikir-pikir hidupku lebih banyak ‘break’ daripada berlari kencang. Hahaha.. Tapi aku memang bukan pelari sprint, hidupku marathon, long run yang biasanya aku tempuh dengan jogging yang lebih banyak ‘break’-nya. My pace isn’t too fast, but I’ll make sure to reach the goal and be in the right place. Menulis tulisan ini kuanggap sebagai ‘break’. I just cannot run faster if there’re too many burdens on me. Tapi ya, biasanya kesuksesan akan suatu hal dapat kucapai ketika aku mau bertindak nekat, memaksa diri. Karena kadang aku tidak tau kapasitas diriku yang sebenarnya. Sehari-hari aku kebanyakan berpikir dan menimbang apakah aku harus maju sekarang atau nanti. Namun setelah memaksa diri sendiri dan menjalani ujiannya, kok hasilnya bagus? Sering di luar dugaan. Jadi begitulah hidupku.
Oh ya, tadi aku bilang mau mengurai beban dengan tulisan ini. Sebenarnya beban yang aku maksud adalah beban urusan domestik seperti yang dialami para ibu yang anaknya masih kecil-kecil itu. Hahaha.. they are actually just very very common things. Tapi tetap saja… berat juga yaa T____T ~ apalagi karena aku sedang jadi single parent di rumah. Misalnya untuk hal-hal dasar seperti aku ingin puasa sunnah atau mengganti hutang puasa wajib, itu pun masih belum bisa kulakukan karena my two-year-old boy is always fussy at sahur time and there’s no one else to calm him except his mother. Jadinya aku tidak pernah bisa beranjak dari kasur untuk bisa sahur. Huhuhu..
Hal lain misalnya ketika aku ingin jadi mentor baca Iqra’ anak pertama, namun tidak pernah bisa ketemu waktu yang pas. Ketika ada waktu, pasti bentrok dengan waktu bermain dengan anak yang kedua, kalau enggak bentrok dengan si K yang mengantuk atau sedang moody dan ingin tidur. Main dan belajar membaca tidak bisa dilakukan berbarengan karena baby T sangat hobi merobek kertas. Sehingga kegiatan belajar membaca Iqra’ si K jadi tidak konsisten and it’s a bad thing. She is in a golden age in term of her brain could absorb many good things to digest. I am useless for not being able to handle these little things.
Many goals I hardly achieve in my age right now, for instances, olahraga setiap hari untuk memperkuat otot, menurunkan persentase lemak tubuh dan menjaga kesehatan jantung.. lalu aku ingin lebih banyak makan sayur, buah dan protein daripada karbohidrat setiap hari. Seperti itu pun aku belum bisa mencapainya karena terlalu riweuh mengurus hal lain. Meskipun berat badan ideal, tapi masih tidak sesuai standard menjadikan badan mudah lelah dan berasa umur seperti tidak akan panjang. I feel like the insulin resistance in my body is on its way to happen, or the inflammation because of high glucose level in my blood is out of my sight, or the bad fat would clog my arteries sooner or later. I am again useless for not being able to keep a healthy life style.
Curhat kali ini adalah saat aku merasa tidak efisien sekali hidupnya. Karena ada 2 anak-anak kecil ini tadi yang sudah aku bilang bahwa aku jadi relatif tidak bisa berlari kencang dalam marathon hidup ini. Mungkin karena sehari-hari aku melihat hidup teman-teman lainnya sebidang pekerjaanku yang bisa enteng melakukan apa saja sesuai hajat hidupnya ya.
Di sisi lain, aku pun sungguh amat sangat menyayangi anak-anak kecil ini hingga tidak ingin melewatkan masa kecil mereka berlalu begitu saja di luar radarku. I want to witness every inch of their steps to grow. Oleh karenanya, ini pulalah yang menghambatku untuk juga ‘growing’. Aku sedang di masa tidak menemukan cara bagaimana supaya aku ikut bertumbuh dan berkembang ketika harus menemani mereka bertumbuh dan berkembang. Being multitasking isn’t my thing. When I am with them, my life and my mind just stop and it’s a break. On the other hand, I also need to run. I miss the time when I can train my critical mind to exponentially growing. That’s the problem.
Akan tetapi aku sama sekali tidak menyalahkan kehadiran anak-anak kecilku atas lambatnya langkah hidup atau beban yang sedang kutanggung, because they are truly blessings in my whole life, the best gifts I have ever had and I am very grateful for their mere existence.
There is no one to blame for my heavy burdens. I just want to carry them and go on with the hope that someday in a certain occasion I can reset the bad things in my life and change them into better and ideal ones. Of course, with my two grown up kids and awesome husband beside me.