Senin, 30 Januari 2012

Medicament : Al Hikam (volume random)

Nikhmah, nikmat, ujian yang menyenangkan. Baliyah, ujian yang menyengsarakan. Nikhmah dan baliyah hanya ada di dunia. As-sakinah, ruhani yang hidupnya waras, ayem, tentrem. Ambeng adalah makanan jasmani. Ngaji, sholat, dzikir adalah makanan ruhani.

Diberi cobaan sakit (dan segala macam ujian baliyah) kalo dipandang dari segi hakikat itu adalah kenikmatan yang sangat besar. Karena imbasnya adalah zuhud terhadap dunia, dosa dikurangi, pahala ditambah, derajat dinaikkan. Paling-paling sampai ke alam kubur. Iman kuat khusnul khotimah, selesailah urusannya di dunia.

“Syarrun laa yaddun khairun min khairun laa yaddun.”
Barang jelek tidak langgeng lebih bagus daripada barang bagus yang tidak langgeng. Mantan perampok jadi kyai lebih baik daripada mantan kyai jadi perampok.

Tuhan sengaja menjadikan dunia sebagai sumber kerusuhan dan cobaan supaya makhluk beradab di dalamnya jenuh. Tuhan sengaja begitu karena kasih sayangnya kepada makhluknya. Agar mereka jenuh hidup di dunia, tidak cinta pada dunia. Supaya manusia selamatlah.. Umar bin Khattab bahkan pernah berdoa kepada Allah minta diberi Baliyah saja karena lebih menguatkan daripada nikhmah yang menjerumuskan.

Dunia itu qattalatun, pembunuh. Segala masalah sebabnya karena dunia. Dunia selalu mempermainkan, dan pasti hanya meninggalkan cerita. Syair :
  • Banget-banget susahe, nek wis ilang akhire mung seneng. Banget-banget senenge nek kadung ilang akhire susah. Pilih endi..

  • "..dan duniaku berputar, ia tak bisa berhenti tetap"
Sesuatu yg panas, ditambahi panas nanti jd dingin. Panas ditambahi dingin jd makin panas. Krn panasnya tdk jenuh.

  • "..Dunia ini bagaikan impian orang tidur. Kesenangannya seperti awan.."
Surga diliputi apa2 yang tdk disukai nafsu..

  • Surat dari Sayyidina Ali kepada Salman aL Farisi : "Sesungguhnya dunia bagaikan ular, licin dipegang dan membunuh racunnya. Krn itu, berpalinglah daripadanya.. berpaling dr apa yg mengagumkan. Dunia itu banyak, melimpah, tp bekal utk keabadian hanya sangat sedikiiit." 

Utama-utamanya amal ada 3 : Thalabul 'Ilmi, Thalabul Halal (apa yang dilakukan halal dengan barang-barang yang halal), dan Al Jihadu Fi Sabilillah.

---------------------Ngaji Al Hikam dr Ibnu Atha'illah, yang dipaparkan oleh Kyai Djamaluddin Ahmad dari Jatim.

Janganlah kalian menyebarkan ilmumu agar manusia membenarkanmu, tetapi sebarkanlah ilmumu agar Allah membenarkanmu. seperti kata @KangPacul

Minggu, 29 Januari 2012

Yang Lalu Menghilang

Sejak awal seharusnya aku sudah tahu bagaimana seharusnya aku ketika datang suatu masa, saat-saat misterimu menghilang. Serta saat-saat idealmu berjarak sangat jauh dengan idealku. Apakah misteri bisa hilang? ah, kupikir itu hanya teka-tekimu. Karena aku yakin semua orang mengalaminya, hanya yang cerdaslah yang mampu bertahan. Apa yang harus kulakukan hanyalah aku sendiri yang dapat menjawabnya. Tak mungkin kusuruh orang lain karena ini suatu konsekuensi dan akibat, meski bukan yang paling akhir. Belum, ini belumlah berakhir. Waktu kita masih lama, sayang.

Jumat, 20 Januari 2012

Respon Imun Ketika Stress

Tepat setelah ujian terakhir di minggu ini selesai, setelah sampai rumah pukul 19.30 di hari Kamis kemaren, aku merasakan tenggorokanku tidak nyaman, suhu badan terasa naik. Waduh! Ada respon piretik masuk otak nih, pikirku tiba-tiba (tepatnya di Hipotalamus). Langsung deh jadi teringat mekanisme reaksi antigen-antibodi di ujian Rekayasa Antibodi tadi sore. Haha.. lantas semalaman aku mecoba nonton serial komedi, dan akhirnya tertidur nyenyak. Cukup menolong. Tak lupa di hari Jumat pagi aku minum vitamin B compleks dan vitamin E. Yah, vitamin E karena aku nggak mau  sel-selku cepet teroksidasi –cepet tua, red. Haha.. seharian beraktivitas di sekitar kampus, sore hari panas lagi ini badan, tenggorokan mulai tidak enak lagi. Kupake istirahat deh, lalu malamnya nge-date sama temen-temen KKN makan macam-macam masakan Italy di Nanamia Pizzeria dekat Sanata Dharma. Eh, ini udah nggak panas lagi nih badan, udah enak aja bawaannya. Manjalah badanku ini, haha..

