Rabu, 27 Februari 2013

Layover

It is the week when I am becoming Dian Sastrowardoyo in Menghapus Jejakmu music video of Peterpan. Thank you for letting me chase the meaningful innocence of your soul.  Your silhouettes have come by but disappearing as well ultimately.

Senin, 04 Februari 2013

Begin With The End in Mind


Have you ever read this: “Begin with the end in mind” from Stephen Covey in one of 7 habits of highly effective people?

It is usual that everything happens twice. The first is in mind, the second is in reality. We reach our success’ as usual because we have aforethought before. “Begin with the end in mind” can also be a strategy of conflict management, especially to control ourselves.

example
When we are in a hot temper, we shouldn’t be on the warpath then. We have to rethink about regret which certainly comes after exploding the anger. Exploding the anger is kind of the end. But by thinking about it twice in mind, we can keep the temper and egos longer. Our hearts interfere and our minds can open brightly afterwards. It is impossible that we have a chance to go back with the anger, only stupid person can do that because it is really no need to burst upon the anger again. The words that pass our lips without  passing the mind can influence our feelings. We have no reason to do that. We have no right to make others’ feeling bad. You know, what kind of success will we get? Creating peace, no conflict at all, balance situation. Those are the victory over the anger.
My father said that mouth is created most recently after mind, eyes, and ears. And it is only one mouth, not two or even three. Mouth is kind of sword. We may take our sword if only nothing else we can do, final decision.

I remember, in the case of situation where  two people get married, a husband should be really careful with his mouth. Mouth is really a sword is when the couple have a fight, it can trigger divorce where it isn’t necessary. I can’t understand why a couple who are still in love but wanting divorce. I think they just  escape for the problem. They think that each of them hasn’t found  a mate yet. You can read my opinion about mate here. First we want to marry with someone we love the most, we certainly pray for togetherness in limitless bittersweet moments, right? Because from that moment with that pray, God sends His helping hand as long as we ask Him. We should set our minds that person we marry with is our mates, final mates. There will be so much problems arise. Do bear it till the end and apply our sciences to solve the problem. That’s fate. No fate sets human become pointless. Human has ability to control efforts until the end. From that matter, we go through our journey. We make our own journey with God’s guidance. Day by day, problem arises greater and greater, we live our life better and better.

Mind, heart, and mouth are a set of tools to live our life better and better. We think and rethink so that mind and heart can be combined with synergistic. Just begin with the end in mind, and finally choose the best we can do to reach our glory and wisdom.

Minggu, 03 Februari 2013

Medicament: Kado dari Kota Nabi SAW


oleh Hanafi (My beloved Father)

#
Carilah kebaikan orang lain, jangan keburukannya hingga kita melupakan keburukan diri sendiri. Diri kita tidak lebih baik dari orang lain. Selain membuang waktu, hal itu memakan kebaikan diri kita. Selain kita merugi di dunia, kita juga akan merugi di akhirat.

#
Ada 21 macam nafsu. Nafsu itu seperti anak kecil yang tendensinya selalu ingin menang dan menunggangi kita, menyetir kita di depan. Ketika nafsu benar-benar telah menunggangi kita, maka itulah nafsu buruk. Tapi bila kitalah yang menunggangi nafsu dan mengontrolnya di belakang, itulah nafsu baik, nafsu yang tenang (karena kita kendalikan) dan diridhai oleh Tuhan (mardhliyyah). Seperti ayat-ayat terakhir di QS. Al Fajr ini, Yaa ayyatuhannafsul muthmainnah, irji’I ilaa rabbiki raadhiyatan mardhliyyah, fadkhulii fii ‘ibaadi wadkhulii jannatii. Hanya jiwa yang diridhai oleh Tuhan yang boleh memasuki surga-Nya. (Tidak dipungkiri, ini membuatku bertanya, apakah nanti Ruh kita kembali ke fitrah kepada-Nya, sedangkan jiwa kita tertinggal di surga atau neraka? Seperti apakah jiwa tanpa Ruh? Wallahu a’lam.)

#
Dari suku kata ‘Bhis’ dari Bhismillahirrahmanirrahiim, oleh Sayyidina ‘Ali r.a. dapat ditafsir menjadi 300 tafsir berbeda. Oleh karenanya Baginda Nabi SAW menjuluki Sayyidina ‘Ali sebagai pintu masuk ilmu. Analoginya, ketika melihat kayu dari jati, maka oleh Sayyidina ‘Ali dapat dimanfaatkan menjadi 300 kemanfaatan, oleh kita mungkin hanya 1 kemanfaatan, misalnya hanya untuk bikin tiang penyangga saja. Betapa jauh jarak keilmuan kita terhadap Sayyidina ‘Ali, lebih-lebih terhadap Baginda Nabi SAW yang merupakan kota Ilmu. Bahkan Khalifah Umar r.a. pernah berkata “Seburuk-buruknya majlis adalah majlis yang tidak ada Abu Al-Hasan (Imam ‘Ali r.a.)”.

#
Selama hidup Nabi Muhammad SAW menjadi Rasul, yakni 22 tahun lebih beberapa bulan, bila dirata-rata maka setiap harinya ada 15 orang berbondong-bondong masuk Islam. Mengapa bisa sedemikian suksesnya? Karena dalam dakwah Nabi terkandung ajaran reward and punishment. Ya, kebanyakan umat masuk Islam waktu itu tergantung dari kedua hal itu meskipun tidak semuanya. Sebagian dari mereka keimanannya terus meningkat sampai tingkat hakikat atas pengajaran langsung dari Nabi SAW. Setelah masuk Islamlah mereka baru merasakan bagaimana Islam sebenarnya.

Wallahua'lam bisshawab ..

Jumat, 01 Februari 2013

Manusia Luar Biasa

Ketika 2 orang bersama sampai akhir, namun tak pernah sama pemikiran dan sudut pandangnya karena perbedaan tingkat psikologi dan logika. Bagiku sekarang, betapa menderitanya itu.  Baginya, jodoh adalah mencintai apa yang dimiliki dengan penuh syukur. Jodoh adalah juga menganggap segala takdir-Nya untuk kebaikannya dan menganggap takdir-Nya adalah sesuatu yang memang harus ikhlas diterimanya. Ketika datang hal buruk, maka itulah titik tolak adanya usaha sampai akhir. Ia tak akan meminta hal lain, kecuali sebuah kekuatan karena tak ada takdir yang melampaui batas kekuatan manusia.

Dia tak hendak kembali ke jasad, dia hanya akan benar-benar kembali ke fitrah Ruh, dengan jiwa yang tenang dan diridhai oleh-Nya.

Love is suffering together until there's nothing left.