Bisa sedikit kuceritakan di sini ya tentang stress psikologis yang mempengaruhi mekanisme respon seluler-molekulernya.. semoga pada berkenan membaca. (Eh, sebenernya seru lho kalau kalian juga bisa paham) :D

Kondisi stress itu kondisi yang tidak baik. Selain jiwa capek, raga pun juga capek. Akibatnya bisa buruk. Karena pada kondisi stress kelenjar Hipotalamus yang ada di atas Hipofisa kita di otak akan menginduksi keluarnya hormon steroid oleh kelenjar adrenalin kita yang berada di atas bagian ginjal kita, yaitu Glukokortikoid. Selain itu dalam kondisi stress, kelenjar hipotalamus juga menginduksi keluarnya hormon non-steroid oleh kelenjar adrenal, yaitu hormon Katekolamin. Glukokortikoid yang dilepaskan tadi akan terikat di reseptornya. Pada keadaan stress, sekresi Glukokortikoid sangat tinggi sehingga kadarnya tinggi di dalam sistemik. Biasanya pada kadar rendah glukokortikoid lebih senang untuk berikatan dengan reseptor Mineralokortikoid (MR) di sel. Tetapi pada kadar tinggi, Glukokortikoid akan berikatan dengan reseptornya sendiri, yaitu Glococorticoid Reseptor (GR). Dengan terikatnya Glukokortikoid pada reseptornya, maka peristiwa ini akan membuat IkBa menahan NF-kappaB (suatu faktor transkripsi gen) di sitoplasma. Jadinya ya si NF-kB ini tertahan dan nggak bisa transmigrasi ke nukleus, padahal kan dia tugasnya membantu transkripsi gen-gen penyandi sitokin-sitokin. Sebenarnya sitokin itu mempunyai arti yang bermacam-macam karena fungsinya yang mempengaruhi ini dan itu, banyak. Tapi secara umum, sitokin itu mediator utama respon imun terhadap mikroorganisme, tumor dan antigen.  Dengan tertahannya NF-kb di sitoplasma, maka ekspresi sitokin ditekan secara simultan. Bila sitokin ditekan, sistem imun kita melemah. Sehingga apabila ada mikroba transit ke tubuh kita, pasukan penahannya berkurang. Tubuh kita jadi mudah diinvasi mikroba, sakit deh… gejalanya bisa macam-macam, tapi yang paling sering adalah panas diikuti peradangan (inflamasi).

Mekanisme lainnya adalah diperantarai hormon Katekolamin, seperti yang sudah saya bilang di atas. Katekolamin ini (secara alami) ditugasi secara teknis oleh Hipotalamus untuk menghomeostasiskan keadaan. Akan tetapi pemberian Katekolamin dari luar akan berefek immunosupresan karena dia akan menekan sintesis IL-12 dan menginduksi sintesis IL-10. Padahal, IL-10 ini dapat menghambat diferensiasi sel T CD4+ menjadi sel Th1. Akibatnya diferensiasi sel T CD4+ akan lebih ke arah selTh2. Dengan banyaknya produksi IL-10, jumlah sel Th2 akan meningkat. Padahal, sel Th1 sangat berperan dalam menahan infeksi. Bila dominan hanya sel Th2 dan sedikit sel Th1 di sistemik, siapa yang akan melawan infeksi? Hanya bisa bergantung sama sel T CD8+ (sel sitolitik) doank donk… akibatnya sistem imun kita melemah. Gawat kan! Kita jadi nggak bisa ngapa-ngapain, aktivitas kita terhambat gara-gara tubuh kita diinvasi mikroba.

Jadi sekarang sudah diteliti kan mengapa kalau stress tubuh kita jadi mudah sakit, lemes, panas, meradang, dll. Secara umum, begitulah mekanismenya dua senyawa immunosupresant itu. Di dalamnya masih ada keribetan macam-macam yang tidak bisa kuceritakan di sini. Saya sudah berusaha memaparkannya seumum dan sebiasa mungkin loh… hehe maaf kalau seandainya membosankan. Tentang mekanisme psikologis mengapa stress bisa memacu Hipotalamus memerintahkan macam-macam kepada anak buahnya, sebaiknya hal ini ditanyakan ke pakar Psikologi Faal deh ya. Saya sendiri  kurang mendalaminya. Mungkin suatu saat nanti, kalau saya lebih rajin mencari tahu, bakal tahu sendiri. Oke deh… sampai jumpa di postingan berikutnya.  :)

Passion

Semester 7-ku masih ada kuliah 19 sks, mata kuliah wajib. Sumpah aku ngiri banget sama anak-anak di fakultas lain yang kebanyakan sudah tidak disibukkan oleh jadwal kuliah, tinggal nyekripsi ajalah mereka, lulus 3,5 tahun tidak akan menjadi sesuatu yang berat lagi bagi mereka sepertinya. Tapi apa daya, memang beginilah nasibku… harus dijalani dengan riang gembira bagaimana pun keadaannya supaya tidak sakit hati. Haha..

Selama  4 hari kemaren aku mengikuti ujian akhir semester 7, masih tersisa 4 hari lagi. Tapi minggu depan aku mengikuti KKL ke Industri di Bandung dan Jakarta, Medion, Sanbe Farma, Pfizer, Kalbe Farma, dan Sariayu. Jadi masih ada waktu untuk refreshing. Aahh benar-benar deh! Selama 3,5 tahun ini tiap kali aku mengikuti UTS dan UAS di tiap semester, malam-malamku selalu menjadi malam yang mengerikan, terrible! (ah lebay deh). Yaa bukan begitu maksudnya, di tiap UTS atau UAS aku selalu mengusahakan untuk totalitas, jadi selama 5 minggu tiap semester aku benar-benar memeras otak dengan sangat keras. You know my passion? Prinsipku adalah aku ingin menguasai tiap hal di tiap pelajaran, in detail. Walaupun biasanya aku menebak-nebak apa gerangan yang hendak dikeluarkan dan sebagian besar tebakanku jarang meleset, haha.. blissful me. Etapi, aku nggak bisa melewatkan semua yang seharusnya kupelajari. Untuk apa kuliah kalau cuman untuk nyari nilai kan yaa… nggak afdhol banget deh. Dan karena hanya ada kesempatan belajar saat mendekati hari-H ujian, mau nggak mau aku harus mereview semua bahan kuliah yang banyaknya bejibun itu di waktu yang sesingkat itu, untuk ujian dan untuk bekal pengetahuan diriku sendiri. Meskipun di waktu kuliah aku selalu memperhatikan Nyak/Babe Dosen dengan tangan menari-nari di atas kertas buat mencatat setiap apa kata mereka… tapi manusia itu kan fitrahnya lupa, harus mengulang-ulang dan latihan untuk bisa total menguasai sesuatu.

Kenapa aku belajarnya mepet begitu kalau berhasrat menguasai materi secara detail? Kenapa nggak belajar secara sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit? Aahh, kalian tahu tiap hari ngampus dan ngeLab itu bikin capek dan stress, maka sampai rumah yang biasanya malem aku nggak mau nambah stress dengan belajar sesuatu yang sama dengan apa yang kupelajari di kampus. Bahkan di semester ini aku iseng mengambil Advance Conversation bahasa Inggris di Wisma Bahasa seminggu 3x malam hari. Senang aja deh ngomong bahasa Inggris, apalagi kalau ada partner gitu, bisa suka-suka mem-British atau meng-American. Haha.. It makes my day different. I had enough of my steady state activities. Selain beragenda English Language Conversation, semester 7 ini aku juga mulai mengoleksi beberapa buku dan membacanya. Tiap sebelum tidur aku pacaran sama novel-novel tau nggak sih… terutama buah karya Ayu Utami, seperti Manjali dan Cakrabirawa, Larung, Saman… haha meskipun dua yang terakhir itu novel lawasnya, tapi masih sinkron sama kondisi dunia sekarang kok. Jadi aku menikmatinya.. menikmati setiap kata dan kalimatnya yang bikin hati berdesir-desir karena saking indah dan pas majas-majasnya. Thank You, Ayu!  Tapi maaf ya aku nggak sempat membuat reviewnya di sini, dear readers. Kalian bisa mencarinya di internet, sudah banyak review tentang novel-novel itu.

Saat weekend tiba, di semester 7 ini sudah ada yang bisa diajak dolan, si Bumi yang kemaren lebih banyak di rumah membuat warna baru juga. Kalau dulu ketemunya tiap dua bulan atau tiga bulan sekali, sekarang bisa tiap 2 minggu sekali meskipun saat ini Bumi sudah kembali dengan kesibukan di Ibukota, semester 7 yang tinggal ujian ini dijanjikan ada kesibukan baru di semester 8 nanti. Jadi ya yaudah, balik ajalah Bumi ke Ibukota, daripada di rumah ntar aku cuekin gara-gara aku akan lebih banyak ngampus. Alhamdulillah yaa proposal penelitianku didanai. Dua buah, satu tentang pembuatan obat kanker dengan metode Kimia Anorganik, satunya murni Kimia Organik. Tapi semuanya tentang sintesis. Ya, aku hobi sekali sama sintesis. Karena bagiku sintesis sesuatu yang baru itu tentang ketidakpastian yang sangat besar, sangat menggambarkan sekali dengan betapa besarnya teka-teki di dunia ini. Tugasku adalah membuat ketidakpastian yang besar itu menjadi ketidakpastian yang minimal. Teka-teki itu pasti terpecahkan, sedangkan misteri selamanya tidak akan terpecahkan. Dunia ini adalah teka-teki, alam yang lainnya adalah misteri. Haha.. ngomong apa sih aku. Ini gara-gara efek terlalu menghayati novel Manjali dan Cakrabirawa tauk.
Ya pokoknya itulah…

“Kau tahu, hidup yang kau damba tidak semudah apa yang kau pikirkan untuk melakukannya” , Han Ji Eun – FULL HOUSE